Kenyataan Pahit

Saat sang putri tengah membersihkan diri Nani bergegas melempar seluruh barang milik ayah dan ibu tirinya dari kamarnya.

Setelahnya dia membereskan kamar Rima yang juga di penuhi oleh barang-barang Dita adik tirinya.

"Enak saja mereka menguasai rumahku, aku berjanji akan membalas kalian!" monolognya kesal.

Setelah merapikan barang-barang miliknya dan sang putri ke kamar yang memang seharusnya milik mereka, Nina segera menuju ke dapur untuk mencari plastik guna mengumpulkan pakaian milik orang tua dan saudari tirinya.

"Bu," panggil Rima lemah.

"Ya Allah gusti, kenapa tubuhmu penuh lebam nak?" Rima yang keluar hanya dengan melilitkan handuk yang sangat kusam dan penuh dengan robekan memperlihatkan beberapa lebam yang ada di bahu sampai punggungnya.

"Ayo kamu segera berpakaian, nanti kita ke rumah sakit ya," ajaknya.

Nina sudah mengirimkan segala barang bawaan serta oleh-olehnya pada penitipan kargo yang baru bisa di terimanya lusa.

Ia bersyukur ada dua potong pakaian milik putrinya yang dia bawa sendiri.

"Ibu belikan ini, kamu suka?" ucapnya sambil merentangkan sebuah gamis berwarna soft pink yang sangat cantik.

Mata Rima berbinar, "ini cantik sekali Bu, terima kasih," Rima lantas memeluk sang ibu bahagia.

"Iya nak, cantik seperti kamu, maafkan ibu ya nak, ibu ngga tau kalau sepeninggal ibu, hidupmu sangat menderita," lirih Nina.

"Rima senang sekarang ibu udah pulang, ibu ngga akan ninggalin Rima lagi kan?" tanya Rima sendu.

Nina menghapus jejak air mata di wajah anaknya, tentu saja dia tidak akan meninggalkan lagi sang putri.

Selain dia sudah habis kontrak kerja, Nina juga sudah memiliki cukup simpanan untuk membuka usaha di rumah.

.

.

Dita gadis yang selalu hidup dengan bebas, pagi itu ia menatap heran kediaman kakak tirinya yang cukup tenang.

Biasanya pagi hari di waktu libur seperti ini suara teriakan ibunya dan tangisan Rima akan menjadi suara nyanyian di pagi harinya.

"Bu!" panggilnya lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

Matanya terbelalak kala melihat bungkusan plastik di depan kamarnya.

Saat dia ingin mendekat, pintu kamarnya terbuka dan muncullah Rima dari dalam kamarnya.

"Anak setan! Ngapain kamu dandan kaya gini hah! Sana cepat ambilin aku sarapan!" bentaknya.

Saat dia hendak memukul Rima yang masih diam mematung, suara jeritan dari arah dapur membuatnya membeku.

"Turunkan tanganmu kalau ngga mau golok ini membuntungi tanganmu!" ancam Nina sambil berjalan mendekat.

"Mbak ... Mbak Nina?" ucapnya dengan wajah pias, setelah itu dia segera tersenyum menyembunyikan keterkejutannya.

"Kapan mbak pulang?" sapanya berusaha ramah.

Tak ada sambutan dari Nina yang masih menatap tajam dirinya.

"Keluar dari rumahku sekarang kalau kamu masih sayang sama nyawamu!" ancamnya mendekati Dita dengan perlahan.

Tentu saja Dita ketakutan melihat wajah sangar kakak tirinya, terlebih lagi Nina masih memegang golok di tangannya.

"Apa maksud mbak Nina? Kita kan keluarga, lagi pula aku tinggal di sini Mbak?" jelasnya sambil berjalan mundur.

"Satu ... Dua ..." tanpa banyak kata Nina menghitung, enggan mendengarkan penjelasan Dita.

Dita yang ketakutan dengan perubahan Nina mau tak mau keluar dengan terbirit-birit, kala Nina mengacungkan goloknya.

"Astaga, kesambet apa sih tuh janda! Pasti anak setan itu udah ngadu ke ibunya. Duh lagian ke mana sih bapak sama ibu!” dengusnya kesal.

"Bu Wingsih liat ibu sama bapak?" tanya Dita pada tetangganya.

"Tadi sih liat, belum pulang emang? Olah raga pagi kali!" jawabnya ketus.

"Ke mana lagi mereka pergi, apa mereka juga di usir sama mbak Nina ya?" gumamnya.

"Apa! Nina udah pulang?" tanya Wingsih terkejut.

"Biasa aja dong bu Wingsih ngagetin aja!" dengus Dita sambil mengusap dadanya.

"Alhamdulillah, saya yakin kalian pasti akan di balas sama mbak Nina!" kecam Wingsih.

Dita memandang sebal pada perempuan yang umurnya tidak begitu jauh dari Nina itu.

"Alah janda kaya dia bisa apa? Bentar lagi juga berangkat dia jadi TKW!" ketusnya lalu meninggalkan kediaman Wingsih menuju rumah kakak kandungnya.

"Pasti mereka ke rumah mbak Tyas, aku ke sana aja deh! haduh bisa runyam kalau anak setan itu ngadu ke mbak Nina," monolognya.

Wingsih yang mengetahui Nina sudah kembali, mengajak sang suami untuk mendatangi kediamannya.

"Assalamualaikum," sapa Wingsih saat melihat Nina dan Rima tengah duduk di ruang tamu.

"Wa ‘alaikumsalam, masuk Bu Wingsih, pak Prapto," jawabnya sambil mempersilakan keduanya masuk.

"Kapan pulang Mbak Nina?" tanya Wingsih setelah keduanya di persilakan duduk.

"Baru tadi Bu," lirihnya sambil memeluk bahu sang putri.

Wingsih meneteskan air mata, baru beberapa jam bertemu dengan ibunya, Wingsih melihat perubahan yang sangat signifikan pada gadis itu.

Wajah Rima tampak bersih dan berseri, hatinya bersyukur karena Rima bisa kembali berkumpul dengan ibunya.

"Saya yakin Mbak Nina sudah tau keadaan Rima. Maafkan saya yang sebagai tetangga ngga bisa berbuat apa-apa."

Wingsih sudah beberapa kali bertengkar dengan Titik dan Dita kala melihat langsung mereka menyiksa Rima. Namun ia tak bisa berbuat banyak, dirinya yang hanya seorang ibu rumah tangga hanya bisa terenyuh menyaksikan keadaan Rima.

Terkadang dia memberikan Rima makanan yang layak karena sering melihat remaja itu sering kelaparan.

"Bu Wingsih sering membela Rima Bu, bahkan sering kasih Rima makanan," jelas Rima.

Nina tak kuasa menangis mendengar ucapan putrinya, "terima kasih Bu Wingsih pak Prapto sudah menolong anak saya."

"Kami yang malu mbak Nina, ngga berani membantu lebih, saya benar-benar minta maaf," sergah Prapto yang juga merasa bersalah.

Sebagai seorang laki-laki, bahkan dia juga sering menasihati pak Dibyo agar bisa mengontrol kelakuan istri dan anaknya agar tak melukai Rima. Sayangnya semua di anggap angin lalu oleh lelaki tua itu.

"Ngga papa bu, pak, saya yang salah telah mempercayakan mereka untuk menjaga Rima. Saya ngga akan kecolongan lagi, mereka harus merasakan akibatnya," kecamnya.

"Yang sabar mbak Nina. Sekarang mereka akan ke mana? Soalnya setau saya rumah orang tua mbak Nina udah di sita sama rentenir, dan mereka tinggal di sini setelahnya," jelas Bu Wingsih yang membuat Nina terkejut.

"A-apa? Rumahku di sita?" Bu Wingsih mengangguk.

Itulah sebabnya tadi mereka tak mau pergi dari rumah ini? Ternyata mereka benar-benar biadab!

"Kalian seperti mau pergi," tanya Wingsih saat melihat penampilan keduanya.

"Iya Bu, saya akan memeriksakan kondisi Rima ke rumah sakit," jelas Nina.

"Ya sudah kalau begitu kami pamit ya Nina. Kami harap kamu ngga perlu bekerja kembali ke luar negeri, kasihan Rima," pinta Wingsih saat mereka hendak pamit pulang.

"Iya Bu, saya ngga akan pergi ke mana-mana lagi, terima kasih untuk pertolongan kalian pada Rima ya Bu, Pak."

Saat Nina dan Rima hendak masuk kembali ke dalam rumah, terdengar teriakan dari arah belakang mereka kembali.

"HEH! ANAK NGGA TAU DI UNTUNG! KENAPA KAMU MENGUSIR BAPAK DAN IBU!"

.

.

.

Tbc

Terpopuler

Comments

Aether

Aether

nama nya Nina apa nani Thor??

2025-01-16

0

Nyai Omi

Nyai Omi

jahat skli mereka

2025-01-14

0

Muji Lestari Tari

Muji Lestari Tari

manusia nggak ada aklak

2025-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Kenyataan Pahit
3 Keluarga tak tau diri
4 Tutup telinga
5 Fitnah Keji
6 Kesialan Dibyo
7 Ngereog
8 Playing Victim
9 Berani melawan
10 Kesialan Ziva
11 Menyelamatkan Dibyo
12 Syarat untuk Dibyo
13 Menjemput Titik
14 Rencana Titik
15 Gorengan Alot
16 Kalah Telak
17 Kehidupan yang berbalik
18 Perhatian Tentangga Baru
19 Janda Premium
20 Kemalangan Ziva
21 Dita jadi pencopet
22 Kesialan Dita
23 Hilangnya sertifikat rumah
24 Memaksa Dibyo
25 Di gadaikan
26 Kalah Saing
27 Belang Budi
28 Saling memanfaatkan
29 Dilema Titik
30 Kebahagiaan di tengah duka
31 Rencana busuk
32 Desakkan
33 Sikap tegas Nina
34 Menyerah
35 Semakin terlihat busuknya.
36 Lamaran dadakan
37 Mengasingkan Dibyo
38 Pertemuan yang tak terduga
39 Bertemu mantan mertua
40 Karma
41 Terenggut lagi
42 Kembalinya Yanto
43 Serangan Ratih
44 Terusir
45 Menolak
46 Ancaman Novi
47 Budi lagi
48 Kekejian Budi
49 Tentang Mulya
50 Kekalutan Budi
51 Pulang
52 Apa lagi?
53 Tertangkap
54 Teringkus
55 Akhir kisah Budi.
56 Hukuman
57 Bertingkah
58 Hamil
59 Pergi
60 Sidang
61 Ketahuan
62 Murkanya Yanto
63 Mencari kambing hitam
64 Di Keluarkan
65 Kesialan Bertubi-tubi
66 Melabrak Baron
67 Calon Madu
68 Kesepakatan
69 Di luar ekspektasi
70 Hari kelulusan
71 Season 2 kehidupan baru Rima
72 Dikerjai habis-habisan
73 Gadis pertama
74 Perhatian Andi
75 Kecemasan Andi
76 Sikap Galih
77 Rasa yang tidak di mengerti
78 Mencekam
79 Galih Vs Gyan
80 Rencana Andi
81 Lamaran Amadi
82 Taruhan
83 Luke
84 Selalu kata 'Kenapa?'
85 Happy Eid Mubarok
86 Undangan Andi
87 Kekacauan
88 Pernikahan Nina dan Ahmadi
89 Saudari Baru
90 Rencana Citra
91 Pertemuan Andi dan Citra
92 Ungkapan perasaan Andi
93 Kabar duka di tengah kabar bahagia
94 Tuntutan
95 Siapa dalang sebenarnya?
96 Siapa Dia?
97 Kenapa harus kamu?
98 Masih Sangsi
99 Pesta kelulusan
100 Siapa yang iblis sebenarnya.
101 Perpisahan
102 Sepuluh tahun berlalu
103 Pernikahan Dadakan
104 Istri kedua?
105 Tak menyerah
106 Pertemuan
107 ketegasan Andi
108 Saling Mendukung
109 Tegang
110 Tamat
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Pulang
2
Kenyataan Pahit
3
Keluarga tak tau diri
4
Tutup telinga
5
Fitnah Keji
6
Kesialan Dibyo
7
Ngereog
8
Playing Victim
9
Berani melawan
10
Kesialan Ziva
11
Menyelamatkan Dibyo
12
Syarat untuk Dibyo
13
Menjemput Titik
14
Rencana Titik
15
Gorengan Alot
16
Kalah Telak
17
Kehidupan yang berbalik
18
Perhatian Tentangga Baru
19
Janda Premium
20
Kemalangan Ziva
21
Dita jadi pencopet
22
Kesialan Dita
23
Hilangnya sertifikat rumah
24
Memaksa Dibyo
25
Di gadaikan
26
Kalah Saing
27
Belang Budi
28
Saling memanfaatkan
29
Dilema Titik
30
Kebahagiaan di tengah duka
31
Rencana busuk
32
Desakkan
33
Sikap tegas Nina
34
Menyerah
35
Semakin terlihat busuknya.
36
Lamaran dadakan
37
Mengasingkan Dibyo
38
Pertemuan yang tak terduga
39
Bertemu mantan mertua
40
Karma
41
Terenggut lagi
42
Kembalinya Yanto
43
Serangan Ratih
44
Terusir
45
Menolak
46
Ancaman Novi
47
Budi lagi
48
Kekejian Budi
49
Tentang Mulya
50
Kekalutan Budi
51
Pulang
52
Apa lagi?
53
Tertangkap
54
Teringkus
55
Akhir kisah Budi.
56
Hukuman
57
Bertingkah
58
Hamil
59
Pergi
60
Sidang
61
Ketahuan
62
Murkanya Yanto
63
Mencari kambing hitam
64
Di Keluarkan
65
Kesialan Bertubi-tubi
66
Melabrak Baron
67
Calon Madu
68
Kesepakatan
69
Di luar ekspektasi
70
Hari kelulusan
71
Season 2 kehidupan baru Rima
72
Dikerjai habis-habisan
73
Gadis pertama
74
Perhatian Andi
75
Kecemasan Andi
76
Sikap Galih
77
Rasa yang tidak di mengerti
78
Mencekam
79
Galih Vs Gyan
80
Rencana Andi
81
Lamaran Amadi
82
Taruhan
83
Luke
84
Selalu kata 'Kenapa?'
85
Happy Eid Mubarok
86
Undangan Andi
87
Kekacauan
88
Pernikahan Nina dan Ahmadi
89
Saudari Baru
90
Rencana Citra
91
Pertemuan Andi dan Citra
92
Ungkapan perasaan Andi
93
Kabar duka di tengah kabar bahagia
94
Tuntutan
95
Siapa dalang sebenarnya?
96
Siapa Dia?
97
Kenapa harus kamu?
98
Masih Sangsi
99
Pesta kelulusan
100
Siapa yang iblis sebenarnya.
101
Perpisahan
102
Sepuluh tahun berlalu
103
Pernikahan Dadakan
104
Istri kedua?
105
Tak menyerah
106
Pertemuan
107
ketegasan Andi
108
Saling Mendukung
109
Tegang
110
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!