Seorang pria yang melihat wanita tidak memakai pakaian didepannya tentu akan merasa tergoda, terlebih lagi mereka memang berada di satu kamar, dan hanya ada mereka saja.
Tanpa diduga wanita itu menarik tangannya dan terjatuhlah mereka bersama di atas kasur yang empuk, wajah yang berkeringat, mata yang sayu membuat dia menelan salivanya lagi. "Tuan tolong aku." Lirih wanita itu.
"Nona, aku menyewa mu bukan untuk tidur, aku hanya membutuhkan teman minum dan mengobrol saja."
"Menyewa? Ah terserah, tapi aku benar-benar membutuhkan bantuan mu. Tubuhku terasa panas, dan dada ku rasanya ingin meledak, ini!" Mata pria itu terbelalak karena lagi-lagi tangannya di tarik dan kali ini tangan besarnya sudah mendarat di dada wanita itu karena di tuntuntunnya. Tangannya sedikit bergerak dan terasa sebuah gundukan yang sekal disana.
"Seperti akan meledak 'kan?"
Ya benar, jantungnya memang berdegub dengan kencang, dan itu dapat pria itu rasakan.
"Baik, aku akan membantu mu, tapi kau jangan pernah menyesali itu," ucapnya dengan suara yang seperti sedang menahan sebuah hasrat yang tertahan sejak tadi. Dan wanita itu malah mengangguk tanpa sadar.
Tanpa ba-bi-bu lagi, ia menyergap bibir ranum wanita itu dengan begitu beringas dan bernafsu.
Hmmmmpp!
suara wanita itu yang perlahan menikmati serangannya.
Sssrrrpppp Ssssrrrrrpp Ssssrrrppp! Bunyi peperangan liddah mereka.
Dan bahkan tidak hanya sampai disitu, kini cumbuannya turun keleher jenjang putih dan
mulus si wanita.
"Enngg..., mmmppp..., ssssttt..." Suara-suara sensasional itu terdengar sangat menggairahkan dan membuat si pria semakin dibuat bernafsu karenanya.
Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya si pria pun meloloskan hotpant milik si wanita beserta segitiga pengamannya, matanya menatap lapar pada daging mentah yang ditumbuhi bulu-bulu tipis itu, ia melirik sejenak kewajah sang wanita yang ternyata matanya sedang terpejam dan di artikannya sebagai siapnya menerima hujaman-hujaman dahsyat darinya.
Rudal yang sudah siap bertempur kini sudah berada di depan benteng, peerlahan ia menuntun rudalnya agar masuk dengan perlahan namun ternyata pintu benteng tersebut belum pernah terjamah siapapun, karena terbukti susahnya ia menerobosnya.
Berulang kali ia berusaha dan untuk usaha terakhirnya ternyata berhasil juga dengan diikuti erangan kesakitan dari sang empunya tempat. Hati nurani si pria lagi-lagi dibuat goyah namun nafsu setannya tidak bisa dielakan karena memang lebih dominan. Dan lagi-lagi ia memagutnya untuk memberikan sebuah kenyamanan.
Dirasa sudah lebih rileks, iapun melanjutkan kembali, memasukannya lebih dalam dan dalam
lagi, dan kemudian...
Blesshh!
‘Eeenngggh!’
ia menjerit sakit, mengigit bibirnya sendiri sampai terlihat ada sedikit darah yang keluar dari bibirya, dan air matanya juga lolos dari ujung bola matanya.
Tangan si pria mengusap lembut kepala wanitanya yang bertujuan agar sedikit meringankan rasa sakit itu, matanya turun melihat ke area tertancapnya rudal mematikan itu yang ternyata ada bercak darah yang merembas ketika ia mengeluarkannya sedikit senjatanya.
“Dia benar-benar masih suci,” guamamnya. Yang kemudian beberapa saat kemudian melanjutkan kembali hasratnya.
Kegiatan panas itu terjadi selama dua jam lamanya, kegagahan sang pria, juga nafsu sang wanita seperti sedang di kendalikan sebuah obat perangsang membuatnya terus menari tanpa henti.
Pria itu menoleh kesamping, melihat wanita itu yang sudah tertidur pulas dengan berselimutkan tebal. Baru saja ia akan memejamkan matanya karena rasa lelah, pintu diketuk dari luar.
Dengan terpaksa dan rasa kesal karena waktu istirahatnya telah diganggu, iapun beranjak dari sana dengan memakai bathrobe nya telebih dahulu.
Klik! Ia membukakan pintu yang ternyata seorang pria yang dia kenal sebagai penanggung jawab club
malam itu. “Ada apa lagi?” tanyanya dengan malas.
“Ma-maat Tuan, gadis yang saya janjikan ternyata sudah disewa orang lain,” ucapan orang itu tentu memebuat nya terperangah, kepalanya berputar kebelakang melihat gadis yang baru saja ia nikmati kesuciannya.
Pria itu ikut melongok kedalam dan melihat gadis yang tertidur pulas disana. “Oh syukurlah jika Tuan sudah menemukan yang lain, sekali lagi maafkan saya, saya belum bisa memberikan yang terbaik untuk Anda. Saya permisi.” Tapi sebelum orang itu berbalik pergi dia memanggilnya lagi.
“Hei!”
“Ya Tuan?”
“Lihat dulu, kau yakin tidak mengenalnya?” tanyanya memastikan lagi.
Orang itu kembali melongok dan menggelengkan kepalanya dengan yakin. “Tidak Tuan, kenapa
memangnya?”
“Oh yasudah kau boleh pergi.”
Dengan rasa terkejut bahkan lebih ke rasa syok, ia terpaku dibelakang pintu, apa dia baru saja menodai anak gadis orang lain, tapi bukankah gadis itu sendirinya yang datang kepadanya. Benaknya saling menyerang.
*
Matahari sudah memunculkan terangnya, gadis yang usianya masih belasan tahun itu mengerjapkan mata, wajahnya tersenyum pada sinar yang masuk melalui jendela kaca itu. Dengan leluasa ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, dan entah kenapa kepalanya terasa sangat berat. “Dingin...” lirihnya, yang kemudian ia berniat beranjak dari kasur tapi sesaat kemdian ia baru menyadari, kalau tempatnya saat ini ia berada nampak sangat asing.
“Dimana ini?” gumamnya dan kemduian iapun tiba-tiba menjerit karena baru menyadari juga, bahwa saat ini ia sudah tidak memakai sehelai benangpun ditubuhnya. “Astaga!” pekiknya yang langsung menggulung tubuh
dengan selimut tadi.
Mataya terpejam, kalau ini adalah mimpi, tapi saat ia membuka matanya lagi, ternyata kali ini bukanlah mimpi seperti harapannya. Ia melongok tubuhnya yang tertutup selimut, matanya memerah dan air bening itupun lolos begitu saja dari mata bulatnya.
“Darah?” lirihnya yang kemudian menangis dengan tersedu-sedu.
“Ya Tuhan apa yang terjadi.” Ia mencoba mengingat-ingat tapi ternyat tidak bisa.
Ujung matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di atas nakas. Ya itu adalah secarik kertas, dengan lemas iapun meraih itu. Menyeka air matanya telebih dahulu lalu kemudian membacanya dengan pelan.
* "Jangan cari aku! Mungkin ini sepadan dengan harga keperwanan mu!"**
Dengan air mata yang berderai, ia menutup mulutnya, dan menoleh kembali ke arah nakas yang ternyta terdapat satu lembaran kertas lagi dan itu adalah sebuah Cek, yang tertuliskan sebuah angka sebesar satu milyar rupiah. Tangisnya pun pecah, ia sangat hancur saat itu, dan disana tertulis sebuah nama, Dirgantara. Apa dia orangnya?
Ya gadis itu adalah Aqila Sharma.
Dengan tertatih ia segera memunguti baju-bajunya dan memakainya walaupun untuk bergerak pun area pangkal kakinya terasa sangat sakit, yang bahkan masih ada bercak darah di paha dalamnya yang tidak sempat ia bersihkan terlebih dahulu.
Perlahan tapi pasti, iapun berhasil keluar dari tempat durjanah itu, dan sekarang dia bingung harus berkata apa pada paman dan bibinya karena tadi malam tidak pulang kerumah.
Ia menghentikan sebuah ojek dan meminta di antarkan ke rumah temannya, teman satu bangku disekolahnya. Dan ketika sampai ia justru mendapatkan prilaku yang tidak ia duga. Teman sebangku yang bahkan telah ia anggap sebagai sahabatnya sendiri mengusirnya dengan tega.
“Mau apa lu kesini?” tanyanya dengan wajah yang menatap jijik kearahnya.
“Yar? Lu kenapa?”
“Gue udah tau ya kelakuan lu kayak gimana, semua anak sekolah juga tahu! Malam tadi lu abis di booking ‘kan?”pertanyaan sahabatnya membuat dia ternganga.
Aqila benar-benar tidak menyangka kenapa sahabatnya bisa bertanya seperti itu. Dengan air mata yang berderai dimata sembabnya, Aqila hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
“Terus lu kemana? Bisa lu jelasin Qil?”
“Gue..., gue..., Bela, dia kasih gue minum, dan..., dan..., gue ga tau apa-apa lagi,” jelas Aqila dengan gemetar, tapi seakan-akan sudah tertutup rasa kecewa, Yara, sahabatnya tidak mau mendengarkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nur Inayah
lanjut touur
2023-05-21
0
Nur Inayah
sungguh malang nasib muh kilah semoga kelak kau bhagia
2023-05-21
1
Aditya HP/bunda lia
sabar Qil kamu harus kuat dan balas perbuatan teman durjanamu dengan cantik ..
2023-02-12
0