Pria yang berpakaian sangat formal, lengkap dengan dasi dan jass-nya. Kini berdiri didepan room kitchen, matanya mendelik marah mencari gadis pengantar sajian penutup. "Jeni!" pekiknya memanggil satu nama yang bertanggung jawab dengan para witress, karena Jeni yang paling senior dari pramusaji lainnya.
"Saya Tuan," sahut Jeni yang langsung menghampiri pria itu, pria yang bernama Riko.
"Dimana gadis yang mengantar sajian penutup tadi?! panggilkan dia!" perintah Riko pada Jeni yang tersentak kaget.
"Aqila maksudnya, Tuan?" tanya Jeni dengan keberanian yang tersisah.
"Terserah siapa namanya, cepat bawa dia kemari!" Jeni pun berlalu setelah menganggukan kepalanya.
Tak berselang lama, Aqila yang sudah kembali memakai pakaian kerjanya lengkap dengan apron yang terikat di pinggangnya, ia menghadap dengan bingung. "Apa Tuan memanggil saya?" tanyanya ragu.
"Siapa yang mengizinkan mu mengantarkan makanan pada tamu vvip? bukankah kamu hanya seorang dashwasher, hah!" sentak nya lagi.
"Ma-maaf, Tuan." Lirih Aqila yang gemetaran.
Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa menyusul Aqila dari arah pantry, ya dia adalah Tuan Beni, Exsecutive Chef yang tadi menyuruh Aqila untuk mengantarkan sajian tersebut.
"Maat Tuan Riko, Aqila tidak salah, saya yang tadi menyuruhnya, karena pramusaji kita kurang, dan sajian penutup sudah siap, maka dari itu menghindari makanan yang akan dingin, akhirnya saya memintanya untuk mengantarkan itu," jelas Beni, pria yang usianya sudah sangat matang namun belum berniat memiliki pasangan.
"Terserah! tapi yang pasti saya diperintahkan oleh Bos besar untuk memecatnya," ucapan Riko si General Manager, membuat semua orang yang ada disana tekejut, terlebih lagi kesalahan itu bukan sepenuhnya salah Aqila.
Aqila tertunduk sedih, Beni yang merasa bersalah terus membela Aqila. Karena memang itu bukanlah kesalahan Aqila. "Tuan Riko yang seharusnya dipecat mungkin saya, karena dia mengantarkan makanan atas perintah saya."
"Kalau kalian ingin protes, kalian bisa temui langsung Bos besar di rungan tadi." Riko pun berlalu pergi tak menghiarukan panggilan Aqila yang ingin memohon agar membantunya.
Jeni yang tidak tega, melangkah mendekati Aqila, memberika usapan untuk Aqila bisa bersabar. "Qil, sabar ya."
"Aqila, saya akan membantu kamu bicara pada Bos besar kita," timpal Beni yang benar-benar merasa bersalah jika Aqila benar-benar dipecat.
"Tuan Ben, saya titip adik saya ya," ucap Jeni yang berharap pada Beni.
Beni hanya mengagguk dan dan menggandeng tangan Aqila untuk pergi menemui Dirga, si Bos besar alias pemilik restoran itu. Entah Beni sadar atau tidak, tapi tangannya saat ini tengah menggandeng tangan Aqila begitu eratnya, sampai karyawan lain berbisik tentang kedekatan mereka, yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun terkecuali hanya rekan kerja.
Sesampainya diruangan yang dikatatakan tadi oleh Riko, kalau disana Bos besar berada. Beni dan Aqila terdiam sejenak, bertukar tatap untuk saling menyemangati. "Kita harus berani!" ucap Beni menyemangati Aqila yang hanya bisa mengangguk dengan ragu.
Merekapun masuk dengan tangan Beni yang masih menggenggam pergelangan tangan Aqila. "Permisi, Tuan Dirga," kata Beni menghadap langsung si pria yang duduk dengan menyilangkan kakinya, yang kemudian mengangkat pandangannya dari gawai, lalu berhenti pemandangan tangan mereka, bibirnya menyerigai tajam.
"Ada ap-" ucapan Dirga terputus, saat matanya melihat Aqila yang menatapnya takut.
'Ya dia benar gadis itu!' batin Dirga. 'Untuk apa dia bekerja sebagai dashwasher, bukannya sudah kuberikan uang?' batinnya terus bertanya-tanya.
"Tuan Dirga, saya kesini hanya ingin menjelaskan , kalau Aqila mengantarkan makanan itu atas perintah say-" ucapan Beni terpotong karena Dirga sudah mengangkat tanannya agar dia diam.
'Oh namanya Aqila.'
"Jadi intinya kamu tidak terima atas keputusan saya? karena dia kekasih kamu, begitu?" tanya Dirga dengan menohok, matanya menatap mereka secara bergantian, dan terlihat Aqila yang menggeleng cepat, untuk meyakini kalau mereka hanya hubungan kerja.
Dirga memutar matanya malas, lalu melirik ke arah tangan mereka, dan seketika Aqila menarik tangannya sendiri dari genggaman Beni, yang dia sendiri memang baru menyadari itu.
"Tuan Bos, saya bukan tidak terima, tapi serasa tidak adil jika Aqila langsung dipecat tanpa ada peringatan, lagipula ini memang bukan kesalahannya, karna kurangnya pramusaji jadi saya terrpaksa menyuruhnya untuk sekedar membantu." Beni seakan tidak tahu ingin menyerah, karena dia tidak menyukai ketidak adilan.
"Kalau begitu kamu yang saya pecat!" tentu ucapan Dirga membuat Aqila terbelalak, karena membela dirinya senior yang ia kenal orang yang baik itu akan kehilangan pekerjaanya? ini benar-benar konyol!
Sejak tadi, Aqila tidak sama sekali membuka mulutnya, bahkan kepalanya terus menunduk dan itu Dirga kira kalau Aqila sedang menghadiri kontak mata dengannya.
"Tuan, saya mohon jangan pecat Tuan Beni," kata Aqila yang tiba-tiba membuka mulut setelah Dirga mengatakan itu, ia memohon pada Dirga, Dirga mengernyitkan alisnya, menatap aneh pada reaksi Aqila.
'Kenapa tatapan matanya seperti tidak mengenal ku? apa dia sedang berpura-pura?' batin Dirga lagi.
"Tidak ada tawar menawar lagi, kau atau dia yang keluar! saya tunggu diruangan GM, untuk ambil uang kompensasi diantar kalian, silahkan berdiskusi!" Dirga pergi begitu saja meninggalkan Aqila dan Beni.
"Tuan Beni?"
"Qil? saya sudah mendengar kalau kamu sekarang tinggal bersama Jeni, pasti kamu sangat membutuhkan duit, biar saya yang keluar dari sini," ucap Beni dengan tulus.
"Tapi Tuan, pekerjaan ini 'kan impian Anda," balas Aqila. Dan Beni menggeleng pelan. "Kebetulan saya juga ada niatan untuk resign. Saya akan mengembangkan kemampuan saya dengan membuka usaha kuliner. Jadi kamu harus tetap disini sembari mencari pekerjaan lain, yang sesuai dengan kamampuan mu, oke."
Sungguh dibalik apa yang terjadi pada dirinya dan dibenci oleh anak satu sekolah termaksud sahabatnya sendiri, ia justru mendapatkan orang-orang yang baik padanya di lain tempat. Aqila mengangguk dan Beni mengusap kepalanya.
"Kalau begitu kamu kembali kedapur, saya akan menyusul." Aqila mengangguk dan BEni pun berlalu pergi ke tempat dimana Dirga pergi.
Dirga dan Leo tengah berbincang diruangan Riko. "Leo, apa sudah ada informasi penarikan uang dari rekening ku senilai satu miliyar?" tanya Dirga.
"Sepertinya tidak ada, Tuan. Karena saya belum mendapatkan informasi apa-apa dari pihak Bank, memangnya ada apa, Tuan?"
"Tidak!"
Pintu diketuk dari luar yang ternayata itu adalah Beni.
"Masuk!" sahut Leo dari dalam.
"Permisi." Beni pun masuk.
"Jadi kamu yang akan keluar?" tanya Dirga.
"Benar Tuan, saya yang akan keluar."
"Kalau begitu, ambil itu. Dan segera pergi!"
Beni mengehela nafasnya, ya dia sangat memaklumi sikap arogan Bosnya itu, karena begitulah orang yang merasa memiliki segalanya. Dia yang hanya orang bawahan hanya bisa pasrah.
Seperginya Beni yang membawa amplop beriiskan segepok uang. Dirga pun tiba-tiba memanggil Riko.
"Riko, panggil gadis itu kesini, dan kalian pergilah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Alanna Th
smoga dirga mndpt pljrn dari arogansinya 😥😰😫😵😱
2023-06-16
0
Nur Inayah
dasar orang kya semau nya
2023-05-21
0
Aditya HP/bunda lia
mau apa lagi kau manggil Aqila mau kau hina dia tidak tau pria yang bersamanya malam itu adalah kamu awas saja kamu hina Aqila aku santet online kau .... 😠
2023-02-12
0