Dimana Kamu, Nak?

Nezia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, hingga gadis itu tak menyadari bahwa ada orang lain di dalam kamar yang dia tempati.

"Ehm ...." Pemuda itu berdeham.

"Ka-kamu! Kamu mau ngapain?" Nezia nampak sangat terkejut. Gadis itu mundur ke belakang, ketika pemuda itu menatapnya tanpa berkedip sambil terus melangkah mendekati Nezia.

"Jangan mendekat! Jangan sentuh aku!" seru Nezia, panik. Dia terus mundur ke belakang hingga kepentok almari pakaian.

Sementara pemuda itu terus mendekat, membuat Nezia semakin khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh pemuda yang baru ditemuinya itu, pada dirinya.

Nezia mencengkeram erat handuk kimono yang dia kenakan, takut kalau-kalau pemuda itu menariknya dengan paksa, sedangkan gadis itu tidak memakai daleman.

"Minggir!" titah pemuda tersebut.

Nezia beringsut, menjauh dari almari pakaian.

Nampak pemuda itu membuka almari pakaian yang terbuat dari kayu jati kuno, dengan ukiran klasik nan elegan. Dia mengambil suatu dari dalam almari dan kemudian menghampiri Nezia.

"Ini mukena kakakku, kamu pasti belum sholat isya', kan?" tanya sang pemuda yang tidak membutuhkan jawaban, sebab dia tahu persis bahwa Nezia pasti belum sholat karena sedari kecelakaan tadi, mereka terus bersama dan baru berpisah sebentar.

"Di dalam almari ada baju kakakku, kamu bisa memakainya untuk ganti. Ukuran tubuh kalian hampir sama," ucap pemuda tersebut seraya menunjuk almari yang masih terbuka karena dia sengaja tidak menutupnya tadi.

"Aku kesini cuma mau bilang itu, bukan mau berbuat mesum," pungkasnya yang segera berlalu meninggalkan kamar yang ditempati Nezia.

Gadis itu bernapas dengan lega. "Alhamdulillah," ucapnya seraya mengelus dada.

Nezia segera beranjak untuk mengunci pintu kamar karena dia tidak mau jika pemuda itu tiba-tiba saja masuk seperti tadi.

'Sebaiknya, aku cari baju ganti dulu.' Nezia mengamati satu persatu tumpukan pakaian yang terlihat sangat rapi.

'Sepertinya, kakaknya berhijab,' tebak Nezia yang melihat ada banyak tumpukan hijab dan ada pula beberapa yang digantung.

Nezia mengambil stelan baju tidur celana panjang yang bahannya adem dan kemudian memakainya.

Gadis itu mengambil mukena yang tadi diberikan oleh pemuda yang membawanya ke apartemen, lantas memakai mukena tersebut untuk melaksanakan kewajiban sholat isya'.

Khusyuk, Nezia melaksanakan sholat empat roka'at dan setelah membaca wirid, gadis yang wajahnya masih terlihat sembab itu berdo'a.

Air mata kembali menetes, membasahi seluruh wajah Nezia.

"Maafkan Inez, Ibu, Ayah. Kalian sekarang pasti kebingungan mencariku," gumam Nezia.

Gadis itu tahu betul bahwa orang tua dan juga keluarga besarnya pastilah kebingungan mencari, tetapi dia belum memiliki keberanian untuk bertemu dengan mereka semua.

Biarlah untuk sementara ini, dirinya bersembunyi di sini yang dirasa aman karena pemuda yang menolongnya adalah orang yang baik, begitu menurut Nezia.

"Ya, pemuda tadi pasti orang baik. Kalau tidak, dia tentu sudah berbuat yang tidak-tidak saat aku tertidur tadi," gumam Nezia sambil merebahkan tubuh lelahnya di atas sajadah.

Tak lama kemudian, Nezia tertidur hanya dengan beralaskan sajadah dan masih dengan mengenakan mukena.

🌹🌹🌹

Di halaman kediaman orang tua Nezia.

Tepat bakda isya', semua keluarga besar telah berkumpul begitu mendapatkan kabar bahwa Nezia menghilang.

Sang ibu terus saja menangis, setelah menyadari firasatnya tadi sore. "Harusnya aku cegah Inez untuk pergi, Mbak," isaknya dalam pelukan sang kakak.

"Sudah, Dik, jangan menyesali diri terus. Kita berdo'a, semoga Inez segera pulang," hibur sang kakak.

"Dad, apa sudah lapor polisi?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu pada sang suami yang berjalan mondar-mandir sambil memegang ponsel.

Daddy tampan itu menggeleng. "Belum, Mom. Masih diusahakan pencarian secara mandiri, orang-orang kita sudah menyebar."

"Lex, apa sudah dilacak melalui GPS?" tanya Daddy Rehan pada ayah Nezia.

Ayah dua anak itu menghela napas panjang. "Inez bawa mobil lamanya dan mobil itu sudah tidak terkoneksi GPS."

"Ponsel Inez juga tidak dapat kami lacak, Dad," timpal Mirza.

"Terakhir GPS Inez berhasil Attar lacak sekitar dua kilometer arah timur dari mall, tempat kami janjian untuk berkumpul dan jalan itu bukan arah jalan pulang." Attar ikut menimpali.

"Attar juga sudah mengikuti jalan itu sejauh hampir dua puluh kilometer dan sama sekali tidak ada tanda-tanda mobil Inez lewat jalur besar tersebut, kemungkinan dia potong kompas dan ambil jalur yang sepi," terang Attar kemudian, menebak.

Ponsel Daddy Rehan yang selalu beliau genggam bergetar, buru-buru beliau terima panggilan tersebut.

"Iya, bagaimana?"

Daddy tampan itu mendengarkan dengan seksama suara di seberang telepon, dahinya berkerut dalam.

"Di daerah mana?" tanya Daddy Rehan dengan tidak sabar.

"Baik, kami akan segera ke sana," pungkas Daddy Rehan yang langsung menutup teleponnya.

"Ayo, kita berangkat sekarang!" ajak Daddy Rehan pada ayah Nezia dan kedua sahabatnya.

"Kami ikut, Dad," pinta Mirza dan Attar bersamaan.

"Bram, jaga Ibu," titah Ayah Alex pada putra sulungnya.

"Baik, Yah." Pemuda itu mengangguk, patuh. Abraham kemudian mendekati ibu dan budhenya.

"Bu, istirahat di dalam, yuk. Di luar sudah mulai dingin," ajak Abraham dengan penuh perhatian.

Wanita cantik itu menggeleng. "Tidak, Mas. Adikmu diluar sana juga pasti kedinginan," tolak ibunya Abraham yang sangat mengkhawatirkan putri bungsunya.

"Nis ... masuk, yuk!" ajak sang kakak dengan lembut. "Kalau kamu sakit, nanti malah semua orang makin bingung dan mereka tidak bisa fokus mencari Inez," tuturnya kemudian.

"Mommy benar, Bu. Ayo, Bram gendong, ya." Tanpa menunggu persetujuan sang ibu, pemuda berpostur tinggi tegap mirip sang ayah itu membopong tubuh mungil sang ibu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Mommy Billa beserta yang lain, mengekor di belakang Abraham sambil terus berdo'a dalam hati untuk sang keponakan.

Sementara iring-iringan mobil keluarga Nezia, melaju dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang dikabarkan oleh salah satu orang kepercayaan Daddy Rehan.

"Bisa-bisanya ya, Inez sampai ke daerah sana," gumam Om Devan seraya menoleh sekilas pada Opa Alvian yang duduk di sebelahnya.

"Namanya juga orang lagi kalut, Dev. Pasti dia asal jalan aja tanpa memperhatikan arah," balas Opa Alvian pelan, khawatir jika ayahnya Nezia mendengar.

"Lex, si Dito sudah dipanggil belum, tadi?" tanya Om Devan sambil melihat kaca spion di depannya, untuk melihat sang sahabat yang duduk di bangku belakang.

"Tidak perlu!" tegas Om Alex yang menyimpan kemarahan dari nada suaranya. "Kita fokus cari Inez dulu, setelah itu baru urus anak brengsek itu!"

Om Devan semakin menambah kecepatan laju kendaraannya, dia seperti pembalap yang menginjak gas penuh karena ingin segera sampai garis finish terlebih dahulu.

Setibanya di sana, kondisi jalan tidak terlalu ramai karena waktu telah menunjukan pukul sembilan malam dan jalan tersebut bukanlah jalan utama, tetapi jalur lintas sesuai dengan tebakan Attar.

Masih terlihat ada beberapa petugas polisi yang sedang menyelidiki mobil, yang kondisinya sudah menghitam tersebut.

Beberapa orang kepercayaan Daddy Rehan yang sudah berada di sana, segera mendekati mobil bosnya tersebut dan mencarikan tempat untuk parkir.

Baru saja mobil yang dikendarai Om Devan berhenti, Ayahnya Nezia langsung menangis begitu melihat kondisi mobil yang diduga milik putrinya.

Mobil yang telah dipagari dengan 𝘱𝘰𝘭𝘪𝘤𝘦 𝘭𝘪𝘯𝘦 berwarna kuning, yang kondisinya ringsek di bagian depan dan seluruh bagian mobil menghitam.

"Rey, bagaimana mungkin Inez bisa selamat jika kondisi mobilnya seperti itu?"

Laki-laki paruh baya itu tak sanggup untuk turun dari mobil, beliau hanya membuka pintu dan kakinya yang terasa sangat lemas terjulur ke tanah, tak mampu jika harus menopang bobot tubuh tinggi tegapnya.

"Selamat malam, Tuan," sapa salah seorang petugas polisi yang mendekati Daddy Rehan dan Om Alex.

"Ndan, bagaimana dengan kondisi penumpangnya? Dia selamat, kan?" tanya Daddy Rehan, cemas.

"Berdasarkan hasil penyelidikan kami, kondisi pintu mobil yang terbuka serta tidak ditemukan adanya jenazah di dalam, kami dapat memastikan bahwa penumpang berhasil menyelamatkan diri sebelum ledakan terjadi."

Ayah Alex bernapas dengan lega, mendengar penjelasan petugas polisi. "Nez, dimana kamu, Nak?

☕☕☕☕☕ bersambung ...

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

plg dong nez jgn bikin keluargamu kalut 😔😔😔 harus bangkit dn ttep smngat...jgn cengeng dg mnangisi laki² gk ad guna kyk gtu 😠

2023-06-08

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝘕𝘦𝘻𝘪𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘯𝘨𝘯 𝘬𝘢𝘣𝘶𝘳 𝘬𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘥𝘯𝘨𝘯 𝘬𝘢𝘣𝘶𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳

2023-03-22

2

Windarti08

Windarti08

kan salah bukan kamu Nez... tapi Dito yang udah mengkhianatimu. knapa kamu yang takut dan belum siap bertemu dengan keluargamu?

2023-03-13

2

lihat semua
Episodes
1 Tega Kamu, Bang!
2 Astaghfirullah ...
3 Kamu Mau Ngapain?
4 Dimana Kamu, Nak?
5 Kenapa, Aku?
6 Tidak Perlu Repot-repot, Faris!
7 Apa Kabar, Abe?
8 Apa yang Kamu Pikirkan, Dik?
9 Aku Membencimu, Faris!
10 Belum Mau Pulang
11 Gadis Manis
12 Tanggungjawab?
13 Private Room
14 Meluapkan Kekecewaan
15 Ketemu Sama Mas Ganteng
16 Jangan Malu-malu, Kucing!
17 Akang Faris dan Neng Ganis
18 Kencan Pertama
19 Pergi Kencan
20 Mulai Lembaran Baru
21 Calon Bidadari Syurga
22 Aku Terpesona
23 Foto Prewed
24 Aku Serius, Neng
25 Rekomendasi Novel Keren, Karya. Mphoon
26 Aku Mencintaimu, Neng Ganis
27 Membantu Menuntaskan Hasrat
28 Apa yang Mereka Lakukan?
29 Apa Kamu Mencintai Faris?
30 Gadis Cantik di Hadapan Faris
31 Meminang Putri Bapak dan Ibu
32 Rekomendasi Novel Karya Author Keren
33 Adakah yang Lebih Penting?
34 Bulan Madu Inez dan Faris
35 Segera dinikahkan
36 Tidak Pandai Berkicau
37 Semalaman Ninggalin Gue
38 Menikah dengan Dia?
39 Bawa Gadis itu, ke Atas
40 Aku Khilaf
41 Pura-pura Pingsan
42 Apa yang Dia Lakukan!
43 Selamat Jalan ...
44 Promo Novel on going
45 Sumpah Mantan Mertua
46 Dewa Penolong
47 Langkah yang Sesat
48 Jomblo moon
49 Pelajaran Pertama
50 Gladi Resik
51 Berbagi Peluh
52 Bang Alex Menyeramkan
53 Simulasi Dulu, Neng
54 Jamu Kuat
55 Memancing Kekecewaan
56 Keselek Sosis Jumbo
57 Harus Malam Ini
58 Lele Dumbo
59 Tak Kenal Maka Tak Sayang
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Tega Kamu, Bang!
2
Astaghfirullah ...
3
Kamu Mau Ngapain?
4
Dimana Kamu, Nak?
5
Kenapa, Aku?
6
Tidak Perlu Repot-repot, Faris!
7
Apa Kabar, Abe?
8
Apa yang Kamu Pikirkan, Dik?
9
Aku Membencimu, Faris!
10
Belum Mau Pulang
11
Gadis Manis
12
Tanggungjawab?
13
Private Room
14
Meluapkan Kekecewaan
15
Ketemu Sama Mas Ganteng
16
Jangan Malu-malu, Kucing!
17
Akang Faris dan Neng Ganis
18
Kencan Pertama
19
Pergi Kencan
20
Mulai Lembaran Baru
21
Calon Bidadari Syurga
22
Aku Terpesona
23
Foto Prewed
24
Aku Serius, Neng
25
Rekomendasi Novel Keren, Karya. Mphoon
26
Aku Mencintaimu, Neng Ganis
27
Membantu Menuntaskan Hasrat
28
Apa yang Mereka Lakukan?
29
Apa Kamu Mencintai Faris?
30
Gadis Cantik di Hadapan Faris
31
Meminang Putri Bapak dan Ibu
32
Rekomendasi Novel Karya Author Keren
33
Adakah yang Lebih Penting?
34
Bulan Madu Inez dan Faris
35
Segera dinikahkan
36
Tidak Pandai Berkicau
37
Semalaman Ninggalin Gue
38
Menikah dengan Dia?
39
Bawa Gadis itu, ke Atas
40
Aku Khilaf
41
Pura-pura Pingsan
42
Apa yang Dia Lakukan!
43
Selamat Jalan ...
44
Promo Novel on going
45
Sumpah Mantan Mertua
46
Dewa Penolong
47
Langkah yang Sesat
48
Jomblo moon
49
Pelajaran Pertama
50
Gladi Resik
51
Berbagi Peluh
52
Bang Alex Menyeramkan
53
Simulasi Dulu, Neng
54
Jamu Kuat
55
Memancing Kekecewaan
56
Keselek Sosis Jumbo
57
Harus Malam Ini
58
Lele Dumbo
59
Tak Kenal Maka Tak Sayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!