Suara klakson mobil yang ditekan penuh oleh pengemudinya dari arah berlawanan, membuat kesadaran Nezia kembali dan menyadari bahwa bahaya sedang mengintai dirinya.
"Astaghfirullah ...." Suara gadis itu menghilang, bersamaan dengan suara dentuman keras yang ditimbulkan oleh mobil yang menghantam pohon besar di pinggir jalan.
Sebuah mobil sedan yang juga melaju kencang membuntuti mobil Nezia sejak tadi, langsung berhenti hingga menimbulkan suara decitan nyaring, akibat gesekan roda mobil kecil tersebut dengan aspal jalan.
Pengemudi sedan tersebut segera keluar dan membanting pintu mobilnya dengan keras. "Sudah kuduga, ini pasti terjadi! Dasar, nyetir ugal-ugalan! Tidak sayang apa, sama nyawa sendiri!" umpatnya yang merasa kesal karena sempat disalip tadi oleh mobil yang mengalami kecelakaan dan tanpa menyalakan lampu sein hingga mobil pemuda itu sempat oleng.
Pemuda bertubuh tinggi atletis itu segera menghampiri mobil Nezia yang telah ringsek di bagian depan.
"Hai! Buka pintunya!" Dia berteriak seraya menggedor pintu mobil Nezia.
Sementara Nezia yang baru saja membuka mata, kembali terisak. "Kenapa aku masih hidup? Kenapa enggak mati, saja?" teriaknya kesal. Gadis yang sedang patah hati itu menangis sambil kembali memukul-mukul setir mobilnya dengan keras.
Mendengar pintu mobilnya di gedor dari luar, Nezia sempat takut, tapi sedetik kemudian dia memberanikan diri untuk membukanya.
'Kalau dia orang jahat dan berniat membunuhku, tak mengapa. Lebih baik aku mati daripada harus menanggung semua ini,' gumamnya dalam hati. Air mata Nezia masih terus mengalir.
"****! Kamu, kamu perempuan?" umpat pemuda tersebut, terkejut. Dia pikir, pengemudi yang ugal-ugalan di jalanan tadi adalah seorang laki-laki, tapi nyatanya pemuda itu salah.
"Yaelah, pakai nangis lagi!" Pemuda berwajah manis itu semakin terlihat kesal.
Nezia sama sekali tak menyahut, gadis itu terus terisak.
"Sudah, jangan nangis! Hubungi keluargamu segera!" titah pemuda yang masih memakai pakaian kerja, sepertinya dia baru saja pulang.
Pengendara lain tak ada yang berhenti, hanya memelankan laju kendaraannya sebentar karena penasaran apa yang terjadi. Setelahnya mereka akan kembali melaju kencang, untuk melanjutkan perjalanan menuju pulang.
Tiba-tiba, ada asap tipis terlihat dari arah depan mobil yang telah ringsek tersebut. Sigap, pemuda itu menarik tangan Nezia dan membawanya menjauh.
"Sepertinya mobilmu akan meledak, menjauhlah! Aku juga akan menjauhkan mobilku," titah pemuda tersebut sambil berjalan tergesa menuju mobilnya.
Setelah pemuda itu melepaskan tangan Nezia, gadis itu bukannya menjauh, tetapi malah mendekati mobilnya kembali dan hendak masuk ke dalam.
"Jangan gila, kamu!" teriak sang pemuda yang kembali berlari menghampiri Nezia. Dia tarik tangan gadis itu dengan sedikit kasar karena Nezia berontak tak mau diselamatkan.
Pemuda itu membawa paksa gadis pengendara mobil yang baru pertama kali ini dia lihat, masuk ke dalam mobilnya agar Nezia tidak nekat mencelakai dirinya sendiri.
Bergegas, pemuda itu tancap gas karena percikan api terlihat mulai menyebar. Benar saja, baru beberapa meter mobilnya menjauh dari tempat kejadian, suara ledakan terdengar begitu keras hingga memekakkan telinga.
"Huh ... syukurlah," ucap pemuda tersebut, lega.
"Sekarang, hubungi keluargamu," pinta pemuda yang duduk di belakang kemudi seraya menoleh kearah Nezia, setelah menghentikan mobilnya di tempat yang aman agar tidak mengganggu pengendara lain.
Nezia menggeleng, tegas. Gadis itu merasa belum siap untuk bertemu dengan keluarganya. Lagipula, ponselnya tertinggal di dalam mobil tadi dan sekarang pasti sudah tak berbentuk.
Pemuda bermata elang itu, menghela napas berat.
Hening, sejenak menyapa kabin mobil tersebut. Hanya sesekali terdengar isak kecil yang keluar dari mulut Nezia.
"Ya sudah, kita tunggu saja di sini. Polisi sebentar lagi pasti datang," ucap pemuda itu, mengurai keheningan.
"Polisi?" Nezia menoleh ke arah pemuda yang tadi sudah kasar menyeret tangannya.
"Iya, polisi. Biar mereka yang membawamu dan mengantar kamu pulang karena kamu tidak mau menghubungi keluargamu," terang sang pemuda.
"Jalankan mobilmu sekarang!" teriak Nezia tiba-tiba. Mendengar apa yang dikatakan pemuda yang duduk di sebelahnya barusan, membuat Nezia panik.
Dia tidak mau kalau sampai bertemu polisi yang pasti akan dapat mengetahui keluarganya dan kemudian mengantarkan Nezia pulang.
Pemuda itu masih terdiam.
"Cepat! Jalan!" perintah Nezia. Atau aku akan keluar dari mobilmu dan menabrakkan diri pada mobil yang melaju kencang itu!" Nezia menunjuk ke arah jalan raya.
Gadis itu hendak membuka handle mobil, seolah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, meski yang sebenarnya dia hanya menggertak saja.
Sang pemuda hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sebenarnya sangat lelah dan ingin cepat-cepat pulang, tapi malah bertemu dengan gadis keras kepala seperti ini.
"Ayo, jalan! Nanti polisi keburu datang!" Kembali Nezia berseru.
Akhirnya pemuda itu menuruti permintaan gadis yang hendak nekat mencelakai dirinya, dengan masuk kedalam mobil yang akan meledak tadi.
"Dimana rumah kamu?" tanya sang pemuda, setelah mobilnya melaju cukup jauh dari tempat kejadian.
Nezia membungkam mulutnya sendiri, tak mau berbicara.
Pemuda yang berusia sekitar dua puluh empat tahun itu menghela napas panjang. "Sabar, sabar ...," gumamnya pada diri sendiri.
"Siapa nama kamu?" tanya sang pemuda. "Biar enak kita ngobrolnya," lanjutnya seraya melirik sekilas pada Nezia.
Gadis yang matanya sembab itu, tetap terdiam.
Pemuda tersebut terus melajukan mobilnya tak tentu arah, sambil terus bertanya dimana rumah Nezia, tapi gadis yang sedang patah hati itu masih tetap membisu.
"Ini sudah hampir jam sebelas, kamu mau diantar kemana? Aku sudah lelah, mau pulang dan tidur." Pemuda tersebut menghentikan laju kendaraan dan menatap Nezia meminta kejelasan.
"Terserah, aku mau kamu bawa kemana, kamu lempar ke jalanan juga tidak apa-apa," balas Nezia datar.
"Huh ... mimpi apa, aku semalam," gumam sang pemuda.
"Aku juga lelah, aku mau tidur," pamit Nezia yang langsung menyetel bangku yang dia duduki agar tidurnya nyaman.
Pemuda tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia kemudian segera tancap gas untuk pulang ke apartemennya.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, mobilnya memasuki area parkir basement apartemen.
"Hai, bangun. Sudah sampai." Pemuda itu mencoba membangunkan Nezia dengan mengguncang lengan gadis yang tidur di mobilnya.
Mungkin karena kelelahan, Nezia sama sekali tak terganggu.
"Masak iya aku harus menggendongnya, sih!" kesal sang pemuda.
Akhirnya, mau tak mau dia membopong tubuh ramping Nezia, menuju unit apartemen miliknya.
Setelah berhasil sampai di dalam unit dengan susah payah, pemuda itu membawa Nezia ke salah satu kamar yang ada di unit miliknya.
Dia merebahkan Nezia di atas ranjang empuk berukuran besar, menyelimuti hingga sebatas perut dan kemudian meninggalkan kamar tersebut.
"Hari yang melelahkan," gumamnya sambil melakukan peregangan ringan.
Setelah dirasa cukup dan sekujur tubuhnya menjadi rileks, pemuda itu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Cukup lama dia berada di dalam kamar mandi, ketika keluar dari kamar kecil yang ada di sudut kamarnya itu, pemuda tersebut hanya membalut tubuh dengan handuk sebatas pinggang.
Baru saja hendak memakai pakaian yang dia ambil dari dalam almari, indera pendengarannya menangkap suara aneh dan terdengar mengerikan.
"Masak di sini ada hantu?" tanyanya pada diri sendiri sambil mengenakan pakaian.
Rasa penasaran, membawa pemuda tersebut membuka pintu balkon kamarnya dan suara itu semakin jelas terdengar.
Pemuda itu melongokkan kepala ke balkon samping, yang terhubung dengan kamar yang ditempati oleh Nezia dan hanya disekat dengan tembok pembatas sebatas dada.
Dia terkejut mendapati seorang gadis dengan rambut panjang terurai sedang menangis tersedu di sana dan sempat mengira bahwa itu adalah makhluk halus, tetapi setelah mengenali pakaian gadis yang membuatnya sampai apartemen kemalaman, pemuda itu pun berseru.
"Bikin kaget saja! Aku pikir yang nangis kunti tadi! Dah, masuk! Angin malam tidak baik untuk kesehatan!"
Mendengar suara pemuda yang membawanya ke tempat asing ini, Nezia mendongak mencari sumber suara. Menyadari pemuda itu tengah menatap dirinya yang sedang tidak memakai hijab, gadis yang masih berlinang air mata tersebut langsung berlari masuk ke dalam kamar.
"Sebaiknya aku membersihkan diri dulu," gumam Nezia yang bergegas menuju kamar mandi.
Gadis itu mengguyur kepalanya dengan air shower yang dingin, untuk menyegarkan kepalanya yang terasa panas.
Setelah ritual mandinya selesai, Nezia membungkus tubuhnya dengan handuk kimono yang sempat di sambarnya tadi dari gantungan handuk di depan kamar mandi.
Gadis itu keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, hingga Nezia tak menyadari bahwa ada orang lain di dalam kamar yang dia tempati.
"Ehm ...." Pemuda itu berdeham.
"Ka-kamu! Kamu mau ngapain?" Nezia nampak sangat terkejut. Gadis itu mundur ke belakang, ketika pemuda itu menatapnya tanpa berkedip sambil terus melangkah mendekati Nezia.
☕☕☕☕☕ bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
sherly
kenapa coba hrs seperti itu Nez? kan bisa cerita ke ortu kelakuan Dito, trus usaha Dito dibuat bangkrut, knp kamu pula yg kabur ngk jls gt... jdnyakan si Dito bisa bilang kamu yg ngk mau nikah Ama dia...
2023-11-14
1
Ita rahmawati
basing aj si kmu inez gk liat² tmpt siapa it 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-06-08
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘕𝘦𝘻𝘪𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘰𝘣𝘰𝘩
2023-03-22
2