Dengan langkah tergesa, Parjo menembus kerumunan orang yang ada di teras rumahnya, bahkan nampak ibu ibu juga memenuhi ruang tamu rumah Parjo, mata Parjo melotot dengan mulut terbuka, ketika pandangan matanya tertuju pada sosok wanita yang tampilannya begitu mengerikan.
Bu Sumi menangis histeris dengan posisi duduk di salah satu kursi miliknya, nampak wajahnya sudah berantakan tak karuan, wajahnya terlihat aneh dan mengerikan, bedak tebal yang tadi dipoleskan kewajahnya, kini luntur oleh air mata, bahkan coretan pensil alis dan celak luntur kemana mana, pun dengan lipstik merah merona nya sudah tak berbentuk lagi, beberapa ibu ibu berusaha menenangkan wanita yang kini tengah menangis dengan suara yang cukup keras.
"Bu, kok kamu jadi begini?" Parjo mengusap wajahnya, masih tak percaya dengan penampilan wanita dihadapannya.
"Bapak kok ngeri lihat kamu Bu, sudah mirip kayak badut yang ada di lampu merah sana."
Parjo langsung membekap mulutnya, saat menyadari ucapannya dan seketika istrinya langsung melotot tak terima.
"Walah, gimana to pak Parjo Iki, orang istrinya lagi tertekan karena stres mikirin Yani, kok masih bisa bisanya ngelawak." Salah satu ibu ibu yang ada di dalam ikut menimpali dan hanya dibalas cengiran oleh pak Parjo dengan tampang lugunya.
"Sudah! sudah! Bu Sumi baiknya tenangkan diri dulu, kalau memang yang menimpa Yani saat ini ulah Santo, nanti sebaiknya Bu Sumi sama pak Parjo dengan didampingi beberapa warga menemui keluarga Santo, bicarakan dulu baik baik, kita harus mempertemukan Yani dan Santo, biar jelas semuanya dan agar bisa menemukan solusi dari masalah ini." Bu minah mengeluarkan pendapatnya, dan langsung di iyakan oleh semua ibu ibu yang turut hadir untuk melihat kekacuan dirumah Bu Sumi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Waktu yang ditunggu tunggu pun tiba, pak RT dan beberapa warga mendatangi rumah Parjo untuk mendampinginya ke rumah keluarga Santo, sambil menunggu anak dan istrinya, Parjo meminta pak RT dan yang lain untuk duduk dikursi ruang tamunya.
"Yan, kamu harus ingat omongan ibu, kamu harus pintar akting, buat mereka percaya kalau Santo satu satunya laki laki yang meniduri mu.
Kamu harus bisa pasang wajah melas juga sedih, kalau bisa kamu harus bisa nangis, tunjukkan kalau kamu takut dan frustasi, biar nanti semua percaya dan simpati sama kita, seperti yang ibumu lakukan tadi, pura pura nangis kayak orang stres demi menarik simpati warga, pokoknya kamu harus memainkan peranmu sebaik mungkin, agar Santo mau menikahi kamu.
Dari pada kamu hamil dan tidak ada bapaknya, malu nya ituloh, bayangin aja ibu gak kuat."
Bu Sumi memberi arahan dan nasehat panjang kali lebar pada putri kesayangannya, dan Yani hanya mengangguk dan senyum senyum membayangkan akan jadi istrinya Santo, pemuda yang memang jadi incaran Yani, hingga Yani rela tidur dengan laki laki umur dua puluhan itu tanpa imbalan apapun, tidak seperti dengan laki laki lain, Yani mau melakukan jika dikasih uang atau barang yang Yani inginkan.
"Bu....sudah siap belum? Pak RT dan yang lain sudah menunggu, ibu sama Yani cepat keluar." Suara Parjo seketika menghentikan lamunan Yani dan Bu Sumi segera menarik tangan putrinya untuk keluar dari kamar.
"Ingat apa yang ibu bilang tadi, Yan." Bu Sumi kembali membisikkan rencana yang tadi ia susun dikamar Yani, sebelum akhirnya mereka melangkah keluar menuju rumahnya Santo.
Pak RT berjalan lebih dulu dengan diiringi Parjo juga dua orang lainnya, sedang Bu Sumi berjalan tak jauh dibelakang mereka dengan menggandeng Yani yang diikuti dua ibu ibu tetangganya, ada Bu Yuli dan Bu Minah.
Bu Tini dibuat kaget dengan kedatangan pak RT beserta rombongannya bertandang kerumah tanpa memberi tahu lebih dulu.
Setelah mempersilahkan tamu nya masuk dan duduk, Bu tini meminta pembantunya untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan, sebelum Bu Tini kembali menemui pak RT dan yang lain, Bu Tini memutuskan untuk menelpon kakaknya yang rumahnya hanya berjarak seratus meter saja, entah kenapa perasaan Bu Tini tiba tiba tidak enak dengan kedatangan pak RT juga warga yang lain, itu sebabnya dia ingin berjaga jaga, jika terjadi sesuatu ada kakaknya yang bisa dimintai pertolongan.
"Maaf sebelumnya, ini ada apa ya, kok tiba tiba pada kerumah saya? malam malam pula, saya sedang tidak ada acara apapun loh." Tanpa basa basi lagi, Bu Tini langsung menanyakan pada pokok masalah yang membuat mereka rame rame mendatangi rumahnya.
"Sebelumnya kami minta maaf, kalau kedatangan kami mendadak seperti ini dan mungkin membuat Bu Tini jadi bingung, langsung saja saya akan bicara ke inti dari tujuan kedatangan kami menemui Bu Tini, ini bersangkutan dengan Yani, anak pak Parjo dan Bu Sumi." jelas lak RT sopan.
Bu Tini langsung mengalihkan pandangannya ke arah Yani yang terlihat menunduk dengan meremas kedua jari jari tangannya, seperti orang yang sedang gelisah. Dengan tatapan menyelidik, Bu Tini kembali menatap satu persatu orang yang berada diruangan itu.
"Yani?
Apa hubungan saya dengan Yani pak?
Karena saya merasa tidak punya masalah dengan Yani atau dengan siapapun di kampung ini." Bu Tini masih tetap berusaha tenang, meskipun di hatinya sudah mulai gelisah dan sedikit cemas.
Sebelum melanjutkan bicara, pak RT membenarkan posisi duduknya, sambil memikirkan kata kata yang tepat untuk menyampaikan maksud kedatangannya pada Bu Tini, karena pak RT sangat tau, wanita seperti apa yang ada dihadapannya, Bu Tini akan bersikap bar bar bahkan nekad jika merasa terganggu dan tak suka.
"Sebelum saya meneruskan pembicaraan ini, boleh saya tanya sesuatu pada ibu?" Lanjut pak RT sopan sambil menautkan genggaman kedua tangan bertumpu pada pahanya.
"Silahkan.
Tanya saja apa yang mau pak RT tanyakan, saya akan dengan senang hati menjawabnya." Balas Bu Tini, masih dengan sikap cueknya.
"Bu Tini, apa sudah mendengar kabar tentang apa yang terjadi dengan Yani saat ini.?" Pak RT bertanya dengan nada hati hati agar tak terkesan memojokkan.
"Kabar tentang Yani hamil?" Ucap Bu Tini tak mengerti dan langsung menatap tajam ke arah anak yang sedari tadi menunduk lesu sambil memainkan jari jarinya.
"Iya! apa Bu Tini tau siapa laki laki yang menghamili Yani?" Balas pak RT masih dengan sikap hati hati, agar tidak terjadi huru hara sebelum semuanya terang.
"Kenapa pak RT menanyakan itu pada saya?
apa hubungan saya dengan kehamilan Yani? Lebih baik pak RT tanyakan saja langsung pada orang tuanya, bukan pada saya." Bu Tini mulai gelisah, sebagai seorang ibu, instingnya mulai mengarah pada anak lelakinya yang terkenal nakal dan urakan, tapi Bu Tini berusaha untuk tetap bersikap tenang.
"Kami sudah menanyakan pada orang tua dan juga Yani, dan dari pengakuan yani, kalau Yani dan Santo anak ibu pernah melakukan hubungan badan hingga beberapa kali, dan kemungkinan anak yang dikandung Yani adalah anaknya Santo."
Kembali pak RT meneruskan kalimatnya.
Braaaaaaak! Bu Tini langsung menggebrak meja dan membuat semua orang langsung berjingkat kaget, tanpa memikirkan kesopanan, Bu Tini berdiri dengan berkacak pinggang dengan dada naik turun meluapkan amarahnya.
"Jangan sembarangan menuduh tanpa bukti, Santo tidak mungkin melakukan itu, apa lagi pada anak ingusan seperti Yani, cantik juga tidak, pakaiannya saja tidak ada modis modisnya, dia bukan level anak saya." Bu Tini bicara dengan nada tinggi hingga nafasnya tersengal karena emosi.
"Heh jaga ucapanmu! kalau Yani bukan level Santo, kenapa dia bisa bunting karena ulah Santo, jangan hina anakku, Yani itu cantik dan juga montok, bahkan Santo selalu memberi Yani pil sebelum berhubungan.
Itu artinya anakmu yang sudah kurang ajar." Bu Sumi tak terima dengan ucapan ibunya Santo, tanpa menghiraukan ucapan suaminya untuk tenang, Bu Sumi langsung mencak mencak membalas ucapan Bu Tini dengan penuh emosi.
"Diaaaaam."
Suara teriakan dari arah pintu seketika membuat suasana yang tadinya ricuh kini berubah sunyi, semua pandangan menatap ke arah suara tegas yang mampu membungkam pertengkaran dua wanita yang sama sama tak terima anaknya disalahkan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
New karya Hawa
#Negeri dongeng Alisia
#Wanita Berkubang Dosa
#Cinta berbalut Nafsu
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments