Dan keheningan langsung menyergap keduanya begitu menempati satu tenda bersama. Apalagi ukuran tenda itu tidak terlalu besar. Shane saja sampai menekuk kaki jenjangnya, sementara Elara juga harus meringkuk demi melindungi diri dari hawa dingin disekitarnya.
Tiba-tiba Shane memecah keheningan diantara mereka. Pria berambut cokelat itu melihat gelagat Elara yang cukup bisa ditebak. Sepertinya gadis itu kedinginan.
"Kau mau selimut?" Shane menawari Elara.
"Kau memilikinya?"
"Ada, selimut hidup," kelakar Shane dan hal itu justru membuat Elara berpikir keras. Apa yang dimaksud Shane dengan selimut hidup?
"Selimut hidup maksudnya?"
"Selimut yang bisa bergerak tapi itu tidak menghilangkan fungsi utamanya dalam menghangatkanmu."
Elara tersenyum kecil sambil menggeleng samar. Shane ikut melempar senyum yang sama.
"Kau tidak tertarik dengan selimut itu?"
Rupanya Shane masih mau membahas hal yang sama.
"Baiklah, aku memang butuh selimut tapi aku mau selimut yang biasanya."
Shane akhirnya duduk, mencari-cari sesuatu dari ransel yang tadinya ia gunakan sebagai bantal.
"Ini, pakailah! Ini bukan selimut tapi ini hoodie milikku, maaf karena aku sudah mengenakannya beberapa saat tadi, tapi mungkin ini bisa membuatmu menepis rasa kedinginan."
Elara menerimanya dan hampir mengucapkan kata terimakasih, tapi Shane segera bersuara membuat Elara kembali membungkam mulutnya yang sudah terbuka.
"Tenang saja, ku pastikan itu masih bersih dan tidak bau," kata Shane dengan tawa kecil dan Elara pun mengangguk dengan senyum dikulumm.
Gadis itu langsung menyelimuti diri dengan hoodie milik Shane yang mengeluarkan aroma aftershave khas pria itu. Baunya seperti percampuran antara musk dan woody. Elara terhanyut hingga membuatnya memejamkan mata yang lama kelamaan semakin mengantuk.
Shane sedikit bergerak dan memperhatikan Elara yang terpejam. Satu sudut bibirnya tertarik, ia pun ikut tertidur dengan senyuman pula.
Dan benar kata Elara, tidak terjadi apapun diantara mereka malam itu selain benar-benar jatuh ke alam mimpi.
...***...
Elara terbangun pagi-pagi sekali saat mendapati dirinya seorang diri berada dalam tenda. Ia keluar dari sana dan melihat Shane sedang sibuk menyalakan kompor kecil yang merupakan alat tempurnya didunia perkemahan.
"Shane?"
"Kau sudah bangun?"
"Hmm ... bisakah aku membersihkan diri di sungai?"
Shane langsung mengalihkan atensi untuk fokus menatap Elara sepenuhnya.
"Makanlah dulu, aku tidak mau kau hanyut lagi di aliran sungai yang sama."
Seperti kebiasannya, Elara mengangguk patuh, ia selalu menuruti sesuatu yang dirasanya baik dan tidak bertentang dengan nalurinya.
"Kau memasak apa?"
"Hanya mie instan. Kau mau?"
"Tentu, aku tidak mungkin menolaknya," kata Elara jujur.
Shane terkekeh pelan kemudian menyeruput kopi yang juga sudah ia buat sebelumnya.
"Apa kopinya ada lagi?" tanya Elara.
"Kau mau, aku bisa membuatkannya untukmu juga, sebentar ..."
Shane kembali menyalakan kompor tungku kecilnya dan memanaskan air untuk membuat kopi yang juga instan.
Matahari belum muncul sepenuhnya, cuaca masih cukup gelap saat mereka terbangun, atau mungkin karena ini didalam hutan makanya cuaca di jam ini masih tampak belum terang sama sekali.
"Selesai membersihkan diri di sungai, aku mau kita mencari sinyal. Bisakah?"
Shane menatap Elara beberapa saat, dia tampak berpikir kemudian pria itu berkata,
"Apa kau yakin? Ku pikir kondisimu belum terlalu fit."
"Tapi aku butuh untuk memberitahukan kabar pada keluargaku secepatnya."
"Aku tau." Shane menatap kedalam netra hitam milik Elara dengan tatapan prihatin. "Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu terlalu lelah karena aku khawatir kau akan sakit," paparnya.
"Baiklah, aku menunggu saat dimana tubuhku benar-benar sudah lebih baik."
Selesai dengan sarapannya, mereka berjalan sedikit ke sebuah sungai yang terdekat dari posisi tenda mereka berada. Tidak seperti sungai yang kemarin menghanyutkan Elara, disini tempatnya lebih landai dan datar. Ada beberapa bebatuan dan itu menampilkan khas hutan yang masih natural dan belum terjamah sama sekali oleh tangan manusia. Adapun sebuah air terjun yang tidak terlalu besar pun tidak kecil, mungkin itu berasal dari gunung yang posisinya lebih tinggi diatas sana.
"Wah, disini indah sekali," akui Elara saat tiba ditempat itu. Ia merasa sedang bertamasya disebuah tempat liburan sekarang.
"Ini lebih indah dari perkiraan ku," kata Shane yang juga takjub. "Tunggu apa lagi? Ayo kita kesana!" kata pria itu penuh antusias.
Shane masuk ke sana lebih dulu, ia menyiram Elara dengan percikan air membuat gadis itu mendelik karena ulahnya.
"Shane!!!" Elara mengeluh tapi akhirnya ia ikut masuk ke air dan memperlakukan Shane dengan tindakan yang serupa untuk membalas kelakuan jail pria itu.
Mereka tertawa dengan percandaan itu, Elara merasa senang bercengkrama seperti ini hingga ia melupakan sesuatu.
"Ya Tuhan, pakaianku!!" Elara memekik saat menyadari pakaian aslinya berikut underwearnya hanyut di terbawa air yang mengalir. Padahal, niat awal Elara mau mencuci itu disini agar bisa ia kenakan keesokan hari, ia bisa menjemurnya didekat tenda, begitulah pemikiran Elara.
Elara berniat mengejar pakaiannya yang hanyut, tapi Shane mencegahnya.
"Tidak usah, kau masih bisa mengenakan pakaianku yang lain nanti. Lagipula bukankah baju itu sudah robek?"
Haruskah Elara mengatakan pada Shane bahwa underwearnya juga ikut hanyut? Jadi yang dibutuhkan Elara bukan sebatas pakaian ganti yang dimaksudkan oleh Shane?
"Tapi ..."
"Sudahlah, Lara. Kondisimu tidak baik untuk mengejar pakaian itu. Apa kau tidak takut hanyut lagi?"
Elara akhirnya mengangguk, meski begitu dalam hatinya kembali merutuk, karena kecerobohannya ia akan melewatkan beberapa hari ke depan tanpa menggunakan underwear.
Shane mulai melepas bajunya. Ia akan segera mandi, ia tidak tau jika saat melihat itu Elara membuang muka karena sempat menyaksikan otot bisep milik sang pria. Wajah Elara memerah, ia memutuskan untuk membersihkan diri dengan membelakangi posisi Shane.
"Berapa lama lagi aku harus terjebak berdua saja dengannya? Oh, ya ampun ..." Elara bergumam-gumam dan menggerutu pada dirinya sendiri.
Sementara Shane melihat Elara yang sedang membasahi rambutnya.
"Apa kau bisa?"
Tiba-tiba Shane sudah berada tak jauh di belakang punggung Elara yang tadi sengaja membelakangi.
"Jangan mendekat, Shane."
"Kenapa?" Shane bertanya namun tidak menghentikan langkahnya yang semakin memangkas jarak mereka. Shane kini benar-benar berada dibalik punggung Elara.
"Kau tidak memakai baju!" protes Elara terus terang.
Shane terkekeh, ia jadi tau kenapa Elara membelakanginya seperti ini.
"Ku pikir kau mengambil posisi ini karena meminta bantuanku untuk membasahi rambutmu."
"Shane?" Elara akhirnya menoleh pada Shane untuk memberikan tatapan protes atas ucapan pria itu.
Shane tertawa ringan. "Apa kau selalu seperti ini?" tanyanya.
"Seperti ini apanya?"
"Selalu lucu." Shane menatap kedua bola mata Elara bergantian.
"Aku bukan pelawak, Shane!" tukas gadis itu dan Shane kembali meledakkan tawanya.
"Mandilah, atau kau mau aku memandikanmu?"
"Kau ini!" Elara berdecak lidah, ia sudah bisa menilai jika pria penolongnya ini adalah pria yang pandai bercanda. "Menjauhlah, beri sedikit jarak agar aku bisa membersihkan diri dengan leluasa."
"Kau yakin? Apa kau tidak butuh bantuanku?" goda pria itu lagi, ia mengerlingkan mata sekarang.
"Tidak, aku bisa sendiri, Shane." Elara memilih menyahuti Shane dengan serius sehingga membuat pria itu mengendikkan bahu kemudian benar-benar menjauh dari Elara.
Beberapa menit membersihkan diri, Elara akhirnya selesai dan naik ke pinggiran. Ia melihat Shane masih asik bermain air dan sesekali duduk di bebatuan yang ada ditengah-tengah sungai landai itu.
Hanya beberapa menit berselang, Elara tiba-tiba merasakan sesuatu.
"Shane!!!" Dan gadis itu memekik meneriaki nama Shane yang terkejut saat mendengarnya.
...Bersambung ......
Komentarnya??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
martina melati
benar2 polos tanpa bra dan cd
2024-06-26
0
martina melati
berpelukan
2024-06-26
0
Yusria Mumba
ceritany nangis,
2023-06-25
0