Shane benar-benar membantu mengobati luka yang ada di wajah Elara sampai tuntas, pun demikian ia membantu mengoleskan semacam gel di beberapa bagian luka lainnya seperti di lengan, kaki dan bahu gadis itu.
"Shane, terima kasih. Aku akan melanjutkannya sendiri."
"Tak apa, katakan lagi dimana lukanya, biar aku bantu mengoleskan obatnya."
"Tidak usah, bantuanmu sudah lebih dari cukup."
"Lara, aku tidak mau menolongmu dengan setengah-setengah. Tapi silahkan jika kau mau mengobatinya sendiri ..." Shane memberikan obatnya kepada Elara dan gadis itu menyambutnya dengan tangan bergetar.
Shane dapat melihat hal itu, ia jadi teringat sesuatu.
"Lara, maaf aku telat menawarkannya. Aku pikir kau lapar, aku memiliki stok makanan tapi saat ini aku belum memasaknya. Kau bisa mengisi perutmu dengan biskuit atau snack yang ku bawa."
Shane sedikit mencondongkan tubuh untuk menjangkau letak ranselnya yang ternyata berada di balik tubuh Elara yang terduduk. Posisi itu membuat mereka berdua menjadi sangat dekat, buru-buru Elara membuang pandangannya hingga membuat Shane berdehem singkat.
"Ini, makanlah dulu, kau bisa melanjutkan mengobati lukamu nanti."
Elara mengangguk patuh, lagipula ia tidak memiliki banyak energi untuk mendebat Shane. Meski sejujurnya luka yang belum diobati saat ini adalah yang paling lebar daripada luka yang lainnya. Itu dipermukaan kulit perutnya, itu sebabnya Elara sungkan jika Shane bersikeras untuk terus mengobatinya sebab posisi lukanya yang lain ada di bagian yang tidak seharusnya pria itu lihat.
Elara menikmati biskuit saat Shane kembali bersuara.
"Aku akan membuat api unggun agar kau tidak kedinginan lagi dan ..." Shane berdehem sejenak. "Kalau kau mau, kau bisa mengganti bajumu yang basah dengan bajuku," tawarnya serius.
Merasa tak punya pilihan lain, akhirnya Elara mengiyakan penawaran yang Shane berikan. Ia menikmati beberapa lembar biskuit kemudian masuk ke tenda setelah mendapatkan baju ganti dari Shane.
Sebuah kaos oversize berwarna hitam kini melekat di tubuh Elara, ia juga mengenakan celana pendek milik Shane. Meski itu tampak kedodoran di tubuhnya tapi itu jauh lebih baik sebab bisa menutupi beberapa bagian tubuhnya yang tidak menggunakan dal@man.
Sebenarnya Elara merasa risih dengan hal ini, tapi mau bagaimana lagi semua bajunya sudah basah luar dan dalam.
Dalam kesempatan itu, Elara juga menyempatkan untuk mengobati luka diperutnya yang tadi belum sempat ia obati.
Elara kembali duduk di depan tenda dan melihat Shane yang tampak cekatan sedang membakar ikan dan disebelahnya ia juga membuat semacam sup dalam panci kecil.
"Kau tampak cocok mengenakan bajuku," kata Shane pada Elara yang sudah berganti pakaian. Pria itu tersenyum simpul membuat Elara ikut membalas senyumnya.
"Ehm, thanks."
"Kau sudah mengucapkan berkali-kali kata terima kasih, Lara."
Elara menunduk sembari mengulumm senyumnya. Entah kenapa ia dapat merasa jika Shane adalah orang yang baik. Entahlah jika ini hanya perasaannya saja.
"Kau pasti lapar, ayo makanlah." Tiba-tiba Shane sudah duduk disampingnya, mengangsurkan semangkuk sup untuk Elara coba.
Baru saja Elara mau mengucapkan kata terima kasih tapi Shane seakan tau jika gadis itu mau mengucapkan kata yang sama lagi.
"Jika kau benar-benar mau berterima kasih padaku, jangan ucapkan kalimat yang sama tapi buktikan dengan sebuah perbuatan."
"Kau mau aku membalas semua kebaikanmu, begitu?" Elara mencoba menebak.
"Ya."
Elara tertegun dengan sikap Shane yang blak-blakan ingin dibalas kebaikannya dengan sebuah tindakan. Tapi, perbuatan apa yang harus Elara lakukan untuk membalas kebaikan pria ini?
Shane tertawa pelan. Ini membuat Elara keheranan. Apa yang lucu?
"Ada yang lucu?" tanya Elara menyuarakan kebingungannya.
"Kau tampak lucu jika sedang berpikir begitu."
Elara jadi ingat jika Kyle juga sering mengatakan hal serupa padanya. Ah, bicara tentang Kyle seharusnya Elara mengabari sahabatnya itu, kan? Ataupun kabar mengenai kecelakaan pesawat yang menimpanya mungkin sudah sampai pada kedua orangtuanya di Indonesia? Ya, mungkin Elara juga harus mengabari Ayah dan Bundanya disana.
"Katakan padaku apa yang harus ku lakukan untuk membalas kebaikanmu? Aku akan melakukannya, tapi bisa kah kau membantuku lebih banyak lagi nanti?"
Shane kembali tertawa, pasalnya ia dapat menilai kepolosan gadis yang saat ini ditolongnya. Pria itu akhirnya mengangguk-anggukkan kepala sebagai respon untuk ucapan Elara.
"Benarkah? Kau janji mau membantuku lagi?" Elara berniat meminta bantuan pada Shane untuk memberinya tempat berteduh sementara waktu di tenda pria itu, dia juga ingin meminta tolong pada Shane untuk dapat membantunya memberi kabar pada keluarganya.
"Sudah ku katakan aku tidak akan menolongmu dengan setengah-setengah."
"Baiklah, apa yang harus ku lakukan untuk membalas kebaikanmu hari ini?"
"Tidak ada."
"Tidak ada?" Elara mendelik mendengarnya.
"Aku hanya asal sebut saat mengatakannya tadi. Aku tulus membantumu hari ini. Aku tidak mungkin membiarkan orang lain mati saat aku jelas-jelas melihatnya masih bernafas dan tersangkut di ranting pohon dekat sungai."
Elara tersenyum dengan pernyataan Shane. Ia dapat melihat ketulusan dan kesungguhan pria itu saat mengatakannya. Shane tidak berbohong dan Elara tau jika Shane adalah pria yang benar-benar berniat menolongnya.
"Semoga segala urusanmu diperlancar, Shane."
"Ya, semoga saja."
Mereka saling melempar senyum kemudian menikmati makan sederhana mereka dengan diam.
"Lara?"
"Hmm?" Elara menoleh pada pria yang memanggilnya itu.
"Apa kau korban kecelakaan pesawat yang sedang ramai diberitakan?"
"Kau tau hal itu?"
"Sure, berita itu sempat ku dengar sebelum aku terpisah dengan teman-temanku disini."
"Maksudmu, sebenarnya kau bukan berkemah sendirian tapi bersama teman-temanmu dan kalian terpisah?"
Shane mengangguk. "Sejujurnya, aku yang memisahkan diri dari mereka," ungkapnya.
"Why?"
"Tak ada. Aku hanya ingin menyendiri saja."
"Lalu apa kehadiranku mengganggumu?"
Shane tersenyum kecil. "Ya, tentu saja," katanya.
"Maaf, aku---"
"Tapi kau tidak pernah memaksaku untuk menolongmu, jadi tak usah meminta maaf sebab ini bukan salahmu, Lara."
"Tak apa, aku tetap akan meminta maaf telah mengganggu kesendirianmu."
Shane menatap Elara dengan tatapan yang sulit Elara jabarkan maknanya.
"Ah iya, kau belum menjawab soal pertanyaanku tadi. Apa kau salah satu korban dari pesawat itu?"
Elara mengangguk mengiyakan. "Bisakah kau meminjamkan ponsel agar aku bisa menghubungi keluargaku untuk mengatakan jika aku masih hidup?"
"Tentu saja. Tapi di hutan ini sangat sulit sinyal."
"Ya, itu sudah pasti."
"Tenang saja, aku akan mengajakmu ke tempat yang sedikit terbuka dengan pepohonan yang tidak terlalu rimbun. Atau jika perlu, nanti aku bisa memanjat pohon untuk mengabarkan keluargamu, tapi pastikan kondisimu sudah lebih baik dulu, baru kita bisa bergerak mencari sinyal ponsel."
"Terima kasih, Shane. Kau amat baik. Aku tidak peduli kau melarangku mengatakan hal itu, tapi aku akan terus mengucapkannya padamu."
Tanpa sadar keduanya sudah menghabiskan makanan mereka masing-masing. Haripun sudah semakin menggelap. Elara gegas memasuki tenda tapi mendadak ada satu pertanyaan dikepalanya saat dia baru saja merentangkan tubu disana.
Akhirnya Elara kembali menyibak tenda dan keluar dari sana. Ia melihat Shane yang masih duduk didepan api unggun.
"Kau tidur dimana?" tanya Elara. Ya, itulah pertanyaan yang sempat berputar dikepalanya dalam beberapa menit terakhir.
"Tendanya cuma satu, Lara."
"Lalu?"
"Tentu aku tidur disini," kata Shane tenang.
Mendengar itu justru Elara yang merasa bersalah.
"Shane, ini hutan asli. Kau bisa dimakan binatang buas. Masuklah ke tenda. Aku akan berbagi tempat denganmu..." Elara menyadari kesalahan kosa-katanya dan buru-buru meralatnya."Tidak, tidak Maksudku, aku yang mengambil tempatmu jadi biarkan kita menempatinya bersama," paparnya.
Shane menipiskan bibir. "Are you seriously?" tanyanya cukup kaget.
"Aku pria dan kau seorang gadis. Kita---"
"Tak apa selagi tidak melakukan apapun," potong Elara cepat.
"Apa kau yakin aku tidak akan melakukan apapun padamu?" tanya Shane memastikan.
Elara terkekeh singkat. "Aku yakin. Wajahku sangat menjijikkan kau tidak mungkin berselera untuk menyentuhku," kelakarnya.
Shane tertawa sumbang, tapi sesaat kemudian dia kembali berkata-kata.
"Baiklah, ayo kita buktikan ucapanmu itu benar atau tidak," ucap Shane dengan senyuman tipis.
...Bersambung ......
TINGGALKAN KOMENTAR, Vote, GIFT DAN JANGAN LUPA berikan bintangnya✅🙏🙏🙏
VISUAL SHANE GLADWIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ratna
kevin
2023-07-14
0
Nabila
suka visualnya
2023-07-02
0
Yusria Mumba
mantap,
2023-06-25
0