Ketika mobil terparkir di depan sebuah rumah minimalis bergaya Eropa itu. Barulah Rega bangun dari pangkuan Medina dan melepaskan genggaman tangannya. Ketika sang sopir membukakan pintu mobil untuk mereka, Medina segera keluar dan mengucapkan terima kasih pada sopir itu.
"Bawakan barangnya ke dalam"
"Baik Tuan"
Rega menatap Medina yang masih berdiri dengan wajah menunduk, rasanya Rega masih melihat gadis yang sama. Gadis remaja yang pemalu dan penakut yang dia temui 8 tahun lalu, dimana Rega langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu.
"Cepat masuk, malah diam disini" Rega meraih tangan Medina dan menggandengnya untuk masuk ke dalam rumahnya ini.
Medina hanya mengikuti langkah kaki Rega dengan terus menatap ke arah tangannya yang berada dalam genggaman pria itu. Hatinya masih berdebar sama, ketika pria itu menggenggam tangannya seperti ini. Perasaan itu masih sama sejak 8 tahun lalu. Masuk ke dalam rumah ini, Medina melihat ke sekililingnya, rumah mewah dengan segala perlengkapan yang mewah juga. Medina melirik Rega, pria itu dulunya hanya mahasiswa biasa yang bekerja part time. Tapi sekarang lihatlah, bagaimana pria itu menjelma jadi pria sukses.
"Kamar kita ada di atas"
Tunggu dulu. Kamar kita? Apa maksudnya Rega ingin mereka tidur sekamar? Oh Tuhan, Medina baru sadar jika dirinya hanyalah teman ranjang pemuas naf*su Rega saja. Apasi yang sebenarnya Medina harapkan? Berharap Rega akan menjadi sosok yang penyayang dan perhatian seperti dulu? Itu semua tidak akan mungkin terjadi, setelah Rega tahu bagaimana kehidupannya. Mungkin memang pria mana pun tidak akan pernah mau menerima keadaan Medina yang seperti ini.
"Kau masih berdiri di situ, cepat sini"
Medina mengerjap, dia menoleh ke arah Rega yang sudah berada di anak tangga. Medina segera berjalan ke arahnya, lagi-lagi Rega meraih tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Menggandeng Medina untuk naik ke lantai atas rumahnya ini.
Rega membuka pintu kamar utama di lantai atas dan membawa Medina masuk ke dalamnya. Medina melihat kamar yang luas dengan balkon kamar dan jendela yang besar. Bahkan ada televisi di dalam kamar ini.
Apa ini? Kenapa hampir sama persis dengan kamar impianku?
"Nanti kalau kita punya rumah sendiri, aku ingin kamar yang luas" ucap Rega yang sedang memeluk Medina di atas kasur lepek di Kosnya.
"Emm. Ada balkon dan jendela yang besar, biar kalau pagi bisa merasakan sinar matahari yang masuk ke kamar kita. Tempat tidur yang luas juga"
"Ya, nanti kita wujudkan sama-sama"
Percakapan yang terjadi di kamar Kos Rega beberapa tahun lalu kembali terlintas di ingatan Medina. Segala mimpi dan cita-cita yang selalu mereka ucapkan ketika waktu berdua harus musnah begitu saja karena latar belakang Medina dan kehidupannya. Rega telah begitu kecewa padanya ketika mengetahui Medina bekerja di sebuah tempat hiburan malam.
"Bagaimana? Apa kau suka?" Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut Medina. Rega memeluknya dari belakang, menyandarkan dagunya di puncak kepala Medina.
"Emm. Su-suka, kamarnya sangat luas"
"Sekarang kau mandilah dulu, aku ada pekerja sebentar. Kau tunggu aku pulang"
"Ba-baik"
Rega melepaskan lingkaran tangannya, dia mengecup puncak kepala Medina sebelum dia keluar dari kamar. Medina menoleh ke arah pintu kamar yang tertutup. Masih merasa bingung dengan situasi saat ini. Rega terlihat berbeda di malam pertama kali mereka bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. Malam itu tatapan Rega terlihat begitu dingin. Tapi, kenapa hari ini Rega berubah, bahkan perilakunya pun sangat berbeda dengan malam itu.
Sebenarnya apa yang dia inginkan dariku selain tubuhku ini?
Tok..tok..
"Permisi Nona, ini barangnya"
Medina segera berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu. Dia menerima tas yang di bawa oleh Pak supir tadi. "Terima kasih Pak"
"Iya Nona, selamat beristirahat"
"Iya Pak"
Medina kembali menutup pintu kamar, berjalan ke arah tempat tidur dan duduk disana. Menghela nafas berat dengan semua ini. Terkadang Medina ingin menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan hidupnya yang begitu kacau.
Seandainya orang tuaku ada, mungkin hal ini tidak akan terjadi padaku. Tapi, apa aku bisa berandai-andai saat ini? Semuanya telah terjadi dan telah menjadi cerita dalam hidupku.
Medina berdiri dan berjalan menuju pintu yang dia kira itu adalah kamar mandi. Namun saat dia membuka pintu, ternyata bukan kamar mandi. Melainkan sebuah ruang ganti, dan kamar mandi berada di dalamnya dengan pintu yang berbeda.
Medina berjalan melihat-lihat sekelilingnya. Ada dua lemari besar disana, satu kaca besar dan sofa tunggal di ujung ruangan. Entah apa yang membuat Medina penasaran dengan lemari berwarna hitam itu. Dia membukanya dan melihat deretan baju milik Rega disana. Medina mengmbil satu kemeja berwarna biru di dalam lemari. Memeluk kemeja itu dan menciumnya.
"Aromanya masih sama, sungguh aku sangat merindukan aroma ini"
Entah kenapa mengingat tentang Rega, membuat Medina tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis sambil memeluk kemeja milik Rega. Dia merindukan pelukan hangat pria itu. Karena sejak Rega pergi dari hidupnya, tidak ada lagi yang membuat Medina tenang. Tidak ada lagi pelukan hangat yang selalu membuat Medina nyaman.
"Tidak peduli jika memang aku harus menjadi pemuas naf*sunya, asalkan aku bisa selalu bersamanya"
Ya, sebesar itu cinta Medina untuk Rega. Bahkan dia tidak peduli lagi dengan harga dirinya. Medina sangat mencintai Rega, bahkan lebih dari dia mencintai dirinya sendiri.
*
Malam hari Rega kembali dari bekerja, wajah lelahnya berubah menjadi cerah kembali saat dia menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Ketika dia membuka pintu kamar dan masuk, dia melihat Medina yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. Rega berjalan cepat ke arah Medina, memeluk gadis itu dari belakang dan mencium pipinya membuat Medina sedikit terkejut dengan perlakuan Rega itu.
"Sudah pulang ya, mau aku siapkan air untuk mandi?"
Rega mengangguk, tapi dia belum melepaskan lingkaran tangannya di dada Medina. Dia malah menyandarkan dagunya di bahu gadis itu dengan nyaman.
"Lepas dulu, aku mau siapkan makan malam dan air untuk kamu mandi"
"Kamu habis mandi ya, wangi banget. Aku suka"
Medina tidak menjawab, dia hanya merasakan tubuhnya meremang ketika Rega menyibak rambutnya dan mencium leher bagian belakangnya. Memberikan beberapa kecupan disana.
"Aku siapkan air untuk mandinya ya"
Medina segera berdiri dan pergi ke arah ruang ganti. Berada di dekat Rega dengan apa yang dilakukan pria itu padanya, benar-benar tidak aman bagi jantungnya yang terus berdebar kencang sejak tadi.
Beberapa saat kemudian Medina keluar dari kamar mandi setelah dia menyiapkan air dan segala perlengkapan mandi untuk Rega. Medina melihat Rega yang sedang membuka pakaiannya dan menggantinya dengan jubah mandi. Medina menundukan wajahnya yang memerah saat dengan tidak sengaja dia melihat tubuh polos Rega.
"Airnya sudah siap, aku akan siapkan makan malam dulu untuk kamu"
Rega menatapnya dengan lekat, tatapan penuh arti yang membuat Medina menunduk salah tingkah. "Apa tidak mau menemaniku mandi?"
"Ti-tidak, aku sudah mandi. Aku keluar dulu" Medina segera berlari keluar dari ruang ganti. Terduduk di sofa dengan tangan yang memegang dadanya. "... Ya ampun, kenapa dia jadi seperti itu?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
uyhull01
lya yng udah nkah aja klian ini satu kamar bersma🤭
2023-03-23
1
Dara Utami
clbk nih
2023-03-22
0