Medina mengguyur tubuhnya di bawah shower. Membasahi seluruh tubuhnya dengan air mata yang terus mengalir. Pertemuannya dengan Rega, telah membuat dirinya kembali teringat masa lalu. Bagaimana masa-masa remaja dalam hidupnya begitu menyenangkan ketika dia bersama Rega. Namun, apa yang bisa Medina perbuat jika semuanya kini telah berakhir.
Seandainya aku tidak bekerja disana, mungkin aku tidak akan berpisah dengan Rega. Atau mungkin saat ini kita sudah menikah dan menjadi keluarga yang bahagia.
Terkadang Medina merasa lelah dengan hidupnya. Dia yang tidak tahu apa-apa, namun tiba-tiba harus terjebak dengan dunia malam. Meski dia tidak bekerja seperti kebanyakan anak buah Mommy Sonya, tapi semuanya tetap sudah terjadi. Apapun alasannya, prasangka setiap orang akan menjadikan dirinya sama seperti yang lain.
Medina pernah berusaha kabur dari tempat Mommy Sonya, tapi dia hanya mampu berlari beberapa hari saja dari Mommy Sonya, karena ternyata koneksi Mommy Sonya lebih banyak sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika sudah kembali di temukan oleh Mommy Sonya.
Medina keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi. Berjalan pelan saat melihat Rega yang sedang duduk menyandar di atas tempat tidur dengan ponsel di tangannya. Tubuhnya polos, hanya memakai celana panjang saja.
"Kesini kau!"
Medina menunduk, sebenarnya dia ingin menanyakan tentang baju ganti. Dia datang kesini tidak membawa apapun selain ponsel dan dompetnya. Medina berjalan perlahan ke arah Rega. Kedua tangannya meremas pelan baju handuk yang dia kenakan. Berdiri diam di samping tempat tidur.
"A-apa ada baju ganti untukku?"
Rega mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Dia menatap Medina dengan pandangan merendahkan. Tatapan yang benar-benar membuat harga diri Medina terkoyak.
"Untuk apa baju ganti? Kau tidak perlu memakai pakaian apapun, karena aku sudah membayar tubuhmu untuk melayaniku"
Deg..
Nyatanya tidak ada lagi setitik cinta untuknya. Medina mulai sadar jika Rega sudah berbeda menatapnya. Dia menganggap dirinya adalah seorang wanita malam yang menjual tubuhnya ke setiap pria.
"Naik! Kenapa kau seperti baru pertama kali saja melayani seorang pria. Bukannya ini sudah menjadi pekerjaanmu setiap hari"
Medina diam, dia tidak akan menjelaskan apapun. Karena merasa percuma saat dia harus menjelaskan, karena apapun yang dia katakan tidak akan pernah membuat Rega percaya lagi padanya. Pria itu sudah terlanjur kecewa karena merasa di bohongi oleh Medina.
"Naik, apa kau tuli!"
Medina mengerjap kaget mendengar suara bernada tinggi dari Rega. Dengan air mata yang sudah mulai menggenang di pelupuk matanya. Medina naik ke atas tempat tidur dengan tubuh yang bergetar.
"Naik ke atas tubuhku dan goda aku dengan kemampuan mu itu"
Medina tidak berkata apapun lagi, dia seolah sudah kehilangan kata-kata setelah melihat sikap Rega padanya. Kedua tangannya bergetar hebat saat dia mulai merangkak naik ke atas tubuh pria itu.
Wajah Medina sudah berada di dada Rega dengan kedua tangan berada di bahu pria itu. Medina tidak berani menatap wajah Rega saat ini. Padahal jarak mereka berdua sudah sangat dekat. Tapi Medina sudah sangat tidak mengenali lagi pria ini. Dia sudah berubah, sudah bukan Adrega yang dia kenal lagi.
"Kenapa diam? Kecup aku dan goda aku dengan tubuh jala*ngmu ini"
Medina mendongak, dia menatap wajah Rega yang begitu datar dan dingin. Tatapannya begitu tajam menusuk ke relung hatinya. Tangannya semakin bergetar ketika Medina mulai menaikan wajahnya agar bisa mengecup bibir pria itu.
"Kenapa tubuhmu bergetar? Bukankah kau sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini? Ayo cium aku!"
Cup..
Akhirnya Medina berhasil mencium bibir Rega. Memberikan luma*tan halus di bibir pria itu. Dan tidak bisa dipungkiri jika Medina merindukan saat ini. Dimana mereka berciuman dengan saling memberikan luma*tan halus dan lembut. Entah kenapa, Medina merasa Rega juga membalas ciumannya dengan begitu lembut.
Sial. Kenapa rasanya masih sama. Aku tidak bisa menghentikannya.
Rega menahan tengkuk leher Medina dan semakin memperdalam ciumannya. Nyatanya Rega juga merindukan ciuman ini. Dia juga merindukan setiap luma*tan yang di berikan Medina. Rega merindukannya.
Saat Medina mulai tidak bisa mengatur deru nafasnya, barulah Rega melepaskan tautan bibir mereka. Keduanya saling tatap dengan pandangan penuh kerinduan. Medina tersenyum ketika tatapan Rega berubah menjadi lebih hangat. Namun, hanya beberapa detik saja, karena setelahnya Rega kembali menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin.
Grepp..
Rega memegang kedua lengan Medina lalu menjatuhkan tubuh gadis itu dari atas tubuhnya ke atas tempat tidur. Sekarang posisi berganti menjadi Medina yang berada di bawah Rega. Medina hanya pasrah saja apa yang akan di lakukan pria itu padanya setelah ini.
"Layani aku sampai puas"
Dan malam ini, Medina benar-benar harus menyerahkan apa yang dia jaga selama ini.
*
Pagi ini Medina terbangun saat merasakan sinar matahari yang mulai masuk lewat celah jendela kamar hotel yang dia tempati. Dia merasakan rasa sakit di bagian bawahnya, menandakan jika apa yang terjadi semalam bukanlah mimpi. Semuanya nyata.
Medina bangun dengan sedikit susah payah, duduk menyandar di atas tempat tidur dengan menarik selimut tebal itu untuk menutupi tubuhnya sampai ke dada.
Medina melirik ruang kosong di sampingnya, Rega tidak ada disana. Pria yang menjamah tubuhnya semalam tidak ada lagi di kamar itu. Medina tidak langsung berpikiran buruk, dia mencoba turun dan mengambil baju handuk lalu memakainya. Berjalan menuju kamar mandi, menyangka jika Rega ada disana. Namun ternyata kamar mandi dalam keadaan kosong.
"Kemana dia?"
Tok..tok..
Suara pintu yang di ketuk membuat Medina menoleh ke arah pintu kamar. Dia berjalan pelan menuju pintu kamar dan membukanya. Seorang pelayan hotel datang dengan membawa sarapan untuknya.
"Sarapan untuk Nona dan ini titipan dari Tuan Adrega" Pelayan itu menyerahkan satu paper bag pada Medina.
"Emm. Terima kasih, tapi kemana dia?"
"Tuan Adrega sudah pergi sejak pagi tadi. Saya permisi Nona"
Medina mengangguk ketika pelayan itu pergi dari ruangannya. Ada rasa sesak yang menjalar di hatinya yang sudah sangat terluka. Ternyata dirinya memang serendah itu di mata Rega. Pria yang dulu mencintainya, kini hanya menganggap Medina tidak lebih dari seorang wanita malam.
Medina membuka paper bag itu, ternyata baju ganti untuk Medina lengkap dengan pakaian dalam juga. Medina berjalan ke arah tempat tidur, duduk di pinggir tempat tidur dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.
"Ternyata kamu hanya menganggapku seperti ini? Bahkan percuma saja aku telah menjaganya selama ini hingga dia sendiri yang mengambilnya dariku. Namun, aku tetap tidak lagi berharga baginya. Tuhan, kenapa sakit sekali"
Medina terisak seorang diri di dalam kamar hotel ini. Bahkan sarapan yang di bawakan oleh pelayan hotel, sama sekali tidak dia sentuh. Berakhir dengan dirinya yang kembali mengguyur tubuhnya di bawah shower. Banyak jejak kemerahan di tubuhnya. Medina mengusap bagian kemerahan itu dengan tangisan yang semakin kencang. Ditubuhnya ini ada bekas sentuhan pria yang sampai saat ini masih menjadi pemilik hatinya.
Aku masih mencintainya, Tuhan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rhenii RA
Gimana gak dikira jalang coba, disuruh ini itu dia nurut aja gak ada sanggahan sama sekali. Walaupun si Rega ga akan percaya ya minimal udah dibantah kan semua tuduhannya😑
2024-02-27
0
uyhull01
Lho klo kmu prwan harusnya Rega tau dong karna pasti ada darahnya juga,
2023-03-23
1
Dara Utami
harusnya ngomong dong kalau masih perawan gimna sih kamu medina
2023-03-21
1