Pagi ini, Zoya yang baru saja sampai di lobby kantor, mendadak menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja berpapasan dengan Dimas. Sejenak mereka saling beradu pandang.
Entah mengapa semakin hari situasi antara keduanya semakin canggung. Semenjak pernyataan cinta yang disampaikan Dimas, Zoya terus mencoba menghindar. tetapi tatapannya saat ini, seolah mengisyaratkan jika dia merindukan Dimas.
Merindukan masa-masa dimana mereka menghabiskan waktu bersama, tanpa rasa canggung layaknya sahabat dekat. Ternyata benar kata orang, cinta itu tidak salah, namun saat yang kamu cintai adalah temanmu sendiri, ceritanya akan berbeda lagi.
"Zoya, kamu baru datang?"
"Hm, yah. Kalau begitu aku naik dulu."
Zoya segera bergegas pergi. Sementara Dimas tak mencegatnya seperti biasa. Sepertinya dia sudah pasti dengan keadaan, bukan lelah berjuang, namun Dimas hanya tidak ingin Zoya merasa tidak nyaman dan tertekan.
Suatu saat, kamu pasti akan menyadarinya, Zoy. Aku tahu kamu pasti juga memiliki perasaan yang sama denganku, batin Dimas.
***
Malam ini, Dimas yang bosan dirumah, memilih keluar , untuk menemui teman-teman tongkrongannya di salah satu lapangan bulutangkis. Dia biasa berolahraga malam, selain untuk kebugaran, juga untuk menghilangkan stres.
Dimas mengangkat tangannya menyapa temannya bernama Reza yang sudah mulai bermain mendahuluinya bersama beberapa orang yang ada disana juga. "Kamu sudah melupakan aku ya? Aku jarang datang, bukan berarti aku tidak mau main lagi."
Reza, mendekat dan langsung merangsek Dimas. "Aku pikir kamu sibuk dengan cewek baru. Biasanya kalau punya pacar kamu pasti jarang berolahraga."
"Ck, pacar apaan. Jomblo nih, akhir-akhir ini aku hanya sedang sibuk di kantor karena awal tahun banyak pekerjaan," ungkap Dimas seraya mengeluarkan raketnya dari dalam tas.
"Oh ya, Dim. Zoya apa kabar? Beberapa hari lalu aku ngechat dia, tapi tidak dibalas. Apa dia sudah punya pacar kali ya, biasanya juga responnya cepat," ujar Reza.
Entah kenapa pertanyaan itu membuat Dimas menjadi kesal. Padahal dia tahu pasti jika Reza dan Zoya memang sering berbalas pesan. "Dia sibuk. Aku juga sekarang jarang jalan sama dia."
"Ck, tadinya aku pikir. Kamu dan Zoya sedang menjalin hubungan, makanya kamu jarang kesini. Aku lihat kalian semakin dekat. Tapi aku yakin, kamu tidak mungkin menyukai sahabat mantan pacar kamu sendiri 'kan?"
Andai Reza tahu, jika Dimas sudah mengungkapkan perasaannya, mungkin dia tidak akan berangkat bicara seperti itu. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, membuat Dimas bungkam. Dia segera berdiri dari posisi duduknya. "Ayo main, jangan banyak ghibah."
"Ya elah, biasanya juga. Ya udah deh, ayo."
Dimas melangkah menuju lapangan, beriringan dengan Reza. Tubuhnya mungkin ada disini, tetapi hati dan pikirannya sedang bersama seorang wanita yang terus membuatnya menggila, karena di tolak.
Ternyata benar, wajar jika Zoya ragu, Reza saja berpikiran jika aku tidak mungkin menyukai Zoya, batin Dimas.
***
Sementara ditempat berbeda, motor yang dikendarai Zoya baru saja sampai di depan kediaman mewah milik keluarga sahabatnya. Sambil menenteng sebuah paper bag berisi kue buatan sang Ibu, dia melanjutkan menuju teras.
"Eh, Zoya sudah datang. Dari tadi Nisa sudah menunggu kamu. Ayo masuk," sapa Ibu Nisa dengan ramah.
"Iya nih, Tante. Oh iya, ini ada kue dari Ibu dan terima kasih untuk oleh-oleh namun kemarin," ungkap Zoya.
"Sama-sama, aduh bau kue bolunya enak banget. Ya sudah, kamu langsung ke kamar Nisa ya, tante mau nyicil kuenya dulu," ucap Ibu Nisa lalu melangkah dengan Zoya beriringan masuk kedalam.
Saat ibu berbelok ke arah dapur, Zoya segera menaiki tangga menuju lantai 2 di mana kamar Nisa berada. Sudah dua minggu mereka tidak bertemu dan Zoya tidak merasa curiga sedikitpun Kenapa tiba-tiba saja Nisa memintanya untuk datang.
"Hy Nis, ngapain kamu," sapa Zoya saat membuka pintu kamar dan melihat Nisa sedang berdiri di depan lemari pakaian.
"Eh kamu sudah datang." Nisa segera mendekat dan memeluk sehabis itu. "Aku rindu lah, kamu sibuk dan aku juga. Kita udah jarang ngobrol bareng. Malam ini kamu jadi nginap 'kan?"
"He'em, kalau sama kamu sih, Ibu ku selalu percaya," Zoya merebahkan tubuhnya di ranjang empuk milik Nisa. "Ah enaknya, hari ini lelah sekali ka--"
Zoya tidak bisa melanjutkan ucapannya, saat tiba-tiba Nisa meletakkan sebuah kotak besar di sampingnya. "Apaan ini?" tanya Zoya.
"Kado ulang tahun kamu lah," ucap Nisa dengan raut wajah penuh penyesalan.
Zoya pun kembali terlihat antusias. "Kok kamu ingat sih, tapi ulang tahun aku kan besok, tanggal 13," ungkap Zoya seraya membuka hadiah dari sahabatnya itu.
"Kamu tahu kan sekarang aku sedang sibuk karena launching brand baru, pokoknya malam ini kita rayakan ulang tahun kamu, berdua saja," ucap Nisa.
"Setuju, hehe. Kamu pesan makanan deh, nanti aku yang bayar," ujar Zoya yang nampak antusias.
Meski hanya memiliki satu sahabat, namun Zoya merasa sangat bahagia. Nisa mengajarkan dia banyak hal tentang arti persahabatan yang sesungguhnya dan juga tentang makna kerja keras.
***
Pukul sepuluh malam, setelah selesai makan malam dan karaokean di kamar itu. Kini Zoya dan Nisa duduk di balkon kamar seraya mendogakkan kepala memandangi bintang-bintang.
"Gimana hubungan kamu sama Dion, lancar?" tanya Zoya setelah sempat hening.
"Lancar jaya, hehe. Dia ngajak aku nikah terus tapi aku belajar siap, masih mau bangun karir, masih mau eksplor banyak hal." Nisa menoleh menatap Zoya. "Kamu sendiri gimana sama Dimas, lancar?"
"Hah?" Zoya mendadak blank, Kenapa tiba-tiba saja Nisa membahas tentang Dimas. Padahal dia belum menceritakan apapun tentang Dimas yang menyatakan perasaan kepadanya beberapa hari yang lalu.
Zoya mendadak salah tingkah sendiri. "Kok tiba-tiba kamu bahas dia sih."
Nisa terkekeh kecil lalu menyenggol bahu Zoya. "Zoya, sudahlah. Kamu jangan berusaha menyembunyikan apapun lagi dari ku. Kamu tahu, saking seriusnya, dimas sampai menemui aku. Dia sudah menceritakan semuanya. Zoy, kamu ragu menerima dia karena aku ya?"
Zoya diam tertegun sesaat. Bagaimana dia harus mengutamakan semua yang dia rasakan sekarang. Jujur saja, dia pun telah jatuh cinta. Namun sampai detik ini, dia masih merasa jika mencintai mantan pacar sahabat sendiri adalah kesalahan.
Mindset toxic itu terus terbangun meski Zoya tidak bisa membohongi hati.
"Zoya, jangan membatasi hati kamu, jika kamu mempunyai perasaan yang sama, terima dia. Kamu tahu, aku dan Dimas itu hanya pacaran dua bulan saja, ingat? Itu juga hanya karena saling penasaran, eh nyatanya gak cocok. Sekarang aku sudah menemukan orang yang tepat. Kamu juga harus mencoba, jangan dipendam, nanti kalau dia menjauh kamu bisa nyesel loh."
"Nisa kamu ...." Zoya menutup wajahnya dengan kedua tangan karena merasa terharu. Sekarang waktunya dia untuk jujur pada hati sendiri, karena mencintai bukanlah sebuah kesalahan selama yang dicintai bukan milik orang lain.
Bersambung 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
QQ
Point nya yang kamu taksir tidak berlabel atau milik orang jadi sah saja menjalaninya.
Ntar jika tidak cocok putus aja tapi seperti Nisa dan Dimas tetap berteman baik jangan putus silahturahmi 👍👍👍
2023-02-06
0
QQ
Baru juga 2 bln yang bertahun-tahun lamanya menjalin hubungan saja bisa kandas 😁😁😁
2023-02-06
0
🍾⃝ᴘᴀͩᴛᷞɴͧᴏᷠᴢͣ Aja
semoga kamu bahagia bersama di.as Zoy
2023-02-04
0