Mata Kaisar beralih menatap baju yang semalam ia gunakan, dan tak sengaja ia melihat bercak dara disana, dengan gerakan cepat Kaisar mengambil baju itu.
"Dara apa itu ?" tanya Zhalfa penuh keingin tahuan.
"Emmm, ini dara ayam dek"
Kening Zhalfa mengkerut, jawaban sang suami sungguh tak membuatnya puas.
"Semalam Abang ke restoran, kebetulan stok Ayam habis jadi Abang bantuin yang lain buat bersihin Ayam nya. Makanya ada dara yang menempel disana"
Walau tidak merasa lega atas jawaban Kaisar, tapi Zhalfa memilih untuk tidak bertanya lagi. Ia melanjutkan mencuci pakaian tanpa meminta baju yang berada di tangan Kaisar.
Kedua mata tajam Kaisar terus memperhatikan gerak-gerik Zhalfa, tidak pernah menyangka kalau wanita cantik itu sekarang menjadi istrinya.
"Mau sarapan apa dek pagi ini ?" kembali Kaisar mengajukan pertanyaan.
"Apa saja" lagi dan lagi Zhalfa menjawab dengan singkat.
Kaisar berlalu dari hadapan sang istri, kembali ke atas sembari membawa baju tadi. Zhalfa hanya menatap sekilas.
"Kenapa aku merasa dia berbohong". batin Zhalfa.
*
*
Di dalam kamar, Kaisar memasukan baju itu ke dalam sebuah plastik, ia berniat akan membuang baju itu.
"Lain kali aku harus berhati-hati, Zhalfa tidak boleh tau apa pekerjaan ku sebenarnya" ia bergumam pelan.
Selesai memasukan baju nya ke dalam plastik, Kaisar membuka lemari pakaian. Tangannya mengambil amplop cokelat yang ada di bawah tumpukan bajunya.
Setelah itu Kaisar kembali ke bawah, menghampiri sang istri yang masih di tempatnya semula.
"Ini uang bulanan dek, semoga aja cukup" ucap Kaisar sambil menyerahkan amplop cokelat itu.
Zhalfa menatap apa yang ada di tangan suaminya, dan entah kenapa ia enggan untuk mengambil uang itu. Ada rasa berat di hatinya.
"Ini uang halal dek, mana mungkin Abang ngasih istri uang haram" jelas Kaisar lagi seolah tau apa yang di pikirkan istrinya.
Barulah tangan Zhalfa terulur untuk mengambil amplop cokelat itu.
"Terima kasih sebelumnya, akan ku pergunakan uang ini dengan baik" balas Zhalfa.
"Abang percaya kok sama adek, kalau adek bisa mengelola uang itu"
Zhalfa tak lagi menjawab, lebih melanjutkan memindahkan pakaian ke mesin pengering. Rasa yang ia rasakan untuk Kaisar tidak lebih dari rasa benci, karena pria itu dulu ia di lecehkan oleh seseorang.
*
*
Hari sudah mulai terang, Kaisar telah siap dengan pakaian kerjanya. Hanya kemeja kotak-kotak berwarna hitam di padukan dengan celana jeans . Kaisar menghampiri Zhalfa yang saat ini duduk di depan meja rias.
"Abang berangkat kerja dulu" ucap Kaisar, tangannya terulur dan berharap Zhalfa mencium tangannya seperti kebanyakan para istri lakukan.
"Hemmmm" jawab Zhalfa singkat, sedikitpun ia tak melirik tangan sang suami.
Akhirnya Kaisar menarik kembali tangan itu, ia menampilkan senyum penuh kekecewaan.
..."Sabar Kai !, kamu harus berusaha lagi setelah ini" batin Kaisar dalam hati....
"Kalau adek mau kemana ?" kembali Kaisar bertanya
"Kerja" jawab Zhalfa.
Kening Kaisar mengernyit dalam, ia tidak pernah tahu dimana Zhalfa bekerja selama ini, selama ini Raja tidak pernah menceritakan apa pekerjaan Zhalfa.
"Adek kerja apa ?"
Zhalfa menoleh, merasa kesal karena suaminya terus bertanya. Ingin rasanya Zhalfa tidak menjawab tapi pesan sang Bunda kembali terlintas di ingatan nya.
"Aku tidak bekerja dimanapun, aku hanya menjadi penulis novel. Hari ini aku mau keperusahaan Gradien Media, dia ingin mencetak buku ku" jelas Zhalfa.
"Kamu hebat, selama ini Abang tidak tahu kalau kamu seorang penulis"
Zhalfa tersenyum sinis, ia juga tidak berharap Kaisar tahu segalanya tentang hidupnya.
"Mau Abang anterin dek ?"
"Tidak usah, aku sudah pesan taksi online"
Kaisar menarik napas panjang, mendapat penolakan terus menerus dari istrinya, membuat perasaan Kaisar sakit. Namun semua itu harus ia tahan, ia yakin suatu hari nanti ia bisa meluluhkan Zhalfa.
*
*
Perusahaan Gradien Media adalah perusahaan yang bisa menerbitkan Novel-novel terbaik, Zhalfa sendiri tidak berpikir karya yang ia tulis selama ini akan di lirik oleh perusahaan terbesar itu.
Zhalfa memasuki perusahaan itu, ia mendekati seseorang yang berdiri di depan meja, mungkin dia seorang resepsionis pikir Zhalfa.
"Permisi" ucap Zhalfa tersenyum ramah.
"Iya, ada yang bisa saya bantu ?"
"Saya ingin bertemu pak Aryo, apa beliau ada di tempat ?"
"Ada, tapi apa mbak nya sudah membuat janji ?"
"Sudah"
"Ok sebentar, maaf nama mbak nya siapa ya ?"
"Zhalfa"
Wanita itu melakukan panggilan pada seseorang, tak berapa lama setelah panggilan di akhirnya, ia kembali berkata pada Zhalfa.
"Silahkan lewat lift ya mbak, ruangan pak Aryo ada di lantai tiga, beliau sudah menunggu !" jelas nya.
"Terima kasih" jawab Zhalfa ,kemudian berjalan memasuki lift.
Setiba di lantai tiga, ia langsung menuju ruangan Aryo yang sudah di jelaskan wanita tadi. Zhalfa mengetok pintu ruangan itu sebanyak tiga kali sampai terdengar perintah dari dalam.
Dengan pelan Zhalfa membuka pintu itu, ia melihat seorang pria tengah duduk di atas kursi kebesarannya, satu yang membuat Zhalfa terkejut, ia pikir Aryo adalah pria yang sudah tua, namun nyatanya pria itu masih sangat mudah.
"Silahkan duduk !" pinta Aryo
"Terima kasih mas" balas Zhalfa yang langsung duduk di sebuah kursi berhadapan dengan Aryo.
"Tidak usah berkenalan lagi kan, kamu pasti sudah tau siapa aku ?"
"Iya pak"
"Sebaiknya jangan panggil pak deh, aku merasa sudah sangat tua, mending panggil mas saja !"
"Hehe, baiklah Mas Aryo"
Aryo tersenyum, ia menatap wajah cantik Zhalfa membuat Zhalfa memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Aku sudah membaca seluruh bab novel kamu, dan aku sangat berminat ingin mencetaknya menjadi sebuah buku" jelas Aryo.
"Tapi novel itu masih banyak kekurangannya mas, banyak yang harus aku revisi lagi"
"Iya memang ada yang harus kamu revisi, tapi gak semuanya" ucap Aryo "Dan aku akan menawarkan novel kamu ke stasiun televisi, sepertinya kisah di novel kamu sangat bagus jika di buat sebuah film"
Zhalfa melongo, ia seperti berada di dalam mimpi jika novel yang ia buat akan di jadikan sebuah film. Ini pencapaian yang luar biasa bagi Zhalfa.
"Tapi, apa itu pantas mas ?"
"Sangat pantas Fa, alur dan penokohan dalam novel yang kamu buat sangat luar biasa. Aku saja yang cowok sampai nangis loh baca novel kamu"
Zhalfa tersenyum, novel itu ia buat setelah seminggu Baba Zahran meninggal, dan harus terbengkalai saat ia mendapatkan musibah, tapi Zhalfa kembali menguatkan hatinya hingga bisa melanjutkan novel tersebut.
"Kamu masih kuliah ?" tanya Aryo.
"Sudah selesai mas"
"Jurusan apa ?"
"Sastra"
"Oh pantes kamu berbakat jadi penulis, dan bisa menghasilkan buku sebagus itu" puji Aryo kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
mecca
semoga rumah tangganya samawa yah
2023-03-28
1
Ayila Ella
lnjut
2023-02-04
0
tiara
sabar kai kalau berubah menjadi baik mudah mudahan suatu saat nanti zhalfa luluh
2023-02-04
0