Tinggal Berdua

Setelah akad nikah sore itu, Kaisar langsung membawa Zhalfa kerumah yang sudah ia siapkan. Rumah minimalis yang ia beli dengan hasil keringatnya sendiri, bukan hasil dari pekerjaan nya sebagai seorang Mafia.

Sebelum memasuki mobil yang di siapkan Kaisar... Bunda Zenia memeluk tubuh Zhalfa dengan sangat erat, ia harus kembali mengikhlaskan putrinya di bawah seseorang yang sudah sah menjadi suami Zhalfa.

"Jaga diri baik-baik nak ! ingat pesan Bunda, harus taat sama suami" ucap Bunda Zenia dengan suara lembut.

Zhalfa menghapus air matanya, ia tatap wajah sang Bunda "Iya Bun, doa kan semoga Zhalfa bahagia"

"Doa Bunda selalu menyertaimu nak"

Tak hanya pada sang Bunda, Zhalfa juga memeluk Raja dan juga Keyla. Keduanya pun berpesan untuk selalu jaga diri, apalagi Keyla yang masih menaruh dendam pada Kaisar.

Setelah berpamitan, Zhalfa memasuki mobil begitupun dengan Kaisar. Mobil melaju dengan pelan meninggalkan rumah besar dan megah itu. Tampak Bunda Zenia masih melambaikan tangannya sampai mobil yang di bawah Kaisar hilang.

Sepanjang perjalanan Zhalfa terus terdiam, ia menatap keluar jendela tanpa memperdulikan sosok Kaisar di sebelahnya.

"Mau ada yang di beli gak ?, kulkas di rumah masih kosong loh" ucap Kaisar mencoba mencairkan suasana.

"Enggak" jawab Zhalfa dingin

"Nanti kalau Adek lapar gimana ? di rumah benar-benar gak ada stok makanan"

Kali ini Zhalfa menoleh, memberikan tatapan tajam pada sang suami. Ia tidak suka pria itu terlalu banyak bicara. Melihat tatapan tajam Zhalfa membuat Kaisar tersenyum.

"Iya-iya, Abang gak akan bicara lagi"

"Apa katanya tadi ?, Abang?.... Di dunia ini Abang ku cuma satu yaitu Bang Raja". batin Zhalfa.

Beberapa saat kemudian mobil berhenti tepat di depan rumah minimalis dengan dua lantai. Zhalfa turun setelah Kaisar turun.

"Aku bisa bawanya sendiri" ujar Zhalfa sambil mengambil alih koper yang baru saja Kaisar keluarkan dari garasi mobil.

"Berat dek, biar Abang saja" balas Kaisar.

"Aku tidak mau merepotkan siapapun"

"Aku ini suami kamu dek, bukan orang lain"

Zhalfa langsung terdiam saat mendengar kata suami yang baru saja Kaisar katakan. Ia tidak suka dengan kata itu, apalagi terucap di bibir Kaisar.

"Buka pintunya ! aku mau masuk" pinta Zhalfa

Kaisar langsung menurut, ia mengeluarkan kunci di saku celananya dan berjalan untuk membuka pintu rumah.

Zhalfa mengikuti, saat kakinya sudah memasuki rumah, ia menatap seluruh interior rumah tersebut, rumah itu memang kecil namun terlihat sangat mewah.

"Apa adek menyukainya ?" tanya Kaisar lagi.

"Di mana kamarku ?" Zhalfa justru balik bertanya, tanpa menjawab dulu pertanyaan sang suami.

"Kamar kita ada di lantai atas dek"

"Ak------" ingin Zhalfa menjawab dan meminta kamar lain pada sang suami, namun tiba-tiba saja seluruh pesan Bunda Zenia kembali terlintas di pikirannya.

"Apa... ?" Kaisar menatap wajah cantik Zhalfa, meminta agar wanita itu meneruskan ucapannya.

"Tidak, ayo tunjukan dimana kamar nya !"

Kembali Kaisar berjalan duluan, sementara Zhalfa mengikuti dari belakang. Keduanya menaiki satu persatu anak tangga, hingga tiba di sebuah kamar berukuran sedang.

"Ruangan sebelah untuk tempat sholat" jelas Kaisar sebelum Zhalfa bertanya "Tapi kalau Adek mau sholat di sini juga tidak apa-apa" sambung pria itu lagi.

"Abang akan bawa kasur satu lagi, Abang tau kalau adek tidak mau tidur satu ranjang dengan Abang"

Deg.

Rasanya detak jantung Zhalfa berhenti saat itu juga, perasaan bersalah langsung muncul begitu saja.

*

*

Suara Adzan Maghrib bersahutan dari masjid ke masjid. Zhalfa sudah siap dengan mukena putih kesukaannya. Ia masih duduk di atas sajadah padahal Adzan sudah berhenti beberapa detik yang lalu.

Matanya terus menatap ke arah pintu masuk, namun sosok yang ia tunggu tak kunjung menampakkan diri.

Karena Kaisar tak kunjung datang, akhirnya Zhalfa melakukan sholat Maghrib sendiri. Beberapa menit kemudian Zhalfa telah selesai menjalankan ibadahnya, ia pun kini sudah berganti pakaian.

"Kata mbak Key, dia itu berandal, mana mungkin dia bisa sholat" ucap Zhalfa seraya melipat mukena nya.

Saat keluar dari ruang persholatan, Zhalfa kembali di buat terkejut dengan kedatangan Kaisar yang tiba-tiba. Pria itu terlihat sangat tampan menggunakan peci dan kain sarung. Baju koko berwarna putih sangat pas di tubuh Kaisar dan tak lupa sajadah yang di lingkarkan di leher.

"Sudah sholat dek ?" tanya Kaisar.

"Hemmmm" jawab Zhalfa.

"Maaf tadi Abang gak pamit, Abang sholat di masjid soalnya kalau mau jadi imam Adek belum berani, takut salah" jelas Kaisar.

Zhalfa kembali di buat terdiam, Kaisar begitu memantapkan dirinya untuk bisa bersanding dengan Zhalfa.

"Tadi aku sudah pesan makan malam untuk mu, aku letakkan di meja makan"

Namun Zhalfa tak menjawab, ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar.

*

*

*

Malam harinya, saat jam sudah menunjukan pukul 11 malam, Zhalfa tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Ia menatap kamar, dan ternyata hanya ada dirinya seorang.

"Kemana dia ?" tanya Zhalfa pada diri sendiri.

"Mungkin tidur di kamar lain" gumamnya lagi.

Zhalfa memegangi perutnya, sekarang rasa lapar itu baru ia rasakan. Zhalfa pun berdiri dan keluar kamar. Ia ingat kalau tadi Kaisar membelikan makan malam untuknya, namun karena masih kenyang akhirnya Zhalfa memilih tidur setelah sholat isya.

Satu persatu anak tangga di turuni, di lantai bawah hanya ada 2 kamar, tapi lampunya semuanya padam, jadi tidak mungkin Kaisar ada di kamar tersebut.

Zhalfa melihat di atas meja makan ada nasi kotak, ia pun memakan nasi itu tanpa menghangat kan nya terlebih dahulu.

*

*

Sementara di tempat lain, Kaisar tengah menatap tajam pada pria yang umurnya sama dengan nya. Satu pistol ada di tangan nya dan di arahnya pada pria itu, satu tarikan saja maka nyawa pria itu langsung melayang.

"Katakan ! siapa yang menyuruhmu ?" bentak Kaisar menggema.

Bukan nya takut pria itu justru tersenyum sinis, membuat kemarahan Kaisar semakin menggila."Bahkan sampai anda menembak saya pun, saya tidak akan mengatakan semuanya"

"Brengsek !" ucap Kaisar, ia pun bangkit dari duduknya dan meraih kera baju pria itu.

Bug

Bug

Bug.

Kaisar memukuli wajah pria itu bertubi-tubi, bahkan sampai hidungnya mengeluarkan dara. Namun lagi-lagi pria itu diam dan tetap bungkam siapa yang telah menyuruhnya.

"Daren" panggil Kaisar.

"Iya Tuan" jawab Daren yang sejak tadi berdiri di belakang Kaisar

"Bunuh dia ! dan ambil organ dalam nya !" pinta Kaisar.

"Baik tuan"

Mendengar hal itu barulah Pria itu bergidik ngeri, membayangkan tubuhnya akan di bela oleh Daren membuat keringatnya bercucuran.

"Kenapa ? apa anda takut sekarang ?" tanya Daren tersenyum sinis.

"Ti-dak" jawab pria itu.

"Baiklah, selamat merasakan kulitmu aku iris sedikit demi sedikit" bisik Daren di telinga pria itu

Terpopuler

Comments

mecca

mecca

semangatttt💪💪💪💪💪💪

2023-03-28

0

Yunita aristya

Yunita aristya

lanjut

2023-02-02

1

tiara

tiara

mudah-mudahan kaisar ga jadi mafia lagi dan mau berubah demi zhalfa

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!