Restoran.
Setelah dari perusahaan Gradien Media, Zhalfa menuju sebuah restoran. ia memasuki restoran itu dengan langka anggun.
Zhalfa duduk tepat di dekat kaca jendela, kepala nya menunduk untuk melihat isi pesan yang barusan ia terima.
"Mau pesan apa Neng"..
Zhalfa menghentikan membaca pesan itu, saat mendengar suara yang tak asing baginya. ia pun mendongak dan raut wajahnya berubah terkejut saat melihat Kaisar sudah duduk di kursi di hadapannya.
Laki-laki tersenyum tulus, namun sayang sedikitpun Zhalfa tak membalas.
"Mau makan siang pakai apa ?" Kembali Kaisar bertanya.
"Aku sudah kenyang" jawab Zhalfa ketus.
"Abang tau kamu lapar, ini jam makan siang dan Abang yakin kamu belum makan kan ?"
Zhalfa menatap Kaisar tak suka, pria itu terlalu banyak bicara menurutnya, rasanya Zhalfa ingin pergi saat itu juga.
"Tunggu sebentar ya !" Tiba-tiba Kaisar berdiri, tanpa menunggu jawaban Zhalfa.
Kedua mata Zhalfa mengikuti kemana Kaisar melangkah, hingga pria itu hilang dari pandangan karena Kaisar memasuki sebuah ruangan.. Zhalfa bertanya-tanya, kenapa suaminya ada di Restoran itu.
Tidak berapa lama Kaisar telah kembali, ia membawa sebuah nampan yang sudah berisi makanan dan minuman untuk Zhalfa. Dengan telaten Kaisar menghidangkan makanan itu ke meja sang istri.
"Untuk istriku tercinta" ujar Kaisar.
Zhalfa mencibir, namun matanya menatap hidangan yang menggugah selera. Entah dari mana Kaisar tau makanan kesukaannya selama ini.
"Silahkan di makan sayang !"
Deeegg.
Rasanya detak jantung Zhalfa berhenti saat itu juga, kata sayang yang Kaisar ucapkan berhasil membuat perasaannya tak karuan. Namun sebisa mungkin Zhalfa menutupi rasa gugupnya.
Sementara itu Kaisar menahan tawa dalam hati, ia tahu istri kesayangannya itu gugup karena kata sayang yang ia ucapkan, terlihat dari kedua pipi Zhalfa yang merah merona.
"Kamu ngapain disini ?" akhirnya Zhalfa membuka suara.
"Biasakan panggil Abang ! sebenci apapun kamu sama Abang, tapi Abang tetap suami sah kamu" balas Kaisar.
Zhalfa kembali diam, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat ingin memanggil Kaisar dengan sebutan yang pantas. Namun entah kenapa kata itu begitu sulit untuk Zhalfa ucapkan.
"Kamu lebih paham tentang agama di banding Abang, jadi kamu mengertilah bagaimana memperlakukan suami dengan baik" ujar Kaisar lagi.
"Iya aku mengerti, tapi suami seperti apa dulu yang harus di perlakukan dengan baik" balas Zhalfa kemudian.
Kini giliran Kaisar yang terdiam, ia sendiri pun mengerti kalau dirinya memang belum pantas bersanding dengan Zhalfa. Tapi Kaisar ingin belajar sampai suatu hari nanti ia layak menjadi sosok suami untuk wanita itu.
"Abang tau, Abang memang tidak pantas jadi suami kamu. Kita bagaikan langit dan bumi yang tidak akan bersatu" Kaisar menunduk, ia sedikit terisak saat menjelaskan semua itu.
"Tapi Abang masih berusaha sampai Abang bisa menjadi imam yang baik untuk kamu dek"
Zhalfa memalingkan wajahnya, lebih memilih menatap ke luar jendela. Berusaha mengabaikan ucapan demi ucapan yang Kaisar lontarkan. Zhalfa pun sadar dirinya terlalu jahat pada Kaisar tapi semua itu karena ada alasannya.
"Silahkan makan dek ? abang tidak akan mengganggu" akhirnya dengan berat hati, Kaisar berdiri, memilih meninggalkan meja Zhalfa, walau itu sangat berat.
"Sabar Kai ! suatu saat Zhalfa pasti akan mencintai kamu". batin Kaisar berusaha menguatkan diri. Kakinya begitu pelan melangkah meninggalkan tempat itu.
*
*
*
Sore kembali datang, sejak bertemu di Restoran tadi, sampai saat ini Zhalfa belum bertemu dengan Kaisar lagi.
Padahal sebentar lagi adzan maghrib akan segera berkumandang, tapi sosok sang suami belum juga menampakan batang hidungnya. Walau rasa benci itu begitu besar namun rasa khawatir itu jelas ada.
"Kemana dia ya Allah" gumam Zhalfa.
Di atas meja sudah tersaji untuk makan malam, untuk pertama kalinya Zhalfa memasak untuk orang lain. Selama ini yang memakan masakannya hanya Sang Bunda dan Abang-Abang nya.
"Lindungi dia Ya Allah ! walau bagaimanapun dia suami hamba" kembali Zhalfa bergumam.
Beberapa saat kemudian, suara Adzan sudah bersahutan dari masjid satu ke masjid lainnya. Sedangkan Kaisar belum juga pulang. Akhirnya Zhalfa berdiri dari duduknya untuk segera bersiap mengerjakan ibadah sholat maghrib.
*
*
Sedangkan di tempat lain, Kaisar tengah duduk sembari berhadapan dengan seorang pria. Di samping Kaisar ada Daren yang menyimak pembicaraan.
"Berapa bayaran yang akan aku terima jika aku membantumu ?" tanya Kaisar dengan nada yang sangat dingin.
"Berapapun yang tuan minta akan saya kabulkan, asal Tuan Kaisar bisa membawa pembunuh anak saya !" balas pria itu.
Kaisar mengangkat kaki kanannya, lalu ia tumpu ke kaki kirinya. Kaisar masih menatap pria itu, bekerja seperti ini bukan hal yang asing bagi Kaisar, ia sudah di kenal sebagai Mafia berdarah dingin karena semua tindakan nya tidak pernah gagal.
"Tolong saya tuan Kaisar" kembali pria itu bicara, memohon agar Kaisar menyetujui permintaannya.
"Saya meminta imbalan satu Milliar, apa anda keberatan ?" tanya Kaisar
"Tentu saja tidak tuan, setelah tuan Kaisar membawa pembunuh anak saya, maka uang itu akan saya berikan" jawab pria itu
"Hahaha" Kaisar tertawa kencang mendengar jawaban pria itu "Selama ini setiap orang yang membutuhkan bantuan ku, mereka membayar di awal, jadi jika anda ingin membayar di akhir silahkan cari yang lain"
"Ba-ik tuan Kaisar, saya akan memberikan uangnya segera"
"Bagus, cepat anda memberikan uang nya, maka pembunuh anakmu akan segera di temukan"
Pria itu tersenyum, tak mengapa jika dia harus kehilangan uang sebanyak itu, asal ia bisa membalas kematian putrinya. Menurutnya nyawa harus di balas nyawa.
Tidak berapa lama pria itu pamit pergi, dan berjanji besok akan kembali dengan membawa uangnya.
"Apa kamu tau Daren siapa pembunuh itu ?" tanya Kaisar pada Daren
"Tau tuan, dia seorang Mafia juga, sepertinya pembunuh itu balas dendam dengan pak Rinto tadi, makanya dia membunuh putrinya" jelas Daren.
"Aku tidak perlu tau kenapa dia membunuh anak itu, yang jelas aku akan membunuhnya juga, kau sudah siap kan menguliti orang lagi ?"
"Saya selalu siap tuan"
Kaisar tersenyum, jika berada di markas ia sangat berbeda dari Kaisar di depan Zhalfa..Pria itu begitu kejam dan tak punya perasaan.
"Saya pulang dulu, kirim data-data pembunuh itu ke email ku !" pinta Kaisar yang berdiri dari duduknya.
"Baik tuan" balas Daren.
Kaisar meninggalkan tempat itu, ia harus segera pulang karena ia yakin Zhalfa pasti sedang menunggunya.
*
*
Setiba di rumah, Kaisar melihat istrinya sedang duduk di ruang tamu sembari menonton televisi, saat melihat Kaisar masuk Zhalfa hanya terdiam.
"Jawab kalau suami ucap salam" kata Kaisar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
tiara
Kaisar masih jadi mafia yah,semoga cepat bertobat dan menjadi imam yang baik untuk zhalfa
2023-02-07
2