Niat baik yang di tolak

Dokter Galvyn juga cinta sama kamu fah"

Seketika perkataan intan berhasil membuat detak jantung Afifah berdebar kencang.

"Intan,,, please jangn mulai deh, Afifah memohon ketika dirinya mulai tak nyaman membahas masalah ini.

"Dokter Galvyn sebenarnya pernah meminta izin untuk ke jenjang yang lebih serius fah Kepada ayahmu" sontak perkataan intan membuat Afifah terdiam.

Jantungnya berdetak kencang, napasnya mulai sesak mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Tan, aku gak suka becanda kayak gini" kata Afifah dengan suaranya yang gemetar.

"Aku serius fah, dokter Galvyn memang pernah meminta untuk seriusin kamu, namun di tolak ayah kamu," pernyataan dari intan membuat hati Afifah sakit.

Afifah bingung, kenapa ayahnya tidak memberitahu kalau dokter Galvyn pernah meminta untuk ke jenjang yang lebih serius.

"Fah, kamu baik-baik saja kan?" Tanya intan sambil menggoyangkan bahu Afifah.

"Dari siapa kami tau Tan?" Tanya Afifah karena masih penasaran.

Tidak   mungkin jika dokter Galvyn sendiri yang memberi tahu intan.

"Suamiku fah, apa kamu lupa jika suamiku teman dekatnya dokter Galvyn?" Tanya intan.

Afifah pun baru sadar, lalu Dumai intan, Rifqi adalah teman akrab dokter Galvyn sejak SMA.

"Kamu tau Tan, kenapa ayahku menolak niat baik itu?" Tanya Afifah.

"Intan menggelengkan kepalanya,dia merasakan penasaran yang di rasakan Afifah sekarang.

Sesaat ia merasa bersalah karena telah memberitahu Afifah.

"Fah, maaf kalau perkataanku tadi membuat hati kamu sakit, setidaknya kamu tahu, kalau dokter Galvyn juga mencintaimu'" jelas intan

"Nggak apa-apa, Tan malah aku berterimakasih, karena kamu telah memberitahu soal itu". Afifah memaksa senyum pada intan.

Sakit yang di rasakan hatinya sekarang,namun mau Gimana? Ini rencana Allah untuk dirinya.

" Ya Allah hamba terima jika memang jalan yang paling baik yang engkau gariskan untuk hamba"

"Sabar fah,kau jodoh gak akan kena kok," kata intan mencoba menghibur Afifah.

Afifah  memaksakan senyumnya.

"Lanjut makan deh Tan, katanya kamu ngidam pengen makan disini, pilih gih yang pingin si dedek bayi makan," kata Afifah mencoba mengembalikan suasana.

Intan tersenyum, lalu kembali menatap menu dan memesan makanan yang ingin dimakannya.

Begitupun dengan Afifah, dia memesan makanan yang dapat mengganjal perutnya yang belum di isi sejak pagi.

----+++++----

Hari ini Afifah tidak bekerja di rumah sakit, karena sekarang adalah jadwalnya untuk kuliah.

Beruntungnya dia masih diperbolehkan Bekerja di rumah sakit itu setelah dia meminta izin untuk la jut pendidikannya.

Setidaknya, gaji yang dia dapat selam bekerja di rumah sakit dapat menutupi biaya kuliah.

Afifah Az-Zahra, dokter muda yang dapat menyelesaikan sarjana dokternya selama empat tahun, betapa pintarnya dia, rata-rata dokter akan menghabiskan waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan S1-nya.

Di umurnya yang ke dua puluh tiga tahun ini, dia melanjutkan pendidikannya di bidang spesialisasi anestesi, dan sekarang adalah semester kelima.

Berbeda dengan galvyn Aditama, dokter muda yang tampan dia menyelesaikan S1 dan spesialis bedah di Cairo Mesir saat umurnya yang terbilang cukup muda, yaitu dua puluh empat tahun, tidak heran jika banyak dokter yang kagum pada dirinya.

Kembali pada Afifah, pagi ini dia memakai kecepatan Supernya untuk mandi.

Karena Afifah sedang berhalangan, ia menambah jam tidur paginya itu dan menyebabkan dirinya telat bangun dan terlambat.

Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah sembilan, dia masih memiliki waktu sepermpat jam untuk sampai kampus.

"Non, nggak sarapan dulu?" Tanya bi yurni selaku pembantu di rumah Afifah. BI yurni melihat Afifah turun tangga dan berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu keluar.

"Enggak bi, Afifah sudah terlambat," katanya lalu memanggil pak Harto, sopir keluarganya.

"Pak,sepermpat jam sampai kampus bisa nggak pak? Afifah sudah terlambat soalnya," tanya Afifah

"Siap non. Bapak yakin non nggka akan terlambat," kata pak Harto mengacungkan jempolnya.

"Hati-hati ya pak," kata Afifah ketika laju mobil pak Harto di luar batas normal.

"Tenang non." Pak Harto terkekeh melihat wajah cemas Afifah.

Dengan kecepatan mobil yang di atas normal. Afifah pun sampai ke kampus tepat pada waktunya.

Setidaknya dia tidak dimarahi oleh dosen killer yang ngajar hari ini.

Kuliah berakhir pukul dua siang, Afifah melangkahkan kakinya menuju kantin, karena perutnya yang sudah bergemuruh .

Dia pun duduk di salah satu kursi sambil melihat menu makanan.

Tiba-tiba ponsel Afifah berdering. Nama Dara saquel tertulis di layar ponsel itu.

Di dalam panggilan

"Assalamualaikum,dar, sapa  Afifah

"Waalaikumussalam, fah, kamu sekarang ada di mana? Hari ini kamu tidak dinas?"

"Hari ini aku ada jadwal kuliah dar, tapi udah selesai sih. Kenapa dar?"

"Oh, kaku kuliahnya udah selesai, kamu sekarang langsung ke rumah sakit aja, ini darurat.

"Darurat? Ada apa dar? Tanya Afifah bingung.

 

"Kamu kesini aja".

 

"Baiklah, aku ke sana sekarang. Aku tutup dulu ya dar, assalamualaikum," kata Afifah lalu mematikan sambungan.

Afifah pun berdiri dari duduknya, selera makannya pun mendadak hilang karena mendengar perkataan dara

Dengan langkah cepat, Afifah menglangkahkan kakinya menuju gerbang, di sana telah ada pak Harto yang menunggunya.

"Ke rumah sakit ya pak!" Perintah Afifah saat baru saja masuk mobil.

Harto mengangguk, lalu mobil pun melaju membelah jalanan menuju rumah sakit.

Afifah kembali mencoba menghubungi dara, menanyakan di mana posisi dara sekarang. Namun, dara tidak mengangkat panggilannya sama sekali.

"Setelah sampai di rumah sakit Afifah melihat dara yang baru saja keluar dari ruangan pasien.

Afifah pun menghampiri dara.

"Ada apa sebenarnya, dar? Jangan buat aku panik kayak gini,coba jelaskan ada apa?" Tanya Afifah

" Fah, kamu di panggil ke ruang staf medik, aku yakin ini ada sangkut pautnya dengan masalah operasi tiga hari yang lalu," kata dara.

" Afifah menautkan alisnya, ini juga di takutkannya.

Sebab secara tidak langsung dia telah melanggar aturan di rumah sakit ini.

" Aku sebenarnya sudah menduga ini sejak awal dar, tapi ya karna aku di paksa saat itu oleh dokter Galvyn, jadinya mau tidak mau aku harus menurutinya"

"Iya memang benar sih kata kamu fah harus menuruti kemauan dokter Galvyn"

"Saat itu siang itu juga, dokter anestesi emang gak ada yang tugas dar makanya aku jadi asisten dokter Galvyn, kalau gitu aku pergi dulu," kata Afifah yang diangguki oleh dara.

Afifah pun melangkahkan kakinya menuju ruangan kepala bidang

Kecemasan menyelimuti hati Afifah, rumah sakit ini memang memiliki aturan yang sangat ketat. Setiap yang melanggar aturan tersebut pasti mendapatkan hukuman

'ya Rabb, bantu hamba menyelesaikan masalah ini ya rab' batin Afifah.

Afifah pun dengan pelan mengetuk pintu itu,lalu membukanya ketika telah dipersilahkan. Di sana sudah ada dokter Alfian yang menatap dirinya dengan tajam.

Dokter Alfian adalah dokter spesialis jantung yang juga merangkup sebagai dosen Afifah saat di kampus. Inilah dosen yang Afifah bilang killer itu.

Terpopuler

Comments

Roudatul Jannah

Roudatul Jannah

Bagus kak☺

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!