Bab 4 MVILY
"Jangan teriak, nanti ada yang dengar pembicaraan kita," bisik Ella.
"Jadi, pelayan itu tewas apa hilang di tepi sungai?" tanya Alice dengan polosnya.
"Jangan mulai, deh, bodohnya! Pokoknya, ada seorang gadis yang ditemukan ditepi sungai. Tapi, pacarku bilang dia menemukan gigitan binatang buas di leher gadis itu," ucap Ella.
"Pacarmu? Kau punya pacar?" Alice menatap sahabatnya lekat.
"Dia, Will. Kepala polisi kota kita yang baru itu. Belum resmi, sih, baru dekat saja." Ella terlihat kegirangan membayangkan pria pujaannya itu.
"Huh, kau ini terlalu percaya diri! Eh, kalau gadis itu tewas karena gigitan binatang buas? Apa hubungannya dengan Arthur?"
"Dia kan pelayannya. Ibuku bilang dia juga stres sampai menghilang masuk hutan dan diduga bunuh diri. Jadi, kau harus tahan banting dengan pangeran kita," ucap Ella memperingatkan.
"Aku masih tak mengerti hubungannya apa." Alice lalu melanjutkan kegiatan masuknya.
Satu jam kemudian, bubur itu sudah jadi. Alice meminta Ibu Rose agar tetap menyembunyikan identitasnya yang merupakan anak dari Morgan Smith. Gadis itu lalu bertemu dengan Ratu Samanta yang menerimanya menjadi pelayan kerajaan.
Sang ratu tengah menatap ke arah lukisan putranya bersama keluarga kecilnya. Alice jadi ingat saat Ratu menceritakan tentang Raja Adam dan permaisuri dan putrinya yang sudah tiada karena kecelakaan satu tahun yang lalu.
"Maaf, Yang Mulia, ini buburnya sudah jadi," ucap Alice.
"Kau bawa ke kamar Arthur, ya. Pastikan keadaannya baik-baik saja. Jika kau lolos dari teriakan dan amarahnya nanti, maka kau akan bekerja menjadi pelayan pribadinya," ucap Ratu Samantha.
"Ta-tapi, bagaimana nanti jika dia marah?"
"Itu tantangan untukmu mengatasinya," ucap Ratu Samantha.
"Hufff, baiklah akan aku coba."
Alice hampir saja menabrak seorang pria dengan tinggi 170 cm, berusia lima puluh tahun dengan rambut dan kumis yang mulai memutih, perut agak buncit, dan wajah sangar serta ketus.
"Apa kau tidak punya mata, hah?!" bentaknya.
"Tentu saja aku punya, ini ada dua. Apa Tuan yang tidak punya dan tidak bisa melihatnya?" Alice balik menantang.
"Kau ini–"
"Bernard, maafkan dia. Toh, bubur itu juga tidak tumpah," ucap sang ratu.
"Tapi dia hampir saja mengotori pakaian mahalku, Yang Mulia." Pria bernama Bernard yang sebenarnya ayahnya Mark itu menatap Alice dengan tajam.
"Baru hampir, kan? Ada apa kau ingin menemuiku?" tanya Sang Ratu.
Bernard langsung menghampiri sang ratu. Terlibat perbincangan lebih dalam sementara Alice pergi. Gadis itu lalu melangkah menuju ke kamar Pangeran Arthur di lantai dua.
Kini, Kerajaan New Silk dipimpin oleh Ratu Samantha, neneknya Arthur.
Arthur sedang dipersiapkan menjadi seorang raja dengan bantuan Tuan Bernard Adams, ayahnya Mark. Bernard menggantikan posisi Menteri Pertahanan milik ayahnya Alice sebelumnya. Namun, pria itu bukanlah kaki tangan yang baik untuk Ratu Samantha, begitu batin Alice.
Dua orang pengawal berjaga di depan anak tangga menuju kamar Arthur.
"Anda siapa?" tanya salah satunya.
"Halo, saya Alice, pelayan Pangeran Arthur yang baru," jawab gadis itu seraya menunjukkan name tag tanda pelayan miliknya.
"Oh, begitu rupanya. Anterkan dia Lou!" titah pelayan yang lebih tinggi dari rekannya itu.
Lou lantas mendampingi gadis itu menuju kamar Pangeran Arthur. Mereka menaiki anak tangga menuju lantai berikutnya. Menaiki anak tangga dengan tangan gemetar. Dia berharap semoga bubur buatannya akan terasa lezat dan disukai oleh pangeran. Sebuah pintu besar dengan ukuran lebih tinggi dari pintu pada umumnya menyambut gadis itu. Hiasan gambar kepala singa seolah terbelah saat pintu itu terbuka.
"Silakan masuk, Nona!" ucap penjaga itu.
"Terima kasih, Tuan Lou," ucap Alice.
Gadis itu lantas bergegas masuk. Ruangan kamar tampak gelap dan minim cahaya. Sampai sebuah lampu kamar berbentuk bunga mawar yang cantik menyebarkan cahayanya, mengejutkan Alice. Gadis itu kini mendapati seorang pria sedang duduk di sebuah kursi panjang berbahan sutra di kamar itu.
Alice yakin dialah Pangeran Arthur. Gadis yang rambutnya dikuncir bagai ekor kuda itu mencoba mengamati dengan saksama sampai ia teringat di suatu hari dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keluarganya.
'Bukankah dia pria tampan yang menolongku tempo hari? Masa iya pangeran ini yang rupanya menolongku. Masa aku baru sadar sekarang?'
Alice membatin seraya masih berdiri.
'Duh, apa dia masih ingat dengan hari itu, ya?'
Alice masih termenung mengamati Arthur.
Gadis itu masih menatap Pangeran Arthur semakin dalam menelisik. Wajah tampannya terlihat pucat. Dengan rahang kuat yang semakin menunjukkan sikapnya yang dingin. Tubuh atletis pria itu terbuka karena memakai jubah warna hitam seperti kamerjas dengan benang dari emas. Alice sampai menelan berat saliva di dalam mulutnya.
"Kenapa kau yang ke sini? Memangnya tak ada orang lain yang mengantar makanan ke sini?"
Suara berat yang makin seksi di indera pendengaran Alice semakin membuai kala itu. Gadis itu masih tak bergeming.
"Kau dengar pertanyaanku, kan?" Arthur bangkit dan menghampiri Alice.
Ia mengamati gadis itu dengan penuh teliti. Guratan halus di dahi pria itu terlihat, tanda ia sedang berpikir lebih serius lagi kala mengamati Alice yang juga mengamatinya.
Alice bahkan masih menatap sang pangeran tanpa berkedip. Jauh di dalam hatinya, ia sangat memuji ketampanan seorang Pangeran Arthut, calon Raja New Silk kala itu. Gadis itu tak sadar sampai berdecak kagum di hadapan sang pangeran.
"Heh, kau suka ya melihat wajah ku yang tampan ini!" Arthur sampai menepuk kedua tangannya dan membuat gadis itu tersentak. Apalagi suaranya membentak di hadapan wajah Alice.
Sontak saja gadis itu terkejut dan menjatuhkan nampan berisi bubur di tangannya.
"Hei, apa yang kau lakukan ini!" pekik Arthur.
"Eh, maaf aku sungguh tak sengaja. Tadinya aku mau meminta Anda mencicipi bubur buatanku," ucap Alice seraya membersihkan pecahan mangkuk di lantai.
Namun, tangannya tak sengaja terkena pecahan piring sampai membuatnya terluka.
Arthur lantas berdesis dan beranjak ke sudut kamarnya. Dia bahkan duduk meringkuk dan menutup wajahnya.
"Apa Pangeran baik-baik saja?" tanya Alice yang mencoba mendekati Arthur.
"Berhenti! Tetap di sana! Jangan mendekat!" pekik Arthur.
"Ta-tapi–"
"PERGI DARI SINI! PERGI!" bentak Arthur.
"Aku akan pergi setelah bersihkan ini," ucap Alice. Ia menyeka darah yang mulai menetes dari sisi telunjuk kanannya.
"PERGI! PERGI DARI SINI!" Arthur bahkan mulai gusar dan mengamuk.
Dia bahkan melempari Alice dengan vas bunga yang ada di atas nakas di sampingnya.
"Kau ini kenapa, sih?" gumam Alice.
Dua pengawal tadi lantas memasuki kamar Arthur.
"Apa yang Nona lakukan?" tanya Lou.
"Aku sedang bersihkan mangkuk ini, tapi pangeran marah-marah," sahut Alice.
"Bawa perempuan ini pergi sekarang!" seru Arthur.
Lou lantas menarik tangan Alice keluar dari kamar Arthur. Sementara penjaga satunya yang bernama Anton membersihkan pecahan mangkuk bubur tadi. Ia menghubungi Ella untuk membersihkan sisanya.
"Aku tak sangka baru saja aku taruhan dengan Anton sampai kapan kau akan bertahan di sini, eh belum sehari sudah dimarahi," lirih Lou di samping Alice.
"Tuan Lou pikir aku dipecat, begitu? Lihat nanti, aku akan buktikan aku tak dipecat," ucap Alice.
Gadis itu lantas menuju ke dapur. Dia duduk di hadapan Ella seraya berpikir kenapa Arthur sejarah itu padanya. Padahal tangannya terluka.
"Oh iya, bukankah dia tertembak, ya? Kenapa tadi tubuh dia baik-baik saja, ya?" gumam Alice.
...*****...
...To be continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sri Keren Mutamimah
oh, artur dijadikan vampir, supaya dia bsa bethan klo dpat serangan. mungkin🤔
2023-03-31
0
Yuni Verro
lucu juga
2023-03-04
0
Cho Linah
pangeran Arthur vamvire ya
2023-02-13
0