Episode 3
Brak! Brak! Brak!
"BUKA PINTUNYA!"
Alice berteriak meminta tolong dibukakan pintu nobil karena mengaku dikejar oleh beruang. Arthur memang melihat sosok beruang di atas bukit sedang mengintai, ada seorang pria misterius di samping hewan itu yang mendadak pergi begitu saja. Para pengawal tadinya hendak melarang Alice masuk, tetapi Arthur mempersilakan gadis itu untuk masuk.
“Terima kasih, Tuan. Anda baik sekali. Hampir saja aku mati dimakan beruang,” ucapnya.
“Sedang apa kau di tempat seperti ini?” tanya Arthur, masih dengan kepala yang ditutupi dengan tudung.
“Aku tadi ikut bibiku ke pasar, tapi aku tersesat. Ponselku juga mati. Duh, dia pasti khawatir padaku.” Alice berbohong.
“Kau tak tahu siapa aku?” tanya Arthur.
Alice menelisiknya secara saksama.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya, ya?” tanya Alice.
“Aku rasa tidak. Kau mau ke mana?” tanya Arthur.
“Aku mau ke istana, aku bekerja di sana,” sahut Alice.
Arthur mengernyit. Namun, dia diam saja. Entah Alice yang terlalu bodoh atau emang tak peduli. Pasalnya dia menaiki mobil istana yang jelas-jelas terdapat bendera kecil dengan simbol bergambar kepala singa.
Setelah mobil itu selesai diperbaiki, Arthur meminta Tuan Liam melajukan mobilnya. Mendadak seketika, sang sopir menghentikan laju mobil yang dikendarainya secara tiba-tiba. Alice sampai jatuh dan menabrak kursi di depannya.
"Pangeran, bagaimana ini?" Sang sopir menoleh pada Arthur. Wajahnya terlihat ketakutan.
Mobil Arthur dihadang oleh mobil sedan hitam. Dua orang pria bertopeng turun dari dalam mobil itu. Mereka melayangkan tembakan.
Dor! Dor! Dor!
Serangan peluru menghujani kaca depan mobil jaguar tersebut. Sang sopir terkena tembakan di tangannya dari seorang pria berjaket hitam dan menggunakan topeng itu. Alice berteriak ketakutan, tetapi Arthur langsung menarik gadis itu untuk tetap bersembunyi.
Arthur mengeluarkan revolver dari bagian belakang punggungnya. Dia melesatkan peluru tersebut ke pada siapa pun yang mendekat. Arthur sempat terkena terjangan peluru di bahunya. Alice melihatnya. Gadis itu semakin ketakutan dan merasa hari itu dia akan mati. Namun tak lama kemudian, dua mobil sedan hitam datang mendekat.
Sekumpulan pria turun dari dua mobil tersebut dan menyelamatkan pangeran. Suara senjata api bersahutan di telinga Alice. Arthur menarik gadis itu keluar dari mobil dan menuju ke mobil lain.
“Selamatkan Paman Liam dan bawa gadis ini pergi!” seru Arthur.
Alice lantas dibawa pergi oleh salah satu pengawal kerajaan.
...***...
“Permisi, ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya salah satu penjaga dari balik pagar.
“Iya, Pak, tentu ada. Saya pelayan di sini, kalau tidak percaya tanya saja Bu Rose!” jawab Alice.
“Sebentar saya coba tanya Bu Rose," ucapnya.
Pria itu menghubungi seseorang di dalam rumah melalui intercom di ruang satpam. Tak lama kemudian, ia datang menghampiri Alice. Dia mempersilahkan mereka untuk masuk. Kaki ramping gadis itu mengikuti si penjaga masuk ke dalam istana. Perjalanan yang cukup melelahkan dari depan pagar istana sampai ke dalamnya. Kedua bola mata lentik Alice, menelisik setiap sudut istana dan mempelajarinya agar tak gampang tersesat lagi.
Seorang wanita paruh baya berusia enam puluh tahun melihat Alice saat masuk ke halaman belakang. Wanita itu menghentikan Alice dan meminta pelayannya untuk memanggil Alice.
“Kau pelayan baru di sini?” tanya sang ratu.
Alice mengangguk lalu memberi hormat. Bu Rose dan Ella langsung menghampiri karena takut Alice salah bicara.
“Maaf, Yang Mulia, dia keponakan saya,” kata Bu Rose berbohong.
“Siapa namamu?” tanya sang ratu tak mengindahkan Bu Rose.
“Nama saya, Alice.” Alice langsung mengulurkan tangannya.
“Apa kau pernah bekerja sebelumnya?” tanyanya lagi.
“Ya, Yang Mulia, saya pernah bekerja," jawab Alice berbohong.
Alice mengamati wanita di hadapannya itu dengan pikiran yang masih berkecamuk. Sosok sang ratu itu meski usianya lebih darti setengah abd tetapi masih terlihat sangat cantik dan warna iris biru itu mirip dengan warna mata milik Arthur tempo hari yang pernah Alice lihat.
"Ratu Samantha, lihatlah dia cocok sekali dengan yang Anda cari untuk menjadi pelayan Pangeran Arthur," ucap Bu Rose menunjukkan Alice.
"Kau betul juga, Rose. Aku suka gadis ini. Suruh dia mempelajari aturan menjadi pelayannya Arthur!" titahnya.
"Hah? Tadi Yang Mulia bilang apa?" tanya Alice.
Ratu Samantha hanya tersenyum menanggapi.
Alice lantas diminta mengikuti Ratu Samantha.
Pria yang Alice kenal datang mendekat. Dia berbisik pada sang ratu dan memberitahu kalau Arthur mengalami penyerangan. Alice teringat kalau Arthur tadi terkena tembakan di bahu.
“Bagaimana dengan luka tembak pada pangeran?” tanya Alice.
“Arthur terkena tembak? Mark apa Arthur terluka?” Sang ratu langsung menoleh pada Mark. Raut wajahnya panik kala mendengar penuturan Alice.
“Sepertinya tidak, Yang Mulia. Pangeran Arthur baik-baik saja,” tutur Mark menoleh pada Alice dengan raut wajah tak mengerti.
Alice jadi mengernyit mendengarnya. Padahal ia yakin sekali kalau Arthur terkena tembakan.
Ratu Samantha lantas tersenyum dan berkata pada Alice, “kau pasti salah dapat informasi.”
Alice terdiam cukup lama.
“Ayo, Alice, aku bawa kau mengenal Arthur. Dia adalah cucuku satu-satunya yang paling aku sayang. Sepertinya kau akan cocok jika ku jadikan pelayan pribadi untuk dia,” ucap wanita itu.
Kerutan di sudut kedua matanya terlihat jelas kala ia tertawa.
“Di mana permaisuri, apa sedang menemani Paduka Raja?” tanya Alice.
“Kau belum tahu, ya? Arthur tak punya orang tua sejak satu tahun yang lalu. Adiknya juga meninggal. Tadinya, Arthur sangat manja. Tapi, sejak peristiwa kehilangan itu sikapnya berubah. Dia suka menyendiri dan ketus. Aku masih ragu kalau dia bisa disiapkan sebagai seorang raja," ucapnya.
"Hah? Raja sudah tiada?" tanya Alice, dia menoleh pada Mark yang sepertinya terlupa menceritakan kisah itu.
"Alice, apa kau bisa memasak bubur jagung dengan suiran ayam?” tanya sang ratu.
“Aku belum pernah memasak itu, tapi akan aku coba,” ucap Alice.
“Kau harus bisa memasak itu karena itu adalah makanan kesukaan Arthur, cucu kesayanganku satu-satunya.”
Ratu Samantha lalu memanggil Ibu Rose setelah menunjukkan kamar Arthur pada Alice. Sang pangeran rupanya tengah tertidur.
Ratu Samantha lalu memerintahkan wanita yang berusia lima puluh tahun itu untuk membantu Alice memasak bubur jagung kesukaan Pangeran Arthur. Alice lalu mengikuti wanita yang tubuh lebih pendek darinya menuju dapur. Bu Rose lantas meminta Ella untuk membantu Alice.
“Kau yakin siap bekerja di sini, Al?” tanya Ella saat membantu Alice di dapur.
“Aku yakin, Ella. Cukup rahasiakan saja identitasku,” pinta Alice.
"Eh, apa kau tahu kalau tak ada yang tahan bekerja untuk Pangeran Arthur. Bahkan yang aku dengar salah satu pelayannya menghilang lalu tewas di tepi sungai," bisik Ella.
“Apa?” Alice menghentikan kegiatannya mengupas kulit jagung.
...******...
...To be continued…...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yuni Verro
pasti ada mata2 karena gak gampang jadi pelayan seorang pangeran
2023-03-04
0
Cho Linah
si arthur yg nolong alice kali ya
2023-02-13
0
a y a
semoga ella orang baik ya
2023-02-10
0