Episode 2
Arthur sempat melihat ke arah Keluarga Jhonson yang tampak bersenang-senang di pantai tersebut. Dia melihatnya dari atas bukit. Ada rasa iri dan sedih ketika ia mengingat seharusnya keluarganya masih bersama seperti itu. Ketika Tuan Luke memanggilnya lagi, Arthur segera bergegas.
Di tepi pantai itu, Alice sedang menatap keluarga bahagia di hadapannya. Ia sangat bersyukur pada Tuhan karena telah diberikan keluarga yang sempurna dan selalu bahagia. Seolah, dia tak ingin waktu kebersamaan yang indah itu akan berakhir.
Kegiatan liburan keluarga Morgan Jhonson berakhir. Senja di ufuk barat mulai menyapa. Hari mulai petang. Morgan melirik waktu yang berdetak di arloji tangan kirinya itu.
"Ayo, bergegas! Sudah jam lima sore, nih!" serunya pada tiga wanita tersayangnya yang masih asyik berbelanja souvenir.
"Iya, sebentar, Dad Sayang!" Seru sang istri.
Setelah puas memilih souvenir, ketiganya masuk ke dalam mobil jaguar hitam yang dikendarai sang ayah. Sepanjang perjalanan pulang mereka asyik bernyanyi bersama sesuai musik yang diperdengarkan di radio mobil.
Namun, hal yang tak akan pernah Alice duga sebelumnya terjadi. Saat melewati jalan yang menurun, tiba-tiba terdengar letusan dari dua ban mobil bagian depan dan belakang yang dikendarai Tuan Morgan. Pria itu yakin ada yang sengaja menembak ke arah mobilnya dari atas bukit. Dia kesulitan untuk berhenti. Pedal rem yang diinjak tak merespon sehingga membuat pria itu tak bisa mengendalikan laju mobil lalu menabrak pembatas jalan dan jatuh membentur karang dan masuk ke lautan lepas.
...***...
Alice terbangun di sebuah taman bunga mawar kegemaran ibunya. Ayah, ibu dan Alena sedang menatap ke arahnya sambil mengulas senyum terindah. Lalu, ketiganya bergandengan pergi menjauh.
"Kalian mau ke mana? Tunggu aku!" seru Alice.
Mary menoleh, "Nak, belum saatnya kau ikut dengan kami. Maafkan kami, ya. Kau harus melanjutkan hidupmu sendiri dulu."
"Bahagialah, Nak!" ucap Morgan menimpali.
"Kakak harus berjuang. Kau tahu kan, kalau kami sayang sekali dengamu." Alena melambaikan tangannya seraya tersenyum.
"Tunggu aku! Kenapa kalian tinggalkan aku? Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang kalian katakan. Tunggu aku!" pekik Alice.
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Alice seraya memanggil namanya.
"Syukurlah, kau akhirnya sadar juga," ucap seorang wanita berusia empat puluh tahun yang menggunakan kacamata itu.
"Tante Tina, aku ada di mana?" tanya Alice.
Tubuh gadis itu terasa sangat sakit apalagi di bagian kepala yang ia coba sentuh. Perban putih sudah melilit di dahinya. Gadis itu juga memakai penyangga leher yang membuatnya sulit untuk menoleh.
"Kau ada di rumah sakit, Al."
"Apa? Aku di rumah sakit?"
"Iya, Al. Apa kau lupa kecelakaan tiga hari yang lalu?" tanya Tina, adik ipar dari orang tuanya.
Gadis itu coba menggali lagi pikirannya yang melayang menuju tiga hari lalu. Kecelakaan maut itu rupanya merenggut nyawa keluarganya. Alice berhasil selamat setelah seorang pria menarik tubuhnya dari dalam mobil sebelum mobil itu meledak menghantam tebing. Ia tak begitu jelas melihat wajah pria itu karena ia langsung tak sadarkan diri.
Paman Andrew masuk ke kamar perawatan Alice. Dia merupakan adik tiri ayahnya dan satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini. Keluarga gadis itu bukanlah keluarga besar. Pasca kecelakaan tersebut, Alice sangat sedih karena kehilangan keluarganya. Alice tinggal dengan paman dan bibinya yang ternyata berniat jahat.
Mereka menghamburkan harta peninggalan ayahnya. Suatu hari, gadis itu mendengar penuturan Paman Andrew kalau ayahnya Alice yang bekerja sebagai menteri pertahanan dan keamanan di kerajaan, dianggap sebagai penghianat kerajaan dan diduga menjual informasi penting kerajaan ke pihak musuh. Tak ada lagi penghormatan baginya dan keluarga Jhonson. Mereka diasingkan ke Desa Pelangi.
Alice sangat terpukul dan terpaksa mengikuti paman dan bibinya. Dia bahkan sempat mengalami depresi dan hampir menghabisi nyawanya sendiri. Akan tetapi, sahabatnya yang bernama Mark Adams datang menolongnya. Mark merupakan anak dari Menteri Pertahan dan Keamanan yang baru di kerajaan New Silk. Mereka bersahabat sejak sekolah dasar dan tingkat sekolah menengah pertama. Sayangnya saat tingkat sekolah menengah atas, Mark pindah.
“Mark, kau bekerja di istana, kan?” tanya Alice.
“Aku memang sedang membantu tugas ayahku memimpin para pengawal kerajaan. Memangnya kenapa. Al?” tanyanya.
“Bawa aku pergi dari sini. Aku ingin masuk ke istana dan menguak kebenaran tentang ayahku,” ucap Alice.
“Tapi, Al—”
“Mark, aku mohon … Kau mau ya membantuku?” Alice menatap Mark dengan tatapan memelas.
“Baiklah.”
Alice mengikuti Mark. Dia bertemu dengan Ella dan Ibu Rose yang akan membantunya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan istana. Alice akan menyamar sebagai pelayan di kerajaan untuk menyelidiki kasus ayahnya. Alice ingin nama baik ayahnya kembali dan membuktikan pada pihak kerajaan kalau ayahnya tak bersalah dan bukan pengkhianat.
"Ini Pangeran Arthur Smith, calon Raja New Silk yang baru," ucap Mark.
"Pangeran? Raja yang baru?" Alice mengernyit.
"Iya, Al. Setelah aku telusuri, keluarga kalian mengalami sabotase dan menyebabkan kecelakaan karena ayahmu dianggap pengkhianat," ucapnya.
"Pengkhianat? Daddy-ku selalu berjuang demi kerajaan, Mark!" bentak Alice penuh amarah.
"Entahlah, yang aku dengar dari ayahku memang banyak pemberontakan untuk menggulingkan Raja Smith dan bekerja sama dengan Kerajaan West Bloom. Namun, pihak kerajaan tidak tinggal diam. Mereka kirim pembunuh bayaran untuk membunuh para pengkhianat dan salah satu tertuduhnya adalah ayahmu," tukas Andrew.
"Apa mereka punya bukti dengan menuduh daddy pengkhianat? Benar-benar tak masuk di akal dengan hukum kerajaan itu. Sampai sebegitukah ia harus membunuh ayahku dan keluargaku?" Alice tertunduk, bulir bening itu menetes di pipi.
Mark meraih tisu dan memberikannya pada Alice.
...***...
Di istana Kerajaan New Silk.
“Arthur, kau yakin akan pergi pemakaman Tuan Byrne seperti itu?” tanya Ratu Samantha.
“Nenek tau kan kalau aku alergi sinar matahari karena membuatku gatal? Biarkan aku memakai ini,” tutur pria tampan dengan dagu terbelah itu. Ia menaikkan tudung mantelnya sampai menutupi kepala.
“Terserah kau saja, yang penting kau datang.” Sang ratu lantas masuk ke dalam mobil jaguar hitam didampingi dengan Tuan Bernard Adams dan putranya, Mark Adams.
Sementara itu, Arthur memakai mobil kerajaan satunya didampingi pengawal Bernama Tuan Liam. Arthur memanggilnya Paman Liam, orang kepercayaan ayahnya sejak ia kecil.
Setelah menghadiri pemakaman salah satu pejabat istana akibat serangan yang diduga berasal dari West Bloom, Arthur meminta Paman Liam untuk membawanya kembali ke istana lebih dulu tanpa pengawalan. Namun, saat di perjalanan pulang, mobil yang ditumpanginya mengalami pecah ban.
Saat sedang menunggu perbaikan seraya memainkan ponselnya, Arthur tersentak kala ketukan di kaca jendela mobil terdengar berkali-kali dan membuatnya menoleh.
...***** ...
...To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
💜Shandy💜
selalu suka karyamu thor
2023-09-05
0
💖 sweet love 🌺
kok aq bingung ya
2023-04-10
0
Faa
maaf cerita kurang memahami
2023-03-10
1