Bab 5 MVILY
Di istana, Arthur tinggal bersama neneknya yang bernama Samantha, Ratu New Silk. Wanita berusia 60 tahun itu sangat memanjakan Arthur. Sang ratu kerap meminta Alice untuk melayani kebutuhan sang pangeran. Alice akhirnya menyadari kalau pria yang menolongnya adalah Arthur, tetapi sang pangeran itu tidak mengingat Alice.
"Alice, Ratu Samantha memanggilmu," ucap Bu Rose.
"Apa dia mau memecatku, ya?" gumam Alice.
"Memangnya apa yang kau lakukan?" Bu Rose menelisik dengan saksama.
"Ummmm, sebenarnya aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pangeran. Tapi saat aku menjatuhkan bubur ke lantai dia malah berteriak-teriak dan mengusirku pergi, Bu," sahut Alice.
"Tapi sepertinya Yang Mulia tidak mengatakan akan memecatmu. Coba sana lekas temui dia!"
"Baik, Bu." Alice menuju ke ruang kerja sang ratu.
Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, Alice melangkah perlahan ke hadapan meja sang ratu.
"Alice–"
"Mohon jangan pecat saya, Yang Mulia. Saya juga tak mengerti kenapa pangeran berteriak pada saya padahal dia yang mengejutkan saya sampai menjatuhkan bubur itu," ucap Alice.
"Alice, jangan pernah potong pembicaraanku, ya!" titah sang ratu.
"Ma-maafkan saya. Tapi, apa benar Yang Mulia mau memecat saya?"
"Tidak, aku tak akan memecatmu. Aku ingin besok pagi kau pergi bersama Ella untuk membeli bunga dan kue. Ada para tamu luar negeri yang harus aku jamu," ucapnya.
"Oh, syukurlah. Saya pikir saya dipecat," lirih Alice.
"Tuan Lou bilang Arthur berteriak dan memintamu pergi, kan?" tanyanya.
Alice mengangguk lalu menjelaskan duduk perkara sesuai pandangannya kala itu.
"Hmmm, tapi saat aku tanya haruskah aku memecatmu dan menggantikanmu dengan orang lain, Arthur bilang jangan. Jadi, kau tetap menjadi pelayan pribadi untuknya," ucap Ratu Samantha.
Perkataannya sukses membuat Alice menganga tak percaya. Kenapa sang pangeran ingin dia tetap bekerja dan menjadi pengawalnya, ya?
"Kalau begitu, saya pamit dulu, Yang Mulia," ucap Alice lalu melangkah keluar dari ruang kerja Ratu Samantha.
Lagi-lagi hampir saja gadis itu menabrak Tuan Bernard.
"Kau ini–"
"Maaf Tuan, saya sungguh tak sengaja." Alice menunduk sambil berlalu.
Gadis itu sedang tak ingin mengundang keributan. Apalagi dengan Tuan Bernard yang merupakan ayah dari Mark, sahabatnya.
...***...
Keesokan harinya setelah Alice dan Ella membeli semua pesanan sang ratu, Alice melihat seorang gadis kecil yang tengah ketakutan. Seorang pria bertubuh kekar dan tampak seperti preman sedang memaksa gadis kecil itu untuk masuk dalam mobil seorang pria tua.
"Nona Alice, sebaiknya kau masuk!" titah sang sopir saat memasukkan kue dan bunga ke dalam belakang mobil box itu.
"Aku tak bisa membiarkan ini, Pak," sahut Alice yang langsung menuju ke seberang.
"Duh, itu kan Tuan Jhon, preman pasar sini," gumam Ella yang langsung menghampiri Alice.
"Hei, Tuan Brewok! Apa yang kau lakukan dengan gadis kecil ini!" seru Alice.
"Al, ayolah… jangan berurusan dengan preman ini," bisik Ella.
"Ini tidak bisa dibiarkan, El!" Alice masih menatap tajam pria itu.
Seorang pria paruh baya dengan perut buncit itu turun dari mobil dan menunjuk Alice. Dia melayangkan teguran kerasnya. Wajah renta dengan jenggot yang berwarna putih senada dengan warna rambutnya itu terlihat marah.
"Aku sudah membelinya, jadi gadis kecil ini milikku," ucapnya.
"Aku mohon Ayah, aku tak mau pergi!" Gadis kecil berusia tujuh tahun itu terlihat menangis.
"Kau hanya ikut kakek ini beberapa hari lalu kembali pulang. Kau harus ikuti segala perintahnya," ujar pria preman tadi yang ternyata ayah dari gadis kecil berkepang dua itu.
"Wah, wah, wah, kau menjual putrimu sendiri, ya? Ini keterlaluan!" seru Alice.
Ella masih berusaha menarik tangan Alice agar tak usah mencampuri urusan preman itu.
"Kau ingin anak ini bebas? Maka kau harus bayar mahal untuk anak ini!" seru si pria tua tadi seraya menyentuh pipi gadis kecil yang langsung menjauhkan wajahnya itu.
"Benar itu," ucap si preman.
"Jika aku membayarnya, kau pasti akan membawanya pulang dan menjualnya lagi, kan?" terka Alice.
Pria kekar itu malah tertawa bersama si pria tua.
"Sudah jangan hiraukan dia, Tuan Bold. Lihat kulit putriku sangat lembut dan pasti membuatmu lebih bergairah," ucap si preman. Sementara gadis kecilnya mulai menangis ketakutan.
"Aku akan membelinya. Berapa harus ku bayar untuk membawanya dari sini?" tanya Alice.
Ella menatap sahabatnya tak percaya.
"Berapa yang kau punya?" tanya si preman yang bernama Jhon.
"Dua ratus dolar, bagaimana?" tukas Alice.
Jhon kembali tertawa bersama si pria tua.
"Aku membelinya seribu dolar, Nona. Kalau kau mau, aku juga bisa memberimu," ucap si pria tua.
"Hish, sialan juga pria tua ini!" Alice meminta Ella masuk lebih dulu ke dalam mobil pengantar mereka.
"Jika kau ingin berkelahi, maka aku akan melayani! Apa kau tak tahu kami dari Kerajaan New Silk?" cicit Alice menantang.
"Kau pikir kami takut, hah? Kerajaan yang dipimpin seorang ratu lemah yang katanya sedang menyiapkan pangeran tangguh ini tak pernah bisa membuktikan kalau dia bisa melindungi rakyatnya, hahahaha." Jhon menoleh pada si pria tua yang ikut tertawa.
"Jadi kau meremehkan Ratu Samantha?" tanya Alice.
"Bukan hanya aku, Nona. Semua orang tak pernah suka jika dipimpin seorang perempuan," sahutnya.
Sebuah mobil jaguar hitam milik kerajaan muncul dan berhenti di samping Alice. Pria berjaket hoodie hitam turun dari dalam mobil. Dia juga memakai masker dan sarung tangan serta kaca mata hitam.
"Lepaskan anak itu!" titahnya.
Alice mengamati dengan saksama dan akhirnya menyadari kalau pria itu adalah Arthur. Apalagi sang sopir di dalam mobil itu Tuan Liam.
"Siapa lagi orang ini? Berani-beraninya meminta putriku. Wah, tau begini aku akan naikkan harganya," ucap Jhon yang tak menyadari pria itu merupakan pangeran di negara dia bernaung.
"Jika kau ingin bertarung, maka aku pastikan akhir pertarungan nanti adalah kematianmu!" tegas Arthur.
Alice malah terpesona melihat sang pangeran yang tampak gagah. Meski di balik masker, aura tampan milik Arthur malah semakin menyeruak. Alice sampai menampar pipinya sendiri agar tak menyukai pria itu sekarang.
"Jhon, serahkan anak itu ke padanya!" titah si pria tua yang tampaknya tahu mobil yang digunakan Arthur adalah mobil kerajaan.
"Loh, memangnya kenapa Tuan Bold?" Jhon mengernyit.
"Kembalikan uangku nanti. Kalau aku jadi kau sebaiknya kau pergi," bisik si pria tua lalu menundukkan kepala sekilas saat memberi hormat pada Arthur, kemudian masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi.
Tuan Liam turun dari mobil dan menarik tangan Jhon untuk berbicara menjauh. Seketika itu juga, Jhon membawa putrinya pergi tetapi Alice menahannya.
...*****...
...To be continued. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yuni Verro
arthur ikutin alice ini mah
2023-03-04
0
Cho Linah
pangeran tau klo Alice gadis yg prnah dia tolong
2023-02-13
0
a y a
maaf2 ni di cerita ini aku lemot 😌
2023-02-10
0