Gania tengah menunggu di halte bis, Ia tak berani menunggu Zavir di depan rumahnya. Setiap kali Ia meminta izin pada sang ibu, setiap kali itu pula Ibunya tak memberi izin untuk Gania pergi bersama Zavir. Namun, walaupun begitu Gania tak pantang menyerah. Ia memilih pergi diam-diam, agar bisa bertemu dengan sang kekasih.
"Zavir mana, sih? Lama, deh." Gania menggerutu.
Gania melirik ke arah jam yang melingkar di lengannya, kakinya menghentak karena sudah merasa kesal.
"Tahu gini Aku gak bakal bolos kuliah!" Seru Gania.
Ya, saat ini Gania tengah menempuh pendidikan di bangku kuliah, Ia mengambil Fakultas Akademi Perawat. Gania menolak, ketika sang ibu memintanya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran. Gania merasa gelar Dokter terlalu berat baginya, lagi pula di keluarganya sudah ada dua orang yang berprofesi sebagai Dokter, yaitu sang ibu dan kakak laki-lakinya.
Kekesalannya hampir memuncak, Gania berniat untuk pulang karena Zavir tak kunjung datang.
Namun saat hendak beranjak, Zavir pun tiba.
"Lama banget!" Bentak Gania.
"Iya, maaf. Tadi kan abis masukin dulu lamaran kerja yang," ucap Zavir.
Pada saat itu, Zavir masih menganggur. Zavir menyelesaikan pendidikannya hingga bangkus sekolah menengah kejuruan, Dia tak melanjutkan untuk kuliah dengan alasan malas berpikir lagi. Namun Zavir memiliki keahlian dalam bidang akuntansi, dan Dia memilih untuk mencari pekerjaan di usianya saat itu.
Saat ini Zavir sangat menyukai club motor, Ia juga menjadi salah satu anggota club motor yang namanya cukup besar di Bandung.
"Kamu bolos kuliah lagi?" Tanya Zavir.
Gania mengangguk, "iya. Abis kalah gak bolos, gimana mau ketemunya? Pulang Kuliah pasti Ibu nyuruh supir buat jemput Aku." Gania menuturkan.
Zavir terdiam, sebenarnya Ia tak menyukai jika Gania bolos kuliah. Namun tak dapat di pungkiri, Ia juga sangat ingin memiliki waktu untuk jalan berdua dengan sang kekasih.
"Ibu sama Ayah Kamu masih gak suka sama Aku?" Tanya Zavir.
Gania mengangguk, "iya."
Keduanya terdiam, Zavir juga sangat merasa tak enak hati saat itu.
"Kenapa bengong?" Tanya Gania.
Zavir memarkirkan motornya, lalu duduk di halte bersama Gania.
"Sebenarnya Aku gak enak kalau harus pacaran ngumpet-ngumpet gini terus, kucing-kucingan terus. Padahal Kita kan gak pernah aneh-aneh selama pacaran," ucap Zavir.
Gania pun terdiam, "iya, sih. Mungkin karena Ayah sama Ibu tahu Kamu suka club motor, makannya Mereka gak terlalu suka." Gania menjelaskan.
"Apa salahnya sama club motor? Aku gak pernah mabok-mabokan, kok. Kalau ngerokok ya wajar, kan? Kamu sih suka pengen ikuti touring segala," ucap Zavir dengan nada sedikit kesal.
Gania mengerutkan keningnya, Ia merasa tak enak mendengar ucapan Zavir.
"Kamu nyalahin Aku? Kamu jadi gak suka kalau Aku suka ikut Kamu pergi sama teman-teman club motor Kamu? Vir, di club motor Kamu itu ada banyak perempuannya juga, jadi..."
"Jadi Kamu takut Aku selingkuh, gitu?" Zavir menebak.
Gania terhentak, Ia diam tak menjawab.
"Ya ampun, Nia. Kita tuh pacaran udah lama, Kamu masih gak percayaan sama Aku. Aku bukan gak suka Kamu ikut touring, tapi kan Aku touring pulang suka malam. Itu yang bikin orang tua Kamu semakin gak suka sama Aku!" Seru Zavir.
Gania menunduk, Ia merasa sedih mendengar penuturan Zavir.
Zavir mengusap wajahnya kasar, bagaimana pun Ia sangat menyayangi Gania dan tak suka melihat kekasihnya itu bersedih.
"Jangan nangis! Ya udah Aku minta maaf, udah marah-marah. Ya udah Kita pergi sekarang, anak-anak udah nunggu di tempat biasa."
Gania mengangguk, Mereka pun menaiki motor dan segera melaju menuju tempat tujuan.
***
Sesampainya di tempat tongkrongan, Gania dan Zavir menghampiri teman-teman yang lain.
"Halo, Bro. Lagi pada ngapain, nih?" Tanya Zavir sembari berbaur dengan teman-temannya yang lain.
Gania duduk, di tempat yang dimana juga terdapat perempuan di sana.
"Mau?" Tanya teman perempuan Gania sembari menyodorkan sebatang rokok.
Gania menggelengkan kepalanya, "nggak. Aku gak ngrokok, kak." Gania menolak.
Walaupun Ia suka ikut nongkrong dengan teman-teman club motor, tetapi Gania tak pernah sekalipun ikut mencicipi rokok atau bahkan minuman keras.
"Biasalah Kita lagi bahas rencana buat event minggu depan, Vir." Salah satu teman Zavir menuturkan.
"Oh, ulang tahun club Kita? Jadinya gimana?" Tanya Zavir yang memang Mereka berencana akan mengadakan sebuah event untuk merayakan ulang tahun club motor yang sudah berdiri bertahun-tahun itu.
"Iya rencananya sih Kita mau galang dana juga, buat korban bencana gempa. Yang di Cianjur itu," ucap salah satu teman Zavir yang lain.
"Setuju, tuh. Tapi yang pasti satu sih yang harus di jaga," ujar Zavir.
"Apa tuh?" Tanya teman Zavir.
"Jangan sampai di acara nanti, di antara Kita ada yang konsumsi miras, atau bahkan ngobat." Zavir menegaskan.
Teman-teman Zavir sempat terdiam, hal itu membuat Zavir bertanya-tanya.
"Kenapa pada diem?" Tanya Zavir sembari menatap satu persatu teman-temannya.
"Jangan bilang, di antara Kita ada yang konsumsi narkoba?" Zavir mulai berprasangka.
"Ng-nggak, Vir. Kita gak make, kok. Kita kan udah sepakat gak bakalan nyoba narkoba!" Seru salah satu teman Zavir.
Zavir mengangguk, "baguslah kalau gitu, jangan sampai nama club motor ini hancur karena ulah orang-orang yang gak bertanggung jawab, jangan sampai bikin malu para senior terdahulu yang udah membesarkan nama club motor Kita ini."
"Iya, Vir."
"Ya udah, Kita lanjutkan pembahasan event minggu depan. Mau di adain di lapangan terbuka, atau Kita mau sewa gedung?" Tanya Zavir.
Saat tengah berkumpul, dan berdiskusi. Tiba-tiba saja semua terkejut, ketika beberapa orang petugas kepolisan datang dan mengejutkan semuanya.
"Jangan bergerak! Kalian sudah Kami kepung!" Teriak salah satu polisi.
Zavir dan Gania terkejut, Mereka tahu apa yang terjadi.
"Ada apa, Pak? Kenapa Kami di grebek?" Tanya Zavir.
"Kami beberapa kali menerima laporan tentang penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anggota club ini," jawab salah satu petugas.
Zavir terkejut, Ia menoleh ke arah teman-temannya yang menunduk.
"Tapi yang Saya tahu, club Kami gak mengkonsumsi narkoba, Pak." Zavir menuturkan.
"Jelaskan nanti di kantor saja. Sekarang Kalian ikut Kami ke kantor!" Seru petugas kepolisian dan langsung memborgol semua termasuk Zavir dan Gania.
"Vir. Aku takut, Aku gak tahu apa-apa." Gania menangis ketakutan.
Zavir tak bisa berbuat apapun, saat ini Ia hanya bisa mengikuti prosedur pemeriksaan.
Satu persatu naik ke atas mobil tahanan, Gania masih menangis karena Ia sangat ketakutan dan tak tahu harus berbuat apa.
Tangisnya semakin kencang, saat mobil tahanan itu mulai melaju.
"Jangan nangis, Nia. Kamu tenang aja, Kita gak bersalah. Kita gak ikut-ikutan make bareng itu," ucap Zavir berusaha untuk menenangkan kekasihnya.
Lalu ia menatap ke arah teman-temannya, dan berucap dengan penuh kekecewaan.
"Gua kecewa sama Kalian semua!" Seru Zavir.
Gania menutup matanya, Ia membayangkan bagaimana jika kabar itu sampai ke telinga orang tuanya. Akan semarah apa Mereka, walaupun Gania memang tak memakai barang haram itu.
"Gimana ini? Ini mobil jalannya ke mana, ya? Polsek atau polres? Gimana kalau Aku ketemu sama Kak Rania?" Gania semakin ketakutan, pasalnya sang Kakak kini tengah bertugas di kota Bandung. Ia akan habis jika sampai bertemu dengan sang kakak di kantor polisi nanti, dan pastinya jika sang kakak mengetahui hal itu, kabar itu pun akan sampai ke telinga sang Ayah.
"Zavir, Aku takut. Gimana kalau nanti Kak Rania tahu? Gimana kalau nanti Ayah tahu?" Tanya Gania.
Ia mengusap air matanya dengan sikut, karena kini pergelangan tangannya tengah di borgol.
Zavir tak menjawab, Ia juga tak menyangka akan terjadi di luar dugaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments