Saat ini Nura dan Yon sedang duduk di atas papan masing-masing. Papan mereka sudah diatur autopilot sehingga bisa mengemudi sendiri sampai tujuan dengan kecepatan 15 km/jam. Kecepatan yang cukup aman. Mereka kini melayang menyusuri sungai menuju rumah Nura.
Mereka lalu berbincang santai sembari menikmati pemandangan sungai di malam hari.
"Yon, berapa umurmu?" tanya Nura.
"3 tori."
"Apa?"
"3 tori.Itu sekitar 5-6 tahun usia manusia bumi."
"Beneran? tapi kok kamu kayak kakakku ya. Kak Lili. gaya ngomong mu mirip kayak dia."
"..."
"Terus, pakaianmu warnanya perak semua kayak yang kamu pakai sekarang gak?"
"Kostum yang kupakai ini hanya digunakan untuk Terrian Nul."
"Apaan tuh?"
"Terrian nul adalah tingkatan terrian yang belum diketahui jelas jantan atau betina-nya."
"Jantan-betina?? maksudmu laki-laki dan perempuan Yon? memangnya Yon belum tahu jenis kelamin Yon apa?? kok bisa gitu?"
"Ya. Usiaku belum cukup untuk menumbuhkan Flow atau.. Tenta."
"Nur gak paham.." keluh Nura.
"Flow dan Tenta itu seperti kelamin manusia. Jika betina maka terrian akan menumbuhkan flow. sementara jika jantan maka ia akan memunculkan Tenta."
"Di mana tumbuhnya Flow dan Tenta itu, Yon?"
Yon nampak terkejut dengan pertanyaan Nura ini. Dan perlahan-lahan seluruh plasma yang menyelimuti tubuh Yon pun berubah warnanya menjadi agak kemerahan.
"Yon! plasmamu!!" seru Nura.
"Tak apa-apa, Nura. ini alami terjadi."
"Beneran gak apa-apa??"
"Ya."
"Kamu lucu, Yon. jadi pink gitu. eh ya, jadi Flow dan Tenta itu tumbuhnya di mana?" Tanya Nura lagi.
"Itu... kurasa.. maaf. aku tak bisa mengatakan tentang itu lebih lanjut," ucap Yon pelan-pelan.
Dan ketika Yon mengatakannya, warna plasmanya menjadi semakin merah. Hal ini membuat Nura menyadari sesuatu.
"Yon, apa jangan-jangan kamu merasa malu? makanya plasmamu jadi merah? kamu malu kita ngomongin soal Flow dan Tenta?"
Yon yang ditanya hanya diam dan nampak menunduk. Ekspresi wajahnya memang tak berubah tapi warna plasmanya semakin merah.
Ini membuat Nura yang melihatnya jadi tertawa terbahak-bahak. Dan terbersit lah sesuatu hal di benak Nura perihal apa jenis kelamin Yon nantinya.
Perjalanan terus berlanjut. Setelah Nura selesai tertawa, dan warna plasma Yon kembali keperakan, giliran Nura kini yang bercerita tentang keluarganya.
"Aku punya dua kakak betina, eh perempuan, juga satu adik lelaki..emm.. maksudku adik jantan. Kakak pertamaku namanya Kak Lili. orangnya pintar, rajin dan baik hati. Kak Lili juga cantik. Tapi lebih cantikan Nura sih.." sombong Nura.
"Kakak keduaku namanya Kak Eci. Dia itu orang paling nyebelin sedunia! jelek, cerewet, jahil.."
Dan Nura terus membicarakan hal jelek tentang kak Eci pada Yon. Sampai kemudian ia berhenti lalu memukul mulutnya sendiri.
"Astagfirullaahh... maaf ya Allah. gak sengaja kelepasan ngomong. Yon, yang tadi kuucapin itu kamu lupain ya. Nura gak sengaja. baru inget, kata Emak kita gak boleh ngejelek-jelekin orang lain. Walau itu memang faktanya siih.."
Yon nampak masih serius mendengarkan Nura.
"Ah! udah ah! kita lanjut ke adikku aja ya. Namanya Tio. Dia benernya lucu sih. penurut juga. tapi Nura juga lagi sebel sama Tio. habisnya dia dibeliin sepatu baru. Sementara Nura malah dapet yang bekas. hu uh!"
"Mama-Papa?" tanya Yon.
"Emak cantik, baik, hebat, rajin, hemat, dan... mm.. agak serem kalo lagi marah,"
Ucap Nura dengan berbisik.
"Kalo bapak, udah lama meninggal. Kuburannya di Muara Angke, di rumah Bu De Narno."
Keduanya lalu sampai di sungai depan rumah Nura. Sekarang keduanya tak lagi bicara. Walau wujud mereka tak terlihat karena ditutupi oleh pelindung, tapi suara mereka bisa terdengar.
Karenanya, Yon pun mengajak Nura untuk berselancar lagi melewati atas rumah Nura hingga tiba di jalan setapak sawah dekat rumahnya.
Nura pun menginjak semua tombol di papan. Ia lalu turun dan menyerahkan papan itu kepada Yon. Nura menyadari, bahwa tak lama lagi mereka harus berpisah.
Keduanya sempat diam sebentar. Sebelum akhirnya Nura mulai bicara.
"Makasih, Yon. sudah mengajakku jalan-jalan. Tadi itu beneran seru banget!"
"Sama-sama."
"Mm... Yon. Nura mau tanya satu hal. Boleh?"
"Apa?"
"Nur penasaran... hal bahaya apa yang lagi dipelajari bapak-ibu Yon di bumi?"
"Itu...aku juga tak tahu pasti, Nura. maaf. yang kutahu, saat ini planet mu sedang dalam situasi darurat,"
"Bumi?"
"Ya. bumi. planet ini sudah sangat tua. sehingga energi yang dimilikinya tinggal sedikit saja. Sayangnya beberapa manusia malah menciptakan hal-hal berbahaya yang membuat energi inti bumi jadi tak stabil dan lebih cepat habisnya. Terutama sejak diletuskan nya bom nuklir bertahun-tahun yang lalu,"
"Kejadian buruk di bumi itu memberikan dampak ke seluruh planet di jagad raya. Oleh karenanya beberapa makhluk di planet kami pun datang ke bumi dengan maksud untuk mengawasi segala ciptaan manusia,"
"Beberapa hal berbahaya bisa kami cegah dan musnahkan diam-diam. Tapi masih banyak pula hal berbahaya lainnya yang tak bisa kami hentikan,"
"Apalagi saat ini teknologi di bumi semakin canggih. Ini menyebabkan keberadaan kami di bumi jadi semakin mudah dideteksi. Padahal kami harus berhati-hati agar tidak tertangkap oleh manusia."
"Ooo.. hmmm... Yon, kita berteman kan?"
"Ya. tentu."
"Makasih."
"Sama-sama."
"Oya, satu pertanyaan lagi. Boleh ya?"
"Baiklah. apa, Nura?"
"Sampai usia berapa terrian bisa tahu jenis kelaminnya?"
"8 tori. itu sekitar 17 tahun usia bumi."
"Wah. . masih lama ya."
"...."
"Yon, aku yakin. Yon pasti akan jadi Terrian....betina yang cantik."
Perlahan-lahan plasma Yon kembali berubah merah. Nura sempat diam melihat Yon yang kini tengah malu. Tapi kemudian dilanjutkannya lagi ucapannya.
"Saat Yon jadi terrian dewasa nanti, kuharap kita bisa berjumpa lagi. kita berteman sampai nanti ya, Yon!" Ucap Nura dengan pandangan mata sedikit berair. Ia mulai ingin menangis.
Yon yang tadinya ber-plasma merah, kini berubah menjadi ber-plasma oranye keemasan. Sebuah perubahan warna plasma yang dipahami Nura sebagai perasaan yang sama seperti yang dirasakan juga olehnya saat ini.
"Kalau begitu, kita berpisah di sini, Nura."
"Ya. Nura.. pulang duluan ya!"
Tapi baru juga beberapa langkah, Nura tiba-tiba saja berbalik lagi dan berteriak.
"Yon! kita akan bertemu lagi kan? kamu akan main lagi kan nanti?!" teriak Nura dnegan mata yang sedikit merah.
Lama Yon tak menjawab. Sampai akhirnya jawaban itu pun terdengar jua.
"Ya! aku akan menemui mu lagi, Nura! tunggu aku ya!" balas Yon dengan senyuman hangat.
Nura membalas senyuman Yon dnegan senyuman lebar milik nya. Dan ia bergegas kembali ke rumahnya. Ia berusaha menahan tangis yang mulai menjebol matanya. Hingga akhirnya ketika sudah sampai di bale, ia pun menangis.
Kemudian Nura berbalik mengarah ke persawahan yang barusan ditinggalkannya. Ia berdiri di sana dalam waktu yang cukup lama. Sampai kemudian dilihatnya sebuah bintang jatuh meluncur turun dari arah tenggara langit.
Terbayang kembali ingatannya pada percakapannya dengan Yon ketika mereka masih berselancar di langit.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Lee
Ya ampun Nura masa nanya itu tumbuhnya dimana?😂😂
2023-02-22
0
khey
semangat kak mel,,
baru bisa mampir lagi akunya
2023-02-21
0