Batu Ark, Batu Kelahiran

Butuh waktu beberapa detik lamanya untuk Nura menjawab ucapan itu. Baru ketika ia mulai sadar dari keterkejutannya, Nura pun membalas ucapan maaf itu dengan sebuah pertanyaan.

"Apa?"

Pertanyaan Nura itu dijawab dengan ucapan singkat.

"Ikuti aku!"

Lalu cahaya itu kembali bergerak. Dan Nura bergegas mengikutinya. Sekitar lima menit Nura berjalan, ia lalu berhenti ketika tiba di suatu area lapang dan terkejut melihat sesuatu yang sangat menakjubkan.

"Itu..."

"Ott. Kendaraan yang membawaku ke sini." potong suara yang dikenali Nura sebagai suara cahaya tadi.

Nura masih takjub mengamati rupa kendaraan bernama Ott itu. Ott mirip seperti piring terbang milik alien yang digambarkan dalam film-film di televisi. Ukuran Ott sebesar rumah Nura. Kira-kira berdiameter 8 meter. Bentuknya seperti cakram dengan cahaya yang memancar terang dari permukaan Ott itu. Nura tak menyangka bahwa ia bisa melihat benda menakjubkan ini.

Nura kemudian menyadari sesuatu. Bahwa pemilik Ott di hadapannya itu adalah makhluk asing. alien. Ia pun langsung menolehkan kepalanya ke kanan. Ke arah di mana cahaya tadi berada. Ia kembali terkejut ketika mendapati bahwa apa yang di sampingnya kini bukan lagi cahaya melayang. Melainkan sesosok makhluk kerdil mirip ghollum, manusia tanpa rambut dengan bola mata yang menonjol keluar serta kulit kebiru-biruan. Perbedaannya adalah makhluk itu seperti dilapisi oleh dinding cairan yang berpendar-pendar keperakan.

Anehnya, Rupa fisik makhluk di dekat Nura itu tak membuat ia merasa jijik atau ketakutan. Ia justru menganggap makhluk itu cantik sekali karena bisa memancarkan kilauan cahaya di tubuhnya.

Selama beberapa saat, hanya ada keheningan yang mengisi kekosongan waktu di antara Nura dan makhluk cahaya. Tapi kemudian, dalam beberapa menit berikutnya, barulah muncul percakapan di antara keduanya.

Seperti inilah percakapan dua makhluk beda rupa itu.

"Kamu alien?"

Pertanyaan Nura dijawab cukup lama oleh makhluk itu.

"Makhluk asing? ya. aku bukan dari bumi."

"Lalu dari mana?" tanya Nura lagi.

Kembali. pertanyaan Nura dijawab dalam waktu yang cukup lama.

"Terra. Planet lain di galaksi seberang galaksi bimasakti"

Nura mengernyit untuk bisa memahami kata-kata makhluk itu.

"Itu jauh banget ya?" cecar Nura.

Lagi-lagi pertanyaan Nura dijawab dalam waktu yang lama.

"Ya. sekitar 2,7 juta tahun cahaya dari bumi."

"Apa??"

Nura tak mengerti dengan maksud tahun cahaya itu. Tapi ia memilih untuk tidak menanyakan hal itu lagi agar ia tak perlu memusingkan kata-kata selanjutnya alien itu yang mungkin akan lebih memusingkan. Ia pun kembali bertanya.

"Apa kamu mau menculikku?" tanya Nura takut-takut.

Jawaban alien itu kembali lama.

"Tidak. kenapa harus?"

"Di tivi diceritain kalau alien menculik manusia..?" Nura kembali bertanya.

Dan ia kembali pula harus menunggu lama jawaban alien itu.

"Itu hanya karangan manusia"

"Kenapa jawaban mu lama sekali. apa kamu kesulitan ngomong?"

Selama beberapa detik makhluk itu hanya diam menatap Nura. Seperti sedang mencerna makna ucapan Nura. Lalu tiba-tiba saja makhluk itu mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Nura.

Pada mulanya Nura terkejut dan sedikit merasa takut karena tiba-tiba disentuh seperti itu. Namun kemudian ia memahami maksud tindakan makhluk itu menyentuhnya tadi.

Karena setelah itu, Nura mendengar suara dalam pikirannya. Dan suara itu mirip seperti suara alien tadi.

"Jangan takut. Aku baru saja mensinkronkan gelombang pikiran kita. Jadi kamu bisa menangkap kata-kata di pikiran ku yang ingin ku katakan padamu,"

"Sebelumnya aku memang kesulitan memahami bahasa manusia. Terlebih lagi untuk menerjemahkan bahasa ku ke dalam bahasa kalian. Jadi tadi aku menjawab cukup lama. Sekarang, kamu bisa mendengar suaraku kan?"

Ekspresi wajah Nura lucu sekali ketika ia mengangguk-angguk dengan mulut menganga. Ia lalu kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

"Jadi kamu alien baik?" tanya Nura lagi.

"Baik? kurasa kamu bisa menyebutku baik."

Nura pun mendesah lega. Menit selanjutnya, Nura tak lagi merasa segan untuk bertanya-tanya pada alien yang baru dijumpainya itu.

"Namaku Nura. siapa namamu?"

"Yon."

"Apa Yon datang sendiri ke sini?"

"Aku bersama orang tuaku ke bumi."

"Oh ya??! mana mereka? mana???" tanya Nura sambil menengokkan kepalanya ke segala arah. Ia nampak semangat ingin menjumpai bapak ibu Yon.

"Mereka sedang melaksanakan tugas."

"Tugas? seperti PR sekolah begitu? tugas apa?"

"Bukan. orang tuaku seorang peneliti. Tugas mereka adalah meneliti objek-objek berbahaya di bumi."

"Peneliti? seperti prosesor di TV itu ya? yang kepalanya botak dan berkumis tebal?"

Yon nampak sedikit bingung dengan kosa kata Nura yang acak adut itu.

"Prosesor? aku tak tahu apa itu prosesor. Tapi semua Terrian di planet kami memang tak memiliki rambut."

" Terrian? ah! pantas saja.. Yon gak punya rambut. Nura kira Yon sengaja dipotong gundul. hehehe..." seloroh Nura.

Yon hanya berkedip melihat Nura. Mungkin tidak paham dengan bahasa "tertawa". Kemudian Nura kembali bertanya.

"Yon, cairan apa itu yang membungkus badanmu?"

"Ini plasma. cairan kehidupan bagi para Terrian. Ini seperti udara untuk bernapas bagi manusia."

"Oohh.. cantik ya. Berkilau-kilau."

"Ya...Nura, bisa tolong kamu kembalikan Arc milikku?"

"Ak apa?"

"Arc. Batu kelahiranku."

Mulanya Nura masih bingung dengan batu yang dimaksud oleh Yon. Tapi kemudian ia menyadari bahwa batu yang dimaksud mungkin adalah batu yang kini berada dalam saku bajunya.

Nura pun segera mengeluarkan batu itu dan menunjukkannya kepada Yon.

"Maksudmu batu ini, Yon?"

"Ya!"

"Oohh! Jadi Yon ya yang tadi melempari Nur dengan batu ini? Kepala Nura sakit, tau." gerutu Nura.

"Maaf. Tadi itu tak disengaja. Aku sedang bermain lempar dan tak sengaja melemparnya terlalu jauh. Itu mengenai kepalamu? maaf ya."

"Yah. gak apa apa deh. eh, terus kenapa tadi Yon lari? cahaya tadi itu Yon kan??"

"Sebenarnya aku seharusnya tak menampakkan diri. Karena hukum terrian melarang kami menunjukkan wujud asli di hadapan manusia. Karenanya tadi aku menggunakan mode cahaya,"

"Papa lah yang mengajariku. Katanya penyamaran yang paling baik adalah mode cahaya. karena manusia akan takut dan mengira kami sebagai hantu atau apapun itu. Tapi, aku heran. Kenapa kamu tidak takut?"

"Nura sih bukan penakut!" sombong Nura.

"Lalu, kenapa tadi kamu menangis?" bukankah manusia menangis ketika sedih atau takut?"

"I..ituuu... emmm.. Ak Akting!" Jawab Nura dengan gugup. Kemudian, buru-buru Nura mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya, tadi kamu menyebut batu ini apa, Yon?"

"Batu Arc. Batu kelahiran."

"Kenapa dinamain begitu?"

"Karena batu ini lahir bersamaan denganku. Karenanya dinamakan Batu Kelahiran"

"Ohh... begitu. Yon, gimana kalau batu Ak ini buat Nura?" Pinta Nura.

Yon tak langsung mengiyakan permintaan Nura. Ia nampak kesulitan menjawab dan ini cukup disadari Nura.

"Kalo gak boleh juga gak papa kok Yon. ini...Nur kembaliin." Seru Nura.

"Bukan begitu.. Nura boleh memilikinya kok."

"Beneran?"

Dengan ragu-ragu Yon menjawab,

"Ya.."

Nura langsung girang dan mencium batu bermotif huruf "nun" Arab itu. Selanjutnya Nura memasukkan batu itu ke dalam saku.

Mulanya ia masih tersenyum senang karena bisa memiliki batu unik itu. Tapi ketika dilihatnya Yon nampak sedih. Nura pun berkata lagi.

"Yon, kalo kamu berat tuk ngasih batu ini gak papa deh, Nura gak punya juga. nih Nur kembaliin."

Melihat Nura yang hendak mengambil kembali batu Arc di sakunya, Yon pun buru-buru berkata,

"Tak apa-apa Nura. aku hanya merasa sedikit sedih saja. Batu itu sudah menemaniku hingga selama ini. Batu itu pula yang sudah memberikan energi plasma kepadaku. Jadi wajar jika--"

"Energi apa?" sergah Nura memotong ucapan Yon.

"Energi plasma. energi yang tersimpan dalam setiap batu Arc yang baru dilahirkan. Energi itu kemudian akan ditransfer kepada Terrian yang menjadi teman lahir batu itu."

"Ehmm.. Jadi, maksud Yon, batu ini tadinya punya kekuatan? Terus sekarang udah gak punya gitu?"

"Ya."

"Terus kekuatan itu sekarang ke mana?" tanya Nura lagi, penasaran.

***

Terpopuler

Comments

Yuli Fitria

Yuli Fitria

Aih kenapa dalam bayangkan ku alien tetap keren, 🙈 alaamaaaakkk

2023-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!