"Ehmm.. Jadi, maksud Yon, batu ini tadinya punya kekuatan? Terus sekarang udah gak punya gitu?"
"Ya."
"Terus kekuatan itu sekarang kemana?" tanya Nura lagi.
"Sudah ada padaku."
"Beneran?! kekuatan apa Yon??!" tanya Nura berapi-api.
"Seperti ini.."
Detik berikutnya Nura dibuat terkejut ketika mendapati bahwa sekarang Yon sudah berdiri 5 meter jauhnya darinya.
"wah! kereeennn...!! Lagi!! Lagi!!" Seru Nura berapi-api.
Dan selama beberapa waktu ke depan, Nura teriak-teriak histeris karena takjub dengan kemampuan Yon berteleportasi. Swing di sana. swing di sini. swang. swing. swung di mana-mana.
Setelah berseru-seruan selama beberapa waktu, Yon pun kemudian berhenti dan muncul di samping Kanan Nura.
"Kekuatan apa lagi yang kamu punya, Yon?! aku mau lihat! ayo tunjukin!"
"Maaf, Nura. aku tak bisa menunjukkannya saat ini. Energiku tak cukup untuk menunjukkan kemampuanku lainnya."
Mendengar ucapan Yon itu, Nura jadi sedikit kecewa. Tapi ia segera berseru lagi.
"Kalau begitu, kamu bisa menceritakannya padaku, Yon. itu gak apa-apa kan?"
"Ya. itu tak apa-apa."
"Lalu, boleh Nura main ke pesawat Yon?" pinta Nura lagi.
"Ah.. maaf, Nura. kurasa aku tak bisa membiarkanmu masuk ke dalam Ott."
"Kenapa?" tanya Nura dengan ekspresi kecewa.
"Karena di dalam Ott dipenuhi oleh plasma. Jadi kupikir kamu tak akan bisa bernapas jika masuk ke sana."
"Ooh... gituu...hmm.."
"Bagaimana kalau kita berselancar saja, Nura?"
"Apa?selancar? aku gak bisa selancar, Yon. Berenang aja Nura bisanya gaya kodok. Dan lagi... selancar malam-malam begini? ke laut?"
"Bukan ke laut, Nura. kita berselancar di langit."
"Hah?! di langit???"
"Ya. di langit. Tunggu sebentar."
Belum hilang keheranan Nura terkait ajakan Yon untuk berselancar di langit, Nura semakin heran+takjub ketika melihat Yon mengutak-atik sesuatu yang mirip jam di tangan kirinya.
"Itu apaa....?"
Pertanyaan yang dilontarkan Nura barusan terjawab oleh kedatangan dua buah papan selancar berbentuk oval memanjang.
Panjang papan itu sekitar 45 cm dengan lebar sekitar 25 cm. Papan itu berwarna silver dengan tiga tombol berwarna merah, kuning dan biru di bagian ujungnya.
Selanjutnya, Nura menerima sebuah papan selancar. Ia asik menyentuh dan mengamati papan yang kini dipegangnya. Lalu didengarnya Yon menjelaskan cara memakai papan itu.
"Pertama letakkan papan ini di bawah. Lalu naiki sampai batas garis ini. Lalu injak tombol merah untuk melayangkan papan."
Nura terkesima ketika dilihatnya Yon kini melayang bersama papan itu sekitar 20 cm di atas tanah. Lalu Yon melanjutkan kembali penjelasannya.
"Jangan sekali-kali menginjak tombol merah ketika kamu masih di udara. karena itu akan mematikan mesin. Lalu ada tombol kuning untuk memunculkan tongkat navigasi."
Detik berikutnya muncul sebuah tongkat dengan gagangnya di papan selancar Yon.
"Biasanya tongkat navigasi ini sangat berguna untuk pemula. Jadi nanti jika ingin ke arah kanan, kamu cukup memiringkan tongkat ini ke kanan. ke kiri atau berbalik pun bisa dengan tongkat ini. jika ingin naik, arahkan tongkatnya ke arah badanmu. dan jika ingin turun, arahkan menjauh darimu. seperti itu. Bisa dipahami, Nura?"
"Mm.. ya. Lalu, tombol biru itu untuk apa?"
"Tombol biru ini untuk memunculkan pelindung. Jadi ketika kamu menginjaknya, maka--"
zlab.
Tetiba saja Yon dan papannya menghilang.
"Yon!"
"Aku masih di sini, Nura. aku hanya tak tampak saja. Tapi kamu bisa melihat cahaya yang berkedip-kedip di bawahku bukan?"
Nura segera melihat ke bawah tempat tadi Yon berada. Ya. sekitar 20 cm di atas tanah kini Nura melihat cahaya merah, kuning, dan cahaya biru yang berkedap-kedip.
"Whoah...!!! kereeeennn!!" Seru Nura.
"Sekarang, giliranmu." ajak Yon.
Nura pun segera naik ke papan selancarnya. Ia lalu mulai menginjak tombol merah.
Perlahan-lahan Nura merasakan papan membawa tubuhnya melayang. Rasanya menakjubkan.
Tak jauh berbeda rasanya ketika kaki sedang berpijak di tanah. Tapi kita tahu bahwa kita sebenarnya sedang melayang.
"Waaahhh! keren!!" seru Nura berapi-api.
Selanjutnya ia menginjak tombol kuning. dan tak lama sebuah tongkat pun muncul dekat di depan kakinya. ia lalu memegang gagang tongkatnya dan sedikit menarik gagang itu ke arahnya, serta merta papan pun membawanya melayang lebih tinggi.
Dan Nura kembali tersenyum lebar. Ia lalu menginjak tombol biru. Dan kini ia bisa melihat, sebuah pelindung berbentuk lingkaran telah muncul mengelilinginya.
Nura pun kini bisa melihat Yon. Yon berada sekitar setengah meter di bawahnya dengan lingkaran pelindung pula yang mengelilinginya.
"Aku bisa melihatmu, Yon!" seru Nura.
"Aku juga, Nura. inilah keistimewaan pelindung papan ini. ia mampu melindungi penumpangnya dari penglihatan objek lain. Sementara ia bisa memperlihatkan penumpangnya ataupun melihat penumpang dari papan selancar lainnya."
"Iya! keren!!"
"Sekarang, kita berselancar?" ajak Yon.
"Ayo! tapi tunggu dulu, Yon. Kamu gak pegang gagang tongkat? gak takut jatuh kah?" Tanya Nura.
Ketika dilihatnya gagang tongkat di papan selancar Yon sudah tak ada.
"Tenang saja, Nura. papan ini dirancang khusus dengan gravitasi tersendiri. Jadi benda apapun yang sudah menempel padanya maka tak akan jatuh walau papannya dibalikkan sekalipun. mau coba?"
"Gak deh!! gak! aku mau pegang tongkat aja. biar lebih nyaman."
"Baiklah. sekarang, kita jalan-jalan?"
"A..yo!!"
Detik berikutnya, Yon asyik berselancar di langit. Nura sendiri yang mulanya masih canggung dengan papan nya, akhirnya perlahan-lahan mulai terbiasa dan menikmati jalan-jalannya.
Tapi karena Nura menggunakan gagang tongkat, daripada berselancar, Nura lebih seperti sedang naik skuter terbang. Sementara Yon terlihat lihai dan keren dengan papan selancarnya.
Kembali ke Nura yang kini tengah kagum pada pemandangan yang dilihatnya. Dari ketinggian 400 kaki di atas tanah, Nura menyaksikan betapa dunia di bawahnya terlihat kecil.
Ia hanya bisa melihat ribuan cahaya lampu berserakan tak beraturan di bawah sana. Pemandangan seperti ketika ia melihat hamparan bintang di langit di atasnya.
Bahkan jembatan penyeberangan yang biasa dilewatinya ketika sekolah pun kini hanya nampak seperti sebuah garis yang tak berarti.
Nura pun menduga-duga, apakah bintang-bintang yang selama ini dilihatnya hanya sebagai titik cahaya sebenarnya adalah planet besar yang memiliki pancaran cahaya menakjubkan hingga bisa terlihat sampai ke bumi?
Jangan-jangan pula segala yang selama ini terlihat kecil dan sepele di mata Nura sebenarnya adalah "hal besar" yang belum diketahui ke-besar-annya?
Melihat gedung-gedung tinggi di bawahnya, Nura juga memikirkan. Bahwa bisa jadi di planet Terra ada gedung lain yang lebih tinggi dan lebih menakjubkan lagi.
Apa yang selama ini dianggapnya sudah paling besar, ternyata kalah oleh keberadaan benda lain yang lebih besar dan canggih. Seperti skuter, eh papan yang dikendarainya sekarang ini.
Nura tak tahu kapan manusia bisa menciptakan skuter, eh papan terbang seperti ini. Tapi Nura berharap, semoga ia bisa menjadi saksi perubahan zaman canggih itu. Ya. Semoga.
Nura pun kemudian bersyukur berkali-kali dalam hati. Tak menyangka bahwa ia berkesempatan untuk mengalami dan menyaksikan semua pemandangan indah ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
khey
jadi penasaran,, pengen coba,, kayak nya seru berselancar di langit.. 😁😁
2023-02-12
0