Melihat situasi yang tidak pernah dia sangka-sangka sebelumnya, akhirnya Elliana berusaha untuk bisa membiasakan diri dengan lingkungan baru. Dia mencoba untuk menggali memori dan informasi tentang dirinya. Dan dia menemukan fakta lain, bahwa ternyata saat ini dia bukan lagi Elliana, tapi Sabrina.
"Aaa..."
Dug dug
"Apa? Wajah siapa ini?"
Elliana memegangi wajahnya yang tampak pada cermin di depannya kali ini. Dia sangat terkejut, bahkan sampai mundur dua langkah karena menemukan wajah orang lain pada pantulan dirinya.
"Apakah ini wajah gadis yang..."
"Sabrina, ada apa?"
Dari balik pintu kamar terdengar suara ibu Mawarni yang bertanya pada Sabrina, sebab dia mendengar jeritan anaknya dari dalam kamar.
"Kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Mawarni setelah dekat. Dia juga memegang bahu anaknya, mencoba menyadarkan Sabrina.
"Siapa Sabrina Bu?" tanya Elliana masih tidak mempercayai semua kenyataan yang ada di kehidupannya saat ini.
"Kamu Sabrina Nak, sadar ya... eling Sabrina!"
Raut wajah ibu Mawarni tampak sangat menyedihkan melihat kondisi anaknya yang dalam keadaan tertekan, apalagi sempat berusaha untuk bunuh diri.
Untung saja tadi suaminya cepat mengetahui keadaan anaknya sehingga bisa tertolong.
Sabrina berusaha untuk gantung diri di dalam kamarnya, dengan meninggalkan sepucuk surat di atas meja.
Mendengar semua cerita ibu mawarni, Elliana jadi berpikir bahwa mungkin saja saat ini dia mengalami perubahan takdir.
Saat dia mati terbunuh akibat ditabrak truk, dalam hati Elliana berdoa bahwa dia tidak ingin mati. Karena dia masih memiliki banyak urusan yang belum dia selesaikan.
"Tapi Aku masih ada urusan yang belum Aku selesaikan. Jika Aku mati, apakah mungkin Aku masih bisa menyelesaikan urusanku itu?"
Kini Elliana berpikir bahwa, bisa saja Tuhan mengabulkan keinginannya untuk menyelesaikan segala sesuatu yang menjadikan ganjalan bagi hatinya, sebelum terjadi kecelakaan tersebut.
Terpaksa dia pasrah dan menjadi Sabrina, karena dia yakin jika semuanya ini tidaklah kebetulan semata. Takdir dari Tuhan sudah membawanya menjadi gadis yang bernama Sabrina, yang katanya tertekan sehingga mengalami depresi dan berniat untuk bunuh diri.
Akhirnya Elliana menerima surat yang ditinggalkan Sabrina, yang diberikan oleh ibu Mawarni. "Jangan pernah merasa jika Kamu sendirian Nak. Dan jangan sampai Kamu punya niatan untuk bunuh diri lagi," kata ibu Mawarni, menyodorkan selembar surat pada Elliana.
Dengan ragu-ragu, Elliana menerima surat tersebut kemudian membacanya cepat.
Sekarang dia mengetahui siapa sebenarnya Sabrina, gadis yang baru saja gagal melakukan bunuh diri. Bukan. Bukan gagal, tapi roh mereka yang tertukar.
Elliana masuk ke tubuh Sabrina yang sudah bunuh diri, tapi selamat dengan kedatangan roh atau jiwanya. Sedangkan Sabrina sebenarnya sudah meninggal, dan kemungkinan besar menempati jasadnya di dalam jurang sana.
"Lalu Sabrina bunuh diri dengan alasan apa?" tanya Elliana bingung.
Di dalam surat yang dia baca, Sabrina hanya memberikan pesan bahwa dia menginginkan kematiannya sendiri. Gadis tersebut meminta pada ayah dan ibunya, supaya merelakan kepergiannya, meskipun dengan cara yang tidak benar.
Tapi di surat wasiat yang ditinggalkan Sabrina, tidak ada tertulis alasan yang menyebutkan kenapa dirinya ingin mengakhiri kehidupannya sendiri.
Hal ini menjadi sebuah teka-teki untuk Elliana, sebab tidak mungkin seorang gadis yang punya penampilan polos dan wajahnya juga lembut ingin mengakhiri hidupnya sendiri, tanpa alasan yang jelas.
"Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Sabrina. Tapi apa ya?"
"Apa Aku menempati tubuhnya untuk mengungkap kebenaran tentang keadaan dirinya yang sebenarnya? yang tidak diketahui orang lain atau bahkan orang tuanya sendiri?"
Sekarang Elliana meraba lehernya, menatap dirinya sendiri di depan cermin.
Mulai dari wajah, leher dan semua yang membuatnya merasa penasaran, diraba Elliana satu persatu. Dan dia memang menemukan bahwa ini bukanlah dirinya.
"Ini memang bukan Aku. Dan bekas jeratan tali yang mungkin digunakan untuk bunuh ini…"
Mawarni tidak menegurnya dan hanya diam ikut mengamati segala gerak-gerik Elliana.
"Sabrina terkesan aneh sejak dia tidak berhasil bunuh diri. Bahkan dia tidak mengenal ayahnya dan juga diriku sebagai ibunya sendiri."
"Dia... dia juga menyebut namanya sebagai... siapa ya..."
"Ah tidak-tidak! Dia adalah Sabrina anakku. Anak yang Aku besarkan dan Aku banggakan. Dia akan segera menjadi sarjana beberapa tahun lagi, dan itulah impiannya selama ini."
Ibu Mawarni membatin dalam hati dengan semua perbedaan yang terlihat pada anaknya, sebelum dan sesudah kejadian bunuh diri itu.
Tapi dia tidak mempedulikan semua itu. Dia tetap menyakinkan dirinya, dan menganggap bahwa gadis yang berada di depannya ini memanglah anaknya, yaitu Sabrina.
***
Seminggu sudah Elliana ada di rumah Sabrina, berperan sebagai Sabrina juga. Gadis yang baru dia ketahui, jika masih berstatus sebagai seorang mahasiswi dan juga masih belia, sebab baru berusia 18 tahun.
Berbeda dengan Elliana yang dulunya sudah berumur 25 tahun, bahkan dia juga sudah bersuami. Dan kepulangannya ke Indonesia disebabkan karena perpisahannya dengan sang suami di negara Jepang sana.
Mengingat kembali hal tersebut, membuat Elliana mengepalkan tangannya kuat. Dia yakin jika apa yang terjadi padanya ini ada kaitannya dengan Alex atau adiknya Loly.
Alex adalah mantan suaminya, dan Loly merupakan atik tirinya Alex. Teman dan sahabatnya sewaktu masih kuliah di Jepang.
Dan dalam seminggu ini, Elliana terus mengawasi berita mengenai kecelakaan dirinya.
Berita ini cukup viral, karena berhubungan dengan kematian seorang istri pengusaha kaya yang mengalami kecelakaan saat akan menghadiri hari pertama sidang perceraian.
Tentu saja pengusaha kaya adalah kedok dari suami Elliana itu untuk menutupi bisnis haramnya sebagai pemimpin mafia.
Dalam berita itu, disebutkan bahwa ini adalah kecelakaan tunggal yang diakibatkan supir mengantuk. Sama sekali tidak ada pembahasan mengenai truk yang telah menabraknya.
Saat sedang berpikir, tiba-tiba Ibu Mawarni memanggilnya.
"Nak, ayo sarapan dulu. Kamu tidak mau berangkat kuliah?"
"Sudah seminggu lebih Kamu tidak masuk kuliah, apa tidak ketinggalan tugas-tugas nanti?" tanya ibu Mawarni, yang ada di ambang pintu kamar anaknya.
Dia melihat anaknya ada di depan cermin sambil menyisir rambut. Tapi belum mengenakan pakaian yang biasa digunakan anaknya ke kampus.
"Elliana, eh, Sabrina kuliah di mana?"
Mendengar pertanyaan anaknya, ibu Mawarni mengerutkan keningnya heran. Anaknya lupa, di mana tempat dia kuliah, apa ini masih wajar?
"Kamu lupa ya?"
Elliana mengangguk jujur, sebab dia memang tidak tahu-menahu daerah kota asal Sabrina.
Meskipun dia sempat membaca almamater kampus yang ada pada buku-buku tugasnya Sabrina, tapi dia tidak tahu di mana kampus tersebut.
"Nanti ayahmu akan mengantar. Tapi jika Kamu malu, biar Ibu pesankan ojek ya! Di depan jalan sana ada pangkalan ojek." Ibu Mawarni sabar menangani anaknya.
Melihat ketulusan ibu Mawarni, Elliana merasa terharu. Selama ini dia tidak pernah merasakan perhatian seorang ibu yang tulus seperti ibunya Sabrina ini.
"Jika ini memang sudah jalan takdirku, Aku akan mengubah semua yang terjadi pada Sabrina. Anak kesayangan dan kebanggaan ibu dan ayahnya."
"Aku akan menjadikan Sabrina sebagai gadis yang tidak biasa, sehingga tidak bisa mendapatkan tekanan dari manapun."
Begitulah kira-kira tekad yang dimiliki oleh Elliana saat ini, yang sudah menjadi Sabrina. Seorang mahasiswi pada semester awal.
"Lalu, apa yang menjadi penyebab kematian Sabrina yang sesungguhnya?" tanya Elliana dalam hati, sehingga dia bertekad untuk mencari tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
mama Al
ini pertukaran jiwa ya
2023-04-08
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
Sabrina
2023-02-02
0
Hanum Anindya
berarti Sabrina meninggal dan rohnya masuk ke Elina ya kak, begitu?
2023-02-02
1