Preman Kampus

Ini kampusnya?" tanya Elliana pada tukang ojek yang mengantarkan ke kampus.

"Iya ini kampusnya, masa Kamu lupa sih?" tukang ojek justru bertanya balik.

Tadi, ibunya Sabrina memesan tukang ojek yang sudah sering mengantarkan anaknya pergi ke kampus. Jadi tidak akan salah lagi, karena menurut ibu Mawarni, keadaan Sabrina belum pulih benar. Ada beberapa hal yang dilupakan anaknya itu, termasuk kampusnya sendiri.

"Baiklah. Terima kasih Bang."

"Hai Sabrina, Kamu biasa memanggilku Pak Lek. Kenapa sekarang memanggil Bang?" tukang ojek tersebut bertanya dengan heran.

Tapi Elliana hanya tersenyum tipis, dan terlalu menuju ke arah gerbang kampusnya. Dia akan mencari tahu, di mana letak gedung fakultas Sabrina. Sebab dia hanya tahu jika Sabrina mengambil jurusan sastra Inggris.

Kondisi Elliana, yang berada di tubuh sabrina semakin membaik, membuatnya bertekad untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Sabrina. Seorang mahasiswi yang mendapatkan tekanan, karena bully-an dari teman-temannya di kampus.

Hal ini baru diketahui Elliana semalam, pada saat dia secara tidak sengaja membaca coretan-coretan buku diary milik Sabrina.

Bahkan dari diary tersebut, Elliana juga tahu siapa cowok yang dia sukai Sabrina secara diam-diam.

Jiwa petualang Elliana akhirnya keluar. Dia bertekad untuk memberikan kehidupan baru pada Sabrina, agar bisa lebih percaya diri dan membalas dendam pada teman-temannya yang sudah membullynya di kehidupan yang dulu.

Setelah menyelesaikan itu semua, barulah Elliana akan menyelidiki siapa dalang dari pembunuhnya.

Bahkan dia juga bertekad untuk membuat cowok yang disukai oleh Sabrina bertekuk lutut, sebab sekarang ini dia bukanlah Sabrina yang lemah. Tapi Elliana, yang merupakan mantan istrinya Alex. Salah satu pengusaha dan juga kelompok mafia di Jepang.

"Sabrina!"

"Hai Sabrina tunggu!"

"Duh... duh, tuh anak!"

Elliana yang belum terbiasa dengan nama Sabrina, tidak segera menolehkan kepalanya ke belakang, pada saat ada dua orang cewek yang memanggil-manggil nama Sabrina.

Pluk!

"Brin!"

"Ehhh..."

Elliana sangat kaget, pada saat bahunya di tepuk dari belakang dan ada satu lagi yang memanggil.

"Siapa?" tanya Elliana bingung.

Dia tentunya tidak mengenal satu pun teman-temannya Sabrina di kampus, sehingga dia tidak mengenali dua cewek yang saat ini ada didepannya.

"Gue Yani Brin!"

"Masa lupa sih dengan teman sendiri!"

Cewek yang mengaku bernama Yani memasang wajah cemberut, karena Elliana tidak mengenalinya.

"Kamu gak masuk seminggu kok aneh sih?" tanya yang satunya lagi.

"Aneh? Tapi beneran, Aku gak tahu nama kalian berdua." Elliana berkata dengan jujur.

Tapi kejujurannya itu tentu saja membuat kedua teman Sabrina mengerutkan keningnya heran, dan juga bingung dengan sikapnya.

"Kamu kok jadi sombong sih kayak gengnya Ryan CS," ujar Yani dengan muka masam.

"Emhhh... gini aja, kalian berdua sebutkan nama kalian, jika memang Aku ingat, pastinya Aku juga ingat. Tapi jika tidak mau bagaimana lagi." Elliana berkata dengan cueknya, sebab dia tidak merasa kenal dengan dua gadis di depannya ini.

"Iya deh... gue Yani!"

"Gue Widia," sahut yang satunya lagi, memperkenalkan diri.

Tapi Elliana mengerutkan keningnya sambil menggeleng, karena memang dia tidak mengenal mereka.

"Ihhh... Kamu sedang ngeprank kita ya!"

"Sabrina jahat ih, gak masuk seminggu, sudah gak kenal kita lagi!"

"Apa mereka berdua memang teman dan sahabatnya Sabrina? Aku tidak boleh percaya begitu saja, karena bisa jadi mereka adalah bagian dari orang-orang yang membully Sabrina." batin Elliana dalam hati.

Dia tidak mau gegabah untuk mengenal orang-orang baru, sebab niat bunuh diri dari Sabrina bukanlah kesalahan yang kecil.

Gadis tersebut sampai berniat bunuh diri, menghilangkan nyawanya sendiri. Jika tidak ada masalah yang besar dan berat untuk dihadapi, itu tidak mungkin. Melihat dan mendengar bagaimana kondisi keluarga Sabrina yang sederhana tapi saling mendukung satu sama lain.

"Sorry. Gue agak pusing."

"Ya sudah ayo ke kelas aja!"

Widia menarik tangan Elliana, saat mendengar temannya itu mengeluh pusing. Dia dan Yani cukup mengerti keadaan Sabrina, yang baru saja sembuh dari sakit.

Mereka berdua memang tidak tahu betul sakit yang diderita oleh Sabrina, tapi melihat kondisi temannya yang tidak mengenali mereka berdua, membuat mereka merasa prihatin atas kondisi kesehatan Sabrina.

***

"Wehhh... sudah masuk lagi dia! Aku pikir sudah masuk kuburan!"

"Aku malah berpikir bahwa dia mengundurkan diri dari kampus ini!"

"Mana ada? Eman banget lah... orang miskin! kapan lagi bisa masuk kampus keren ini, hanya dengan mengandalkan otaknya saja."

"Dasar gadis miskin!"

Elliana mengerutkan keningnya, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut teman-temannya di kelas. Tapi Yani dan Widia memberikan isyarat dengan gelengan kepala, meminta pada Sabrina untuk tidak menggubris dan memasukkan ke dalam hati, atas semua perkataan mereka.

"Kenapa?" tanya Sabrina bingung.

"Sudah tidak usah diladeni!" bisik Yani dengan suara ditekan.

Widia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Yani. Membuat Elliana mulai berpikir bahwa, mereka semua yang tadi mengatakan hal-hal buruk tentang Sabrina, adalah bagian dari teman-temannya yang suka membully dan memberikan tekanan pada pemilik tubuh yang sekarang dia tempati.

"Ck! Hanya preman dan tikus-tikus kecil di kampus. Heh, belum tahu mereka siapa Aku!"

Elliana tersenyum kecut, menanggapi permintaan kedua temannya, Yani dan Widia. Tapi dia juga berpikir bahwa saat ini belum waktu yang tepat, karena dia masih memiliki banyak waktu untuk mencari kesempatan. Agar bisa membalas dendam atas kematian Sabrina.

"Tunggu saja waktunya!" tekad Elliana dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Sabrina, ingat ya! Riyan itu memiliki banyak berpengaruh di kampus ini. Jadi sudahlah, Kamu tidak usah ladeni dia dan juga teman-temannya yang lain."

Widia kembali mengingatkan pada Sabrina, agar tidak usah mengurusi orang-orang tadi.

Di sudut ruangan, di tempat duduknya, seorang cowok menatap tajam pada Sabrina. Ada senyuman miring yang tersungging di sudut bibirnya. Tapi Elliana belum bisa memastikan siapa cowok tersebut.

"Ehhh, duduk sini!"

Yani menarik tangan Sabrina, yang hampir saja berjalan terus ke arah sudut ruangan, di mana ada cowok itu.

"Dia siapa?" tanya Elliana menuju ke arah cowok yang duduk tenang di tempatnya.

"Dia Riyan, masa Kamu juga lupa sih?"

Sekarang Widia yang mengajukan pertanyaan balik, karena heran dengan sikap dan perilaku Sabrina yang menurutnya sangat aneh.

"Ohhh..."

Mulut Elliana hanya membola, menanggapi jawaban yang diberikan oleh Widia.

"Jadi dia yang bernama Riyan."

"Cukup keren, tapi gak level buat Aku. Masih ingusan karena hanya preman kampus saja!"

Elliana tersenyum sinis memandang ke arah Riyan, membuat cowok tersebut mengerutkan keningnya heran, melihat bagaimana Sabrina yang tidak takut menatapnya, bahkan menyungingkan senyuman sinis.

"Aku pastikan Kamu akan mendapatkan ganjarannya!" batin Elliana.

Apakah Elliana akan berhasil dalam misinya untuk membalaskan dendam dan sakit hati Sabrina?

Terpopuler

Comments

fares Faresya

fares Faresya

bicit bgt sih

2023-03-03

0

azka aldric Pratama

azka aldric Pratama

berarti NNT pasangan Sabrina hrus lebih unggul dr mantan suaminya yg di kehidupan sblmnya,🤔🤔🤔

2023-02-23

2

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

jangan di basmi dulu but dihajar biar kapok

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!