Harus Diam

Setelah dua hari waktu pernikahan mereka, Marcel membawa Laras ke rumah orang tuanya yang berada di Jerman. Dia datang untuk mengatakan bahwa Laras adalah istrinya, dengan memberikan semua bukti-bukti atas pernikahan yang dilakukannya bersama dengan Laras.

Hal ini ternyata dilakukan oleh Marcel untuk orang tuanya, terutama untuk kakeknya, yang selalu mendesaknya agar segera menikah. Supaya dia bisa menerima seluruh saham perusahaan dari keluarga kakeknya.

"Kenapa Kamu tidak memberi kabar pada kami?" (Warum hast du es uns nicht gesagt?)

Sang kakek mengajukan pertanyaan, sebab dia ingin melihat cucunya itu menikah.

"Waktunya tiba-tiba kek, dan aku bahkan tidak sempat memberikan kesempatan untuk kalian datang. Tapi saat itu Aku sudah menghubungi papa, meminta restu padanya."

Papanya Marcel mengangguk mengiyakan perkataan anaknya, kemudian berkata pada sang kakek. "Aku sudah memberitahu Papi waktu itu, mungkin Papi sudah lupa." (Ich habe es Papi damals schon gesagt, vielleicht hat Papi es vergessen.)

Akhirnya sang kakek tidak lagi meminta pada Marcel supaya penerima perjodohannya, karena sebenarnya dia sudah memberikan tawaran perjodohan Marcel dengan salah satu cucu teman lamanya.

Tapi Marcel dengan tegas menolak sejak awal, karena dia tahu betul siapa gadis yang ingin dijodohkan dengannya.

Gadis tersebut adalah gadis yang liar, yang tentunya bukan kriteria Marcel untuk dijadikan sebagai istri atau pendamping hidup. Meskipun sebenarnya dia juga merasa tidak baik-baik saja, alias sama liarnya, tapi untuk urusan yang satu itu dia menginginkan yang terbaik. Jadi dia sama seperti para laki-laki yang lain, yang menginginkan seorang istri yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar bermain-main seperti kebiasaannya di luar rumah.

Marcel sudah memberikan peringatan pada Laras, supaya tidak usah banyak berbicara. Selain Laras tidak fasih atau memang tidak bisa menggunakan bahasa Jerman, tapi jika Laras berbicara bahasa Indonesia, keluarganya juga masih mengerti dan tahu artinya. Sebab mereka juga berasal dari Indonesia, hanya saja sudah menetap di sana sejak lama.

Marcel sendiri berada di Indonesia saat berusia 15 tahun, karena harus memimpin perusahaan yang ada di Indonesia.

Meskipun umurnya masih tergolong sangat Muda, bahkan bisa dibilang remaja, tapi Marcel mempunyai jiwa kepemimpinan yang sudah dipelajarinya sejak dini. Karena itulah papa dan kakeknya memintanya untuk tinggal di Indonesia, sekalian mempelajari situasi dan kondisi negara asal kakeknya.

Karena jauh dari pantauan orang-orang terdekatnya itulah yang membuat Marcel merasa lebih bebas, sebab tidak akan ada yang berani menegurnya.

Untungnya mama dan papanya tidak memberikan banyak pertanyaan untuk Laras, begitu juga dengan sang kakek.

Tapi berbeda dengan adiknya Marcel, yang selalu memperhatikan bagaimana keadaan Laras yang sepertinya sedikit tertekan atau ketakutan.

Hal ini membuat Bella, adiknya Marcel, merasa curiga dengan kakaknya sendiri.

'Aku merasa ada yang aneh dengan kakak iparku ini. Apa benar jika dia adalah istrinya Marcel, atau hanya sekedar gadis-gadis murahan yang mendapatkan bayaran dari Marcel?' Bella membatin dalam hati.

Tapi Bella hanya diam saja, dengan tidak langsung bertanya saat itu juga.

'Aku akan bertanya pada Marcel sendiri, jika ada kesempatan.'

Bella memang terbiasa terbuka dan tidak banyak basa-basi, tapi untuk menjaga perasaan kedua orang tuanya dan kakek, dia menahan dirinya untuk tidak bertanya saat ini.

Dia memiliki rencananya sendiri untuk bisa mencari tahu kebenaran tentang cerita yang dikatakan Marcel barusan.

*****

"Aku mau keluar sebentar. Kamu tetap berada di dalam kamar ya!"

"Aku akan meminta pada pelayan untuk membawa makanan ke dalam kamar saja, supaya tidak ada banyak pertanyaan untukmu di luar."

Laras hanya mengangguk saja, tanpa menyahuti ucapan yang keluar dari mulut Marcel. Dia tidak mau jika terjadi sesuatu pada dirinya, jika ada perkataannya yang salah. Sebab suaminya itu tidak segan-segan untuk menampar atau memukulnya, jika melakukan kesalahan sedikitpun.

Itulah sebabnya dia hanya bisa diam saja sedari tadi, karena Marcel sudah mengatakan pada kedua orang tuanya, jika Laras tidak bisa berbahasa asing selain bahasa indonesia dan bahasa daerahnya sendiri.

Meskipun demikian, pada kenyataannya mereka bisa menerima Laras sebagai istri dari anak mereka yang memiliki kecerdasan dan kemampuan yang tidak bisa diragukan lagi. Sedangkan latar belakang Laras tidak diketahui secara pasti.

Tapi nyatanya mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan itu sudah dipahami oleh Marcel sendiri, sehingga dia mengatakan pada keluarganya jika Laras adalah anak yatim piatu yang tidak memiliki keluarga.

Dari cerita latar belakang Laras inilah yang membuat orang tua dan kakeknya memaklumi, jika Laras menjadi seorang gadis yang pendiam dan salam dan tidak memiliki pendidikan yang tinggi.

Tapi dengan Marcel yang mau menikah saja mereka sudah sangat bahagia, tanpa harus mempermasalahkan hal sepele seperti garis keturunan atau jenjang pendidikan yang harus tinggi.

Akhirnya Laras berada di dalam kamar sendirian, tanpa tahu harus berbuat apa. Sedangkan Marcel sudah pergi sejak setengah jam yang lalu.

Tok tok tok

Pintu kamar Laras diketuk dari luar. Dia berpikir bahwa itu adalah pelayan, yang di minta Marcel untuk membawa makanan untuknya ke dalam kamar.

Clek

Seorang pelayan datang dengan membawa kereta makan, membukukan bedanya sedikit sebelum masuk dengan membawa kereta makan tersebut.

Dengan menggunakan bahasa isyarat, pelayan yang asli orang Jerman mempersilahkan Laras untuk menikmati makanannya, kemudian pelayan tersebut kembali keluar dari kamarnya Laras.

"Hufhhh..."

"Ini seperti ada di dalam sangkar yang mewah, semua serba ada, tapi Aku seperti burung yang tidak bisa melakukan apa-apa."

Laras bergumam seorang diri, mengibaratkan dirinya sendiri yang seperti seekor burung dalam sangkar.

Semua itu memang benar adanya, sebab sejak awal dia memang sudah menyadari posisinya. Dia memang berperan sebagai seorang istri yang tidak akan pernah dianggap sebagai seorang istri sungguhan.

Laras hampir saja mengambil piring dan sendok yang ada di kereta makan, saat pintu kamarnya kembali diketuk.

Tok tok tok

"Apa itu adalah pelayan lagi?" tanya Laras ragu, sehingga dia tidak langsung membuka pintu kamarnya.

Dia khawatir jika yang dateng sekarang ini adalah orang tuanya Marcel, sebab dia tidak siap untuk ditanya-tanya. Laras takut jika salah saat memberikan jawaban, pada saat mereka bertanya padanya.

"Apa yang harus Aku lakukan?"

Tok tok tok

"Buka kak Laras! Aku tahu jika Kakak tidak sedang tidur. Jadi buka saja pintunya, dan biarkan Aku masuk."

Ternyata datang mengetuk pintu kamarnya adalah Bella, adik perempuannya Marcel.

"Adiknya Marcel. Aku... Aku harus menjawab apa, jika... jika dia bertanya-tanya soal Aku atau Marcel?" Laras menjadi gugup dan was-was. Sebab sekarang ini Marcel sedang pergi dan tidak ada di sampainya.

Terpopuler

Comments

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

lanjut up Thor 💪

2023-02-14

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

keren 😍

2023-02-08

0

lina

lina

kaya lagi mau ujian. was was wus

2023-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!