Bab 2. Pindah

Setelah memaksa Tessa untuk mempertemukannya dengan kedua orang tua wanita itu, Owen sudah memutuskan untuk mengakui segalanya. Tak ada yang ia sembunyikan dan pada awalnya semua berjalan lancar.

“Perkenalkan, saya Owen Nikolas.” Dengan sopan juga hormat, Owen memperkenalkan dirinya di hadapan kedua orang tua Tessa.

Melihat ada pria yang dibawa oleh putri semata wayangnya, kedua orang tua Tessa merasa sungguh bahagia. Mereka menyambut kedangatangan keduanya dengan senyum merekah. Meski selalu sibuk dengan urusan perusahaannya, Tuan Stephen dan Nyonya Fhanie selalu berusaha untuk mengetahui pergaulan putrinya.

Selama ini, setahu mereka tak ada pria yang dekat dengan putrinya. Hanya kedua sahabatnya, Phila dan Seanna yang sering menghabiskan waktu bersama Tessa. Jadi saat ada pria yang datang bersama Tessa, kedua orang tuanya memiliki harapan yang besar.

“Saya Stephen, Papi-nya Tessa.” Papi Stephen menyambut uluran tangan Owen.

“Dan ini istri saya,” imbuhnya setelah melepas jabatan tangannya.

Sementara kedua orang tuanya menyambut Owen dengan ramah, Tessa terus menunduk. Tak berani menatap netra kedua paruh baya yang telah membesarkannya. Tessa tahu beberapa saat lagi, kebanggaan mereka akan berubah menjadi kekecewaan.

“Jadi … apa yang membawamu ke mari, Owen?” tanya Papi Stephen. Bagi seorang pebisnis sepertinya, setiap detik sangat berharga.

“Kau menemui kami tiba-tiba di malam hari. Kau bahkan tak membuat janji temu sebelumnya .” Sebagai seorang yang sudah memiliki banyak pengalaman, Papi Stephen dan Mami Fhanie sadar kedatangan Owen memiliki maksud dan tujuan yang penting.

“Sebelumnya saya mohon maaf, jika kedatangan saya menggganggu waktu istirahat Anda.”

“Namun, akan lebih baik jika saya menemui Anda lebih cepat,” lanjut Owen.

Terlihat kening kedua orang tua Owen mengernyit. Keduanya menatap Tessa dan Owen bergantian. “Ada apa? Kalian jangan menakuti kami,” ucap Mami Fhanie. Kedua tangannya saling meremat.

“Saya sungguh memohon maaf jika apa yang saya sampaikan ini akan mengecewakan Tuan dan Nyonya,” ucap Owen setelah berkali-kali ia menarik napas panjang.

“Saya bermaksud untuk melamar putri Anda,” lanjutnya.

Kedua orang tua Tessa tersenyum sesaat, kemudian saling menatap. Ada binar bahagia dari sorot mata keduanya. Namun, suara isak tangis Tessa tiba-tiba saja memecah keheningan.

Sorot mata bahagia itu menghilang seketika. “Katakan pada kami, jika tangisan Tessa adalah tangisan bahagia karena kamu baru saja melamarnya,” ucap Mami Fhanie.

“Maaf,” hanya satu kata itu yang terucap dari bibir Owen.

Isak tangis Tessa semakin menjadi-jadi. Mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi, sang ibunda pun turut menangis. Teramat sedih dan kecewa pada putri semata wayangnya.

Saat melihat air mata berlinang dari netra wanita yang melahirkannya, Tessa tak kuasa untuk tak berhambur ke hadapan ibu-nya. Ia duduk bersimpuh, memeluk kedua kaki ibunya.

“Maaf … maafkan aku, Mi.” Berkali-kali Tessa memohon maaf dari sang ibu, namun Mami Fhanie bergeming. Wanita paruh baya itu tak henti menitikkan air matanya dan enggan menatap ke arah putrinya.

Sementara itu Papi Stephen sudah berdiri. Kedua tangannya berkacak di pinggang. “Kau! Jelaskan apa maksud ucapanmu!”

“Jangan bicara panjang lebar. Katakan apa intinya!” tekannya.

“Maafkan saya, Tuan. Saya menemui kalian untuk meminta restu. Memohon agar saya diizinkan untuk menikahi Tessa,” ucap Owen dengan hati-hati.

“Mengapa kau pikir aku akan memberikan restuku semudah itu?” tanya Papi Stephen dengan suara yang mulai bergetar. Dalam lubuk hatinya ia berharap agar apa yang ia pikirkan itu salah.

“Karena Tessa kini dalam kondisi hamil. Putri Anda, sedang mengandung.” Jawab Owen.

Bisa Owen lihat kedua tangan ayah Tessa yang mengepal. Dia sudah menduga apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian. Dan benar saja, kepalan tangan Papi Stephan mendarat tepat di wajahnya.

Bugghh!!

Bugghh!!

Bugghh!!

Entah sudah berapa banyak pukulan yang diterima Owen pada wajah tampannya. Pria itu bahkan sudah tersungkur di lantai. Jeritan dari Tessa pun tak menghentikan sang ayah. Pria paruh baya itu terus memaki Owen.

Owen tak membalas semua perlakuan Papi Stephen. Kemarahan orang tua Tessa telah ia perkirakan sebelumnya. Ia biarkan ayah Tessa melampiaskan amarah dan kekecewaannya.

Bahkan rasanya ia tak memiliki cukup banyak kenangan dengan masa-masa di mana Tessa beranjak dewasa. Bagaimana mungkin ia bisa menerima kenyataan jika kini putrinya sedang mengandung? Pikir Papi Stephen.

Setelah puas memaki, meluapkan segala rasa yang bergejolak dalam dadanya, akhirnya Papi Stephen kembali duduk. Berkali-kali ia menghela napasnya saat Tessa kini bersimpuh di hadapannya.

“Ma-afkan a-aku, Pa-papi,” mohon Tessa seraya menangis di pangkuan sang ayah.

Papi Stephan memalingkan wajahnya. Ia tak ingin setetes air mata yang berlinang dari pelupuk matanya terlihat oleh putrinya.

“Kau mengecewakan Papi dan Mami,” ucapnya.

“Ya, ya, aku memang putri yang tak berguna. Katakan apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan maaf.” Tessa kembali memohon.

“Menikahlah!” Perintah Papi Stephen.

Owen berusaha agar tak tersenyum, meski dalam hatinya ia sungguh bersyukur. Tak sia-sia ia mengorbankan wajah tampannya untuk dibuat babak belur oleh calon mertuanya. Berpikir tak pantas jika ia tersenyum dalam situasi seperti ini, Owen hanya bisa menghela napas lega.

“Untuk sementara jangan muncul di sekitar kami, pergilah menjauh!” Lanjut Papi Stephen.

Air mata yang tadinya sudah berhenti berlinang, kembali membanjiri wajah Tessa. Ini yang ia takutkan, orang tuanya mengusirnya. Orang tuanya tak menginginkan kehadirannya lagi.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Owen akhirnya ikut berbicara. “Terima kasih telah merestui kami.” Ungkapnya.

“Saya mengerti, bukan karena Anda tak menyayangi putri Anda hingga memintanya pergi. Saya paham, semua itu karena Anda tak ingin Tessa menerima gunjingan dari orang-orang di sekitarnya.”

“Izinkanlah saya bertanggung jawab, Tuan. Izinkan saya membawa Tessa ke kota X, tanah kelahiran saya,” pinta Owen.

“Kau akan membiarkan putriku seorang diri di tempat yang jauh?” Kini Mami Fhanie yang buka suara.

Owen menggeleng. “Di sana ada Ibu dan Adikku, Tessa tak akan sendiri. Saya sudah siap melepaskan karirku sebagai seorang dokter di sini. Saya yakin, bisa mendapatkan pekerjaan di Kota X secepatnya.”

“Segera setelah saya mengurus semuanya, saya akan membawa Tessa ke sana. Tessa akan melewati masa-masa kehamilannya dengan tenang. Setelah melahirkan, barulah kami akan menikah,” lanjut Owen.

Ucapan Owen barusan sebenarnya menimbulkan tanya di benak Papi Stephen. Mengapa harus menunggu putrinya melahirkan baru mereka akan menikah, pikirnya.

“Percayalah Tuan, saya akan bertanggung jawab pada Tessa. Saya tak akan pernah memutus komunikasi dengan kalian. Silakan awasi saya, perhatikan apa yang kami lakukan. Saya tak akan ingkar dengan janji yang saya ucapkan,” ujar Owen.

“Saya akan bertanggung jawab pada Tessa,” ucapnya sekali lagi dengan tegas.

Mendengar dan melihat keyakinan dari Owen, malam itu Papi Stephen dan Mami Fhanie memberikan restu pada keduanya. Kedua paruh baya itu akhirnya mempercayakan kehidupan putri mereka pada seorang pria yang baru pertama kali mereka temui.

...…………...

Tak ingin membuang banyak waktu, keesokan harinya Owen segera menghubungi seorang kenalannya di salah satu rumah sakit swasta di Kota X. Seolah semesta turut memberi restu, hari itu juga lamaran pekerjaan Owen mendapatkan jawaban yang sesuai dengan harapannya.

Segera ia mengabari Tessa, ia meminta wanita itu mulai berkemas. Tak lupa pula Owen memberi kabar pada kedua orang tua Tessa. Setelah itu semua, barulah Owen mengajukan surat pengunduran dirinya di Rumah Sakit Pelita Harapan.

Bagi Owen, berat rasanya meninggalkan rumah sakit itu. Sejak menyelesaikan pendidikan kedokterannya, di sanalah pertama kali ia memulai karirnya sebagai seorang dokter.

Namun, menikahi Tessa tak kalah pentingnya. Menjadikan sumpahnya sebagai dokter sebagai alasan utama, Owen mencoba ikhlas untuk merelakan semua yang akan ia tinggalkan nanti.

Hari berganti, lima hari telah berlalu. Owen telah menyelesaikan semua urusan administrasi untuk kepindahannya. Tessa pun sama, ia sudah mengemasi barang-barang penting miliknya yang akan ia bawa. Saat keduanya bertemu, mereka akhirnya sepakat untuk menemui sahabat-sahabar mereka besok.

Besok, mereka akan mengakui segalanya juga rencana pernikahan mereka. Dan dari itu semua, hal yang paling sulit karena besok juga mereka akan berpamitan pada sahabat-sahabatnya.

...…………....

Setelah menghubungi sahabat-sahabatnya, sore ini Tessa dan Owen sudah lebih dulu tiba di sebuah restoran steak yang telah mereka sepakati untuk bertemu. Owen menyadari kecemasan dari raut wajah Tessa. Menurutnya, itu bukanlah hal yang baik jika ibu hamil untuk selalu cemas.

“Mereka sahabat-sahabatmu. Mereka menyayangimu, jangan berpikir buruk. Akan berdampak buruk pada kehamilanmu,” peringat Owen sementara Tessa hanya berdecih saja.

Sampai detik ini, jauh dilubuk hati Tessa, ia belum sepenuhnya setuju dengan semua rencana Owen. Bahkan, terkadang ia merutuki kejadian saat Owen memergokinya saat akan menggugurkan kandungannya.

Banyak hal yang dipikirkan oleh Tessa. Baik dirinya ataupun Owen, hanya bungkam. Hingga Noah dan Sea, sepasang suami istri itu yang lebih dulu tiba. Kemudian Phila yang di susul Sandy di belakangnya. Jelas keempatnya menatap Tessa dan Owen dengan raut wajah heran.

“Hai, kalian sudah datang.” Seperti biasa, Tessa yang periang menyambut kedatangan sahabat-sahabatnya.

“Maaf, jika kami meminta kalian datang dengan tiba-tiba.” Meski tampak pucat, senyuman Tessa tetap terlihat sangat cantik.

“Kami?” Sandy cukup terkejut dengan kata ‘kami’ yang diucapkan oleh Tessa.

“Sejak kapan lu dan dokter Owen menjadi kami?” tanya Phila dengan kening yang telah mengerut.

Sementara Sea dan Noah hanya bungkam, keduanya seperti sudah bisa mengetahui tujuan Tessa dan Owen mengumpulkan mereka di sini.

Tanpa diduga, Owen merangkul pundak Tessa. “Sejak Tessa mengandung anak gue,” ucapnya santai tanpa beban.

“Apa?!” Pekik Phila dan Sandy bersamaan.

Meski terkejut dan sedikit tak percaya, keempat sahabat Tessa dan Owen, akhirnya mulai mengerti setelah mendapat penjelasan dari pasangan yang sebentar lagi akan menjadi orang tua.

Sehari setelah berpamitan, tibalah hari keberangkatan Tessa dan Owen ke Kota X. Kedua orang tua Tessa juga keempat sahabatnya mengantarkan hingga ke bandara. Tessa sungguh berbeda, akhir-akhir ini ia banyak sekali mengeluarkan air mata. Tak pernah terlihat Tessa yang periang, bar-bar seperti dulu.

Butuh dua jam perjalanan udara untuk tiba di Kota X. Setelah itu, keduanya masih harus menaiki mobil selama satu jam lamanya agar tiba di kampung halaman Owen. Sebuah desa di Kota X, tempat kelahiran pria itu.

Mobil travel yang keduanya tumpangi kini berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana. Bangunan rumah tak begitu besar namun halaman rumah sangat luas. Sangat rindang sebab banyak pepohonan di sana.

Tok ... Tok ... Tok ...

Hanya beberapa menit menunggu, pintu berbahan kayu itu terbuka. Seorang gadis cantik yang diperkirakan Tessa adalah adik Owen yang membuka pintu.

“Bang Owen?!” Pekiknya.

“Qanita ....” Owen membalas sapaan gadis itu kemudian memeluknya.

“Bu ... Ibu ... Bang Owen pulang, Bu!” Teriaknya meski masih dalam pelukan Owen.

Tak lama seorang wanita paruh baya muncul dari dalam rumah. Tessa yang sejak tadi hanya berdiri mematung, menelan salivanya karena gugup. Owen melerai pelukannya bersama wanita yang bernama Qanita.

“Ayo masuk. Kamu pasti lelah, Nak,” ucap wanita paruh baya itu.

Owen mengangguk, sebelum masuk ke dalam rumah pria itu sempat menoleh pada Tessa dan memberinya instruksi dengan kepalanya agar Tessa mengikuti langkahnya. Kini ke empatnya sudah duduk berhadapan di kursi ruang tamu yang terbuat dari rotan.

“Ibu ... kenalin ini Tessa,” ucap Owen lembut dan tenang.

Wanita bernama Damira itupun tersenyum ramah pada Tessa. Tessa pun segera menyalami Ibu Damira dengan sopan.

“Aku dan Tessa akan tinggal di sini, Bu,” ucap Owen.

Raut wajah Bu Damira perlahan berubah, “Maksud kalian? Jelaskan!”

“Aku sudah mengundurkan diri dari Rumah Sakit Pelita Harapan. Setelahnya aku akan bekerja di salah satu rumah sakit di Kota X.” Owen bisa melihat betapa terkejutnya sang Ibu.

Lalu sedetik kemudian, Ibunya tampak sangat kecewa. “Benarkah ? Tapi apa alasanmu memutuskan hal itu?”

“Ka-karena aku dan Tessa akan menikah,” akunya.

“Hah? Apa? Menikah?” Betapa terkejutnya Ibu Damira dan Qanita.

“Ya, kami akan menikah setelah bayi dalam kandungan Tessa lahir,” jawab Owen.

“Bayi?” Ibu Damira semakin shock. Apakah putranya sedang bercanda? Mungkinkah ia iseng lalu menjahilinya? Batin Ibu Damira.

“Ya, Tessa mengandung anak kami.” Jawab Owen tanpa ragu seraya menoleh ke arah Tessa yang menunduk.

Ibu Damira begitu terkejut. Rasanya jantungnya ingin melompat keluar setelah mendengar pengakuan putranya. Ibu Damira bungkam cukup lama. Setelahnya ia menatap Tessa dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Hei! Kau ... dasar wanita murahan!” Bentaknya sambil menunjukki Tessa.

“Kau ... wanita tak tahu diri yang telah merusak masa depan putraku!” Lanjutnya memaki Tessa yang kini mulai terisak.

“Bu ... kumohon tenanglah,” pinta Owen.

“Diam kau! Wanita murahan ini harus tahu, kehadirannya hanya akan membawa kesialan untukmu!”

...--------------------...

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩմოí⁰²

🍭ͪ ͩմოí⁰²

demi apa ya tu owen mgaku bkn dia yf buat demi melindungi tessa dri kena bullyy

2023-07-03

0

🍒⃞⃟🦅🥑⃟kolorijo𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟kolorijo𝐕⃝⃟🏴‍☠️

trnyata org tua Owen ga srmah yg sy pkir🙄

2023-06-12

1

🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍⁰³❤️⃟Wᵃf

🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍⁰³❤️⃟Wᵃf

ini emak² mulut nya itu loh minta ditabok..

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayo Menikah!
2 Bab 2. Pindah
3 Bab 3. Menjadi Orang Tua
4 Bab 4. Sah
5 Bab 5. Keputusan Sulit
6 Bab 6. Bercerai?!
7 Bab 7. Pindah
8 Bab 8. Rumah baru
9 Bab 9. Salah paham
10 Bab 10. Nasihat Sahabat
11 Bab 11. Misi Tessa
12 Bab 12. Mengambil Hak
13 Bab 13. Cemburu
14 Bab 14. Rindu masa lalu
15 Bab 15. Selebgram Cilik
16 Bab 16. Ketahuan
17 Bab 17. Memperbaiki kesalahan
18 Bab 18. Penyelesaian Masalah
19 Bab 19. Tetangga baru
20 Bab 20. Kejutan pagi hari
21 Bab 21. Apakah aku cemburu?
22 Bab 22. Gangguan saat makan malam
23 Bab 23. Kehadiran teman lama
24 Bab 24. Gundah
25 Bab 25. Ke mana Tessa dan Aya?
26 Bab 26. Aya sakit
27 Bab 27. Kekejaman Bu Damira
28 Bab 28. Tak pernah akur
29 Bab 29. Calon mantu ideal
30 Bab 30. Teman dekat?!
31 Bab 31. Teman dekat???
32 Bab 32. Kerja sama
33 Bab 33. Move On
34 Bab 34. Hati Ke Hati
35 Bab 35. Kehadiran Bu Damira
36 Bab 36. Karena Bu Damira
37 Bab 37. Berakhir di ranjang
38 Bab 38. Ada apa dengan Tessa?
39 Bab 39. Dugaan Owen
40 Bab 40. Tes
41 Bab 41. Alfio, bebas?
42 Bab 42. Negatif
43 Bab 43. Undangan Nawra
44 Bab 44. Pertengkaran
45 Bab 45. Hadiah Untuk Nawra
46 Bab 46. Ulang Tahun Nawra
47 Bab 47. Perdebatan bersama Ibu Mertua
48 Bab 48. Menemui Papi dan Mami
49 Bab 49. Kehilangan Untuk Selamanya
50 Bab 50. Kedatangan Alfio
51 Bab 51. Meyusul Tessa
52 Bab 52. Ulang tahun Aya
53 Bab 53. Siapa dia?
54 Bab 54. Dia putriku!
55 Bab 55. Boneka Kelinci
56 Bab 56. Bertemu lagi
57 Bab 57. Terungkap?!
58 Bab 58. Menghindari Alfio
59 Bab 59. Tak akan menyerah
60 Bab 60. Bantuan
61 Bab 61. Memulai Rencana
62 Bab 62. Hadiah kejutan
63 Bab 63. Usaha menghindari Alfio
64 Bab 64. Memberi waktu
65 Bab 65. Tes
66 Bab 66. Positif
67 Bab 67. Serangan Alfio (1)
68 Bab 68. Serangan Alfio (2)
69 Bab 69. Kesepakatan
70 Bab 70. Ungkapan cinta
71 Bab 71. Ngidam
72 Bab 72. Wanita menyebalkan
73 Bab 73. Antara Korea dan Jepang
74 Bab 74. Menghindar
75 Bab 75. Menjadi wanita licik
76 Bab 76. Kau Ayahnya!
77 Bab 77. Plan B
78 Bab 78. Meyakinkan Bu Damira
79 Bab 79. Mengungkap
80 Bab 80. Menghasut Bu Damira
81 Bab 81. Ketenangan sebelum badai
82 Bab 82. Tamu yang tak diharapkan
83 Bab 83. Keributan di malam hari
84 Bab 84. Semakin Memanas
85 Bab 85. Jujur
86 Bab 86. Keputusan
87 Bab 87. Janji
88 Bab 88. Pergi
89 Bab 89. Terpisah jarak
90 Bab 90. Ide Alfio
91 Bab 91. Tak Berdaya
92 Bab 92. Dugaan Ben
93 Bab 93. Membawa Ayasya
94 Bab 94. Drama Ben dan Owen
95 Bab 95. Drama Ben (Part 2)
96 Bab 96. Kemalangan Nawra
97 Bab 97. Kemalangan Nawra (Part 2)
98 Bab 98. Pembalasan dalam semalam
99 Bab 99. Aku Pulang!
100 Bab 100. Berdua bersama Aya
101 Bab 101. Permintaan Aya
102 Bab 102. Karena boneka lala
103 Bab 103. Permintaan Alfio
104 Bab 104. Awal Yang Baru
105 Bab 105. Hukuman Owen dan Alfio
106 Bab 106. Akhirnya ….
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Ayo Menikah!
2
Bab 2. Pindah
3
Bab 3. Menjadi Orang Tua
4
Bab 4. Sah
5
Bab 5. Keputusan Sulit
6
Bab 6. Bercerai?!
7
Bab 7. Pindah
8
Bab 8. Rumah baru
9
Bab 9. Salah paham
10
Bab 10. Nasihat Sahabat
11
Bab 11. Misi Tessa
12
Bab 12. Mengambil Hak
13
Bab 13. Cemburu
14
Bab 14. Rindu masa lalu
15
Bab 15. Selebgram Cilik
16
Bab 16. Ketahuan
17
Bab 17. Memperbaiki kesalahan
18
Bab 18. Penyelesaian Masalah
19
Bab 19. Tetangga baru
20
Bab 20. Kejutan pagi hari
21
Bab 21. Apakah aku cemburu?
22
Bab 22. Gangguan saat makan malam
23
Bab 23. Kehadiran teman lama
24
Bab 24. Gundah
25
Bab 25. Ke mana Tessa dan Aya?
26
Bab 26. Aya sakit
27
Bab 27. Kekejaman Bu Damira
28
Bab 28. Tak pernah akur
29
Bab 29. Calon mantu ideal
30
Bab 30. Teman dekat?!
31
Bab 31. Teman dekat???
32
Bab 32. Kerja sama
33
Bab 33. Move On
34
Bab 34. Hati Ke Hati
35
Bab 35. Kehadiran Bu Damira
36
Bab 36. Karena Bu Damira
37
Bab 37. Berakhir di ranjang
38
Bab 38. Ada apa dengan Tessa?
39
Bab 39. Dugaan Owen
40
Bab 40. Tes
41
Bab 41. Alfio, bebas?
42
Bab 42. Negatif
43
Bab 43. Undangan Nawra
44
Bab 44. Pertengkaran
45
Bab 45. Hadiah Untuk Nawra
46
Bab 46. Ulang Tahun Nawra
47
Bab 47. Perdebatan bersama Ibu Mertua
48
Bab 48. Menemui Papi dan Mami
49
Bab 49. Kehilangan Untuk Selamanya
50
Bab 50. Kedatangan Alfio
51
Bab 51. Meyusul Tessa
52
Bab 52. Ulang tahun Aya
53
Bab 53. Siapa dia?
54
Bab 54. Dia putriku!
55
Bab 55. Boneka Kelinci
56
Bab 56. Bertemu lagi
57
Bab 57. Terungkap?!
58
Bab 58. Menghindari Alfio
59
Bab 59. Tak akan menyerah
60
Bab 60. Bantuan
61
Bab 61. Memulai Rencana
62
Bab 62. Hadiah kejutan
63
Bab 63. Usaha menghindari Alfio
64
Bab 64. Memberi waktu
65
Bab 65. Tes
66
Bab 66. Positif
67
Bab 67. Serangan Alfio (1)
68
Bab 68. Serangan Alfio (2)
69
Bab 69. Kesepakatan
70
Bab 70. Ungkapan cinta
71
Bab 71. Ngidam
72
Bab 72. Wanita menyebalkan
73
Bab 73. Antara Korea dan Jepang
74
Bab 74. Menghindar
75
Bab 75. Menjadi wanita licik
76
Bab 76. Kau Ayahnya!
77
Bab 77. Plan B
78
Bab 78. Meyakinkan Bu Damira
79
Bab 79. Mengungkap
80
Bab 80. Menghasut Bu Damira
81
Bab 81. Ketenangan sebelum badai
82
Bab 82. Tamu yang tak diharapkan
83
Bab 83. Keributan di malam hari
84
Bab 84. Semakin Memanas
85
Bab 85. Jujur
86
Bab 86. Keputusan
87
Bab 87. Janji
88
Bab 88. Pergi
89
Bab 89. Terpisah jarak
90
Bab 90. Ide Alfio
91
Bab 91. Tak Berdaya
92
Bab 92. Dugaan Ben
93
Bab 93. Membawa Ayasya
94
Bab 94. Drama Ben dan Owen
95
Bab 95. Drama Ben (Part 2)
96
Bab 96. Kemalangan Nawra
97
Bab 97. Kemalangan Nawra (Part 2)
98
Bab 98. Pembalasan dalam semalam
99
Bab 99. Aku Pulang!
100
Bab 100. Berdua bersama Aya
101
Bab 101. Permintaan Aya
102
Bab 102. Karena boneka lala
103
Bab 103. Permintaan Alfio
104
Bab 104. Awal Yang Baru
105
Bab 105. Hukuman Owen dan Alfio
106
Bab 106. Akhirnya ….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!