“Sah!”
Satu kata yang menyadarkan Tessa jika kini dirinya bukan hanya seorang Ibu, tetapi juga seorang istri. Kedua netranya berkaca-kaca saat ia ikut mengangkat tangannya, memanjatkan doa pada Sang Khalik agar kelak rumah tangganya dan Owen mendapatkan Ridha dari-Nya
Pernikahan sederhana di kediaman orang tua Owen terasa sungguh khidmat. Tak ada tamu undangan lain yang menjadi saksi pernikahan mereka, kecuali kedua orang Tua Tessa dan sahabat-sahabatnya yang sengaja datang dari Kota P.
Setelah prosesi ijab kabul selesai, Tessa harus segera kembali ke kamar. Seanna yang datang terlambat bergegas menemui Tessa di dalam kamar pengantin.
“Tes, selamat ya ….” Ia memeluk erat sahabatnya.
Tiba-tiba saja Seanna mengingat jika dahulu dirinyalah yang menjadi orang pertama yang tahu mengenai kehamilan Tessa. Mengingat masa-masa itu, membuat Seanna menangis dalam pelukan Tessa.
“Hei … kenapa lu menangis? Lu harusnya bahagia untuk gue,” celetuk Tessa dengan suara yang bergetar. Wanita itu tahu apa alasan sahabatnya ini berderai air mata.
“Ini juga gue menangis karena bahagia!” seru Sea ketika melerai pelukan mereka.
“Owen adalah pria yang baik, gue yakin ini adalah keputusan terbaik yang lu ambil.” Seanna sesekali masih terisak seraya mengusap lembut sudut-sudut matanya.
Tessa sungguh bersyukur memiliki Seanna dan Phila sebagai sahabat. Bahkan hingga dirinya melahirkan Ayasya, sahabat-sahabatnya itu sangat pengertian dan tak pernah menuntut Tessa untuk mengungkap rahasia besar yang ia coba kubur dalam-dalam.
Tangisan dari bayi menggemaskan dan bertubuh gempal kesayangan Tessa akhirnya terdengar, bayi itu sudah lama menanti untuk disusui. Dan saat Seanna melihat pemandangan di hadapannya itu, air matanya yang baru saja mengering kembali luruh tanpa permisi.
“Astaga, Seanna. Ada apa denganmu? Hari masih pagi dan kamu sudah banyak menangis,” celetuk Tessa. “Noah akan marah padaku. Ia akan mengira aku merisak istri kesayangannya,” lanjut Tessa mengundang tawa kedua wanita itu.
Tawa mereka terhenti saat terdengar bunyi ketukan di pintu disusul suara seorang anak laki-laki, “Mi … Mami, apa Mami di dalam?”
Jika kening Tessa mengernyit, berbeda dengan Seanna yang kini tersenyum. “Ya, Mami di sini. Masuklah!” teriak Seanna.
“Ma-mi?” gumam Tessa. Wanita yang sebulan lalu telah resmi menjadi seorang ibu, menatap penuh tanda tanya pada sahabatnya.
“Tess … kenalin ini putra pertama gue,” ucap Seanna.
Sejak kapan Seanna dan Dokter Noah memiliki seorang putra, tanya Tessa dalam hati.
“Hai, Bibi. Nama aku, Izzan.” Tessa masih bungkam meski satu tangannya tetap ia ulurkan saat Izzan ingin bersalaman dengannya. Melihat anggukan Seanna, tanpa sahabatnya itu ceritakan ia sudah mengerti siapa anak laki-laki yang sangat sopan di hadapannya.
Kedua netra Izzan tak berkedip saat melihat bayi mungil yang sedang tertidur nyenyak dalam gendongan Tessa. “Wah … dia sangat menggemaskan,” gumamnya.
“Namanya Ayasya. Kau ingin berkenalan dengannya?” tanya Tessa.
Izzan mengangguk, “Aku sangat ingin berkenalan dengannya, Bi. Tapi aku akan menunggunya bangun lebih dulu.” Ucapan polos Izzan mengundang tawa Tessa juga Seanna.
“Kau harus menunggu lama jika seperti itu, Nak,” ucap Seanna saat Izzan duduk di sisinya. “Bayi seperti Ayasya memang lebih banyak tidur,” jelasnya.
“Apa nanti jika adikku lahir, dia juga akan terus tidur seperti Ayasya?” tanya Izzan pada ibunya.
“Apa … adik?” celetuk Tessa mencoba menebak maksud ucapan Izzan.
“Ya, Bibi. Aku akan segera memiliki adik,” jawab Izzan membuat Tessa menutup mulutnya dengan salah tangannya agar tak memekik karena ikut bahagia.
“Selamat, Sea!” serunya. “Jaga kesehatanmu, jangan kelelahan, dan juga jangan terbebani dengan banyak pikiran. Jangan memendam kesedihanmu sendiri. Gue yakin Dokter Noah akan selalu ada untuk ngejaga Lu,” ucap Tessa bersemangat namun tetesan air mata membanjiri pipinya.
Sea mengangguk namun dalam hati ia terus bertanya, mengapa nasihat Tessa terdengar seperti curahan hati. “Ya, Tess. Terima kasih sudah ngingatin gue. Gue akan selalu ingat nasihat lu,” ujar Seanna.
“Ya, Bibi. Aku juga akan jagain Mami dan adik,” celetuk Izzan dengan percaya diri seraya menepuk dadanya dengan satu tangan. Tessa dan Seanna sampai dibuat tertawa melihat tingkah Izzan.
...…...
Ayasya ... bayi mungil nan menggemaskan itu menjadi rebutan Phila dan Sandy, sahabat Tessa juga Owen. Keduanya terus berdebat mengenai siapa yang berhak menggendong bayi yang terus saja menutup kedua netranya.
“Kalian hanya akan mengganggu tidur nyenyak putriku,” tegur Owen.
“Huh … Dokter Owen sepertinya akan menjadi Ayah yang protektif,” balas Phila mengundang tawa dari yang lainnya.
Kebahagiaan begitu terasa di ruang tamu kediaman Owen. Orang tua Tessa yang turut hadir untuk menikahkan putrinya, juga terlihat sangat menyayangi cucunya. Mami dan Papi Tessa bahkah tak jauh berbeda dengan Sandy dan Phila, tak jarang keduanya berebut untuk menggendong Ayasya.
Pemandangan di dalam rumah tersebut sangat jauh berbeda dengan yang terjadi di luar rumah. Ibu Damira dan Qanita yang merasa tak nyaman saat melihat canda dan tawa Tessa, memilih pergi keluar rumah. Namun, bukannya ketenangan yang mereka dapatkan, di luar rumah kekesalan keduanya semakin berlipat ganda.
“Bu Damira … sekarang sudah jarang keluar rumah. Lagi sibuk momong cucu, ya?” ucap Ibu pemilik toko kelontong.
“Iya, Bu. Alhamdulillah, cucu saya jarang rewel. Bikin betah tinggal di rumah,” jawab Bu Damira.
“Syukur deh … memang lebih baik jika Bu Damira yang momong cucunya. Amit-amit deh, Bu … kalau cucunya nanti ngikutin jejak mamanya.” Komentar salah seorang Ibu yang lain dan hal itu benar-benar memancing amarah Bu Damira.
“Eh, Ibu jangan asal ngomong, ya!” pekik Bu Damira membuat perhatian Ibu-ibu lain yang juga ada di tempat itu kini tertuju padanya.
“Amit-amit bagaimana yang Ibu maksud? Awas saja ya kalau berani menghina cucu saya!” lanjut Bu Damira semakin meninggikan suaranya.
“Loh kok Bu Damira malah marah! Niat saya kan baik, mendoakan cucu Bu Damira agar nggak ngikutin jejak mamanya yang hamil di luar nikah.” Balas Ibu tersebut tak terima Bu Damira memakinya.
Sontak Bu Damira terdiam. Pembelaan apa lagi yang bisa ia katakan, kenyataannya semua yang dikatakan mengenai Tessa memang benar adanya.
“Kalian semua nggak usah ya sibuk ngurusin keluarga orang lain. Nggak perlu doain keluarga aku. Doain saja keluarga kalian, semoga anak cucu kalian nggak ada yang hamil di luar nikah!” geram Bu Damira sebelum berlalu pergi.
Napasnya sudah memburu menahan malu dan amarah. Qanita, putrinya tak bisa membantu apa-apa. Sejak tadi gadis itu hanya bisa mengingatkan Ibunya untuk bersabar. Namun semua yang dilakukan Qanita rasanya tak ada gunanya. Apalagi saat berlalu, samar-samar Bu Damira masih bisa mendengar cibiran dari salah seorang ibu yang lain.
“Dulu aja bisanya ngebangga-banggain anaknya yang seorang dokter sukses di Kota. Ternyata yang sukses bukan karirnya, tapi malah sukses hamilin anak orang!” celetuk seorang ibu yang lain.
Bu Damira hampir saja kembali ke tempat itu seandainya ia tak dicegah oleh Qanita. Rasanya ia sudah siap untuk mencakar satu per satu wajah ibu-ibu yang telah menghinanya.
Setibanya di rumah, Bu Damira masuk tanpa mengucapkan salam. Dengan menghentak-hentak kakinya, ia berjalan masuk melewati semua orang yang berada di ruang tamu. Kedua orang tua Tessa juga para sahabat Tessa dan Owen menjadi segan untuk berlama-lama di sana, pasalnya si empunya rumah sepertinya tak senang dengan kehadiran mereka.
Tessa yang ke dapur untuk mengambil minuman, dibuat terkejut ketika Bu Damira tiba-tiba saja datang dan mendorong pundaknya dari belakang. “Kau, wanita murahan! Kau tahu apa yang baru saja terjadi padaku karena ulahmu?!”
“Apa maksud, Ibu?” tanya Tessa.
“Kau tahu, karena kau … ibu-ibu di sekitar sini jadi menghina Owen, putraku!” Bu Damira mendorong dahi Tessa dengan telunjuknya. Tessa sampai harus mundur beberapa langkah untuk menghindar.
“Maafkan aku, Bu. Tapi-“ ucapan Tessa kembali di sela oleh Bu Damira.
“Tapi apa, hah?” pekik Bu Damira.
Tessa sampai menelan salivanya karena terkejut. Sejujurnya dalam hati ia khawatir seandainya Mami atau Papinya mengetahui kemalangan apa yang selama ini ia alami di rumah itu.
“Asal kau tahu, suatu saat nanti Ayasya akan malu memiliki ibu sepertimu. Dasar wanita murahan!” maki Bu Damira.
Buliran bening seketika berlinang dari pelupuk mata Tessa. Hancur! Hati wanita itu sungguh hancur berkeping-keping mendengar penghinaan dari ibu mertuanya. Apakah benar jika putriku akan malu memiliki Ibu sepertiku?
Tak jauh dari dapur, rupanya ada orang lain yang ikut menangis saat melihat dan mendengar semua penghinaan yang Tessa terima. Dalam hati ia memohon pada Yang Maha Kuasa. Tuhan, tolong kuatkan Tessa. Aku tahu dia wanita yang kuat, kumohon lindungi dia, Ya Tuhan.
...———————...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅🥑⃟ucupucul🦉𝐕⃝⃟🏴☠️
udh nkh lbh kmbli ja k kota sblumny dri pd trsiksa sma tuh ibuny Owen
2023-06-12
1
🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍⁰³❤️⃟Wᵃf
ingat bu kau punya anak perempuan.. jangan sampe kurma nanti datang pada anak mu...
2023-06-10
0
💫ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ
siapa yg ngintif apa mamanya tesa🤔
2023-05-30
0