"Kamu yakin akan langsung pulang ke rumah suami kamu?" tanya Rere--Serena, ketika mereka sedang bersiap untuk pulang dari rumah sakit.
Kini Liora sudah mulai menerima takdir yang sudah terjadi padanya. Menjadi Tiara dan berpura-pura hilang ingatan bukan hal yang terlalu buruk, dari pada harus terus menyangkal kenyataan.
"Bagaimana lagi, aku khawatir pada Davi. Jangan sampai dia mendapatkan perlakuan buruk dari istri kedua Dery," jawab Liora.
Kepalanya menoleh ke belakang, melihat Davi yang tampak sedang asik dengan mainannya, hingga tidak memperhatikan obrolan antara dirinya dan Rere.
"Bagaimana kalau kamu bawa Davi tinggal di rumahku saja sementara waktu? Aku khawatir kalau nanti wanita pelakor itu akan menghasut Dery untuk melakukan kekerasan lagi padamu." Rere tampak menatap sekilas Liora di sela menyetir mobil Brio berwarna kuning miliknya.
"Tidak usah, aku pasti bisa menghadapi mereka. Aku bahkan berencana untuk membalas apa yang telah mereka lakukan padaku selama ini," ujar Liora sambil menyungginggkan sebelah ujung bibirnya.
Rere menatap Liora dengan kerutan halus di keningnya, dia merasa ada sesuatu yang berbeda dari sahabatnya itu, setelah sadar dari koma. Bukan hanya cara bicaranya yang kaku, tetapi caranya menatap orang dan berekspresi pun tampak berbeda.
Jika biasanya Tiara akan selalu bersikap ramah dan lemah lembut pada semua orang, kini Rere melihat kalau sahabatnya itu menjadi lebih tegas dalam bersikap. Pandangannya yang tajam, bahkan bisa membuat dirinya bergidik saat melihatnya.
"Hehe, baiklah kalau kamu memang mau seperti itu, tapi jangan lupa kabari aku kalau kamu butuh sesuatu, ya." Rere menyengir, setiap kali sahabatnya itu sudah tersenyum miring dengan tatapan yang tajam, membuat dia merasa sedang berbicara pada orang lain.
Walau begitu, Rere juga merasa senang melihat Tiara sudah mau melawan Dery dan pelakor itu, setelah selama ini Tiara terus mengalah dan pasrah dengan kejahatan suaminya sendiri.
Rere ingat, dia sering kali mendapati luka lebam di tubuh sahabatnya. Tiara juga sering menceritakan bagaimana suaminya berubah setelah dia mengandung Davi. Mulanya hanya acuh dan tidak perduli, lebih lama menjadi serinh berkata kasar dan membatasi pergaulan, hingga makin lama Tiara sering mengalami kekerasan karena tempramen Dery yang berubah-ubah.
"Iya, aku tau," ujar Liora, menatap sahabatnya itu dengan senyum tipis.
"Terima kasih, karena kamu sudah menjadi sahabat terbaikku. Aku berhutang banyak padamu," sambung Liora lagi tulus. Entah itu sebagai Tiara ataupun Liora, dia tahu kalau Rere tulus padanya.
"Kita sahabatan sudah lama, Tia. Aku senang bisa membantu kamu," ujar Rere sambil terkekeh ringan.
"Jadi, tidak usah berterima kasih. Bukannya dalam sahabat kita memang wajib untuk saling menolong. Aku juga akan meminta tolong padamu jika mempunyai kesusahan," sambung Rere masih dengan kekehan di sela perkataannya.
Liora tersenyum, dia kemudian menghembuskan napasanya pelan sambil menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Tidak menyangka di kesempatan hidup yang kedua ini dirinya malah mendapatkan seorang sahabat. Suatu hubungan yang hanya mengandalkan perasaan dan kepercayaan. Padahal sebelumnya dia tidak pernah percaya pada hal seperti itu, selain hubungan yang saling menguntungkan.
Beberapa saat berkendara akhirnya Rere menghentikan mobil Brio kesayangannya di depan rumah besar dengan pagar tinggi nan kokoh di sekelilingnya. Seorang penjaga gerbang tampak menghampiri mereka setelahnya, hingga Rere menurunkan kaca mobil.
"Eh, Nyonya Tiara, Aden Davi?" Laki-laki yang terlihat berumur sekitar empat puluh tahunan itu tampak canggung saat mendapati Liora dan Davi di mobil itu, walau dia juga tersenyum lebar ketika sadar jika nyonya rumahnya telah pulang kembali.
"Silahkan masuk," ujarnya setelah menekan salah satu tombol di sebuah remot yang dia pegang, hingga gerbang tinggi itu akhirnya bergeser sendiri.
Liora hanya mengangguk samar sebagai jawaban, tanpa mengucapkan terima kasih atau menyapa penjaga gerbang itu. Sikap yang sangat berbeda dengan Tiara sebelumnya yang tidak pernah membeda-bedakan orang dan selalu murah senyum. Tiara juga tidak pernah melupakan tiga kata ajaib di dalam hidupnya yaitu, "Terima kasih, tolong, dan meminta maaf."
Rere yang melihat itu hanya menggeleng lemah, sepertinya kecelakaan yang menimpa sahabatnya memang bedampak banyak. Hingga sikap Tiara kini sangat berbeda dari sebelumnya. Mungkin itu juga karena hilang ingatan yang dialaminya.
Sebuah rumah mewah bergaya modern dengan warna cat dominan putih dan abu-abu muda itu langsung terlihat begitu mereka mulai melewati gerbang, di bagian depannya terlihat taman yang tampak terawat, hingga Liora bisa melihat banyaknya tanaman bunga di sana.
"Dulu, kamu sangat menyukai bunga, itu semua kamu yang menanam dan merawatnya sendiri. Sepertinya pelayan di sini, mempertahankannya karena mereka juga yakin kamu akan kembali ke rumah ini," ujar Rere menjelaskan kegiatan yang disukai oleh Tiara, sebelum Liora bertanya.
Liora hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengedarkan pandangannya, melihat seluruh halaman yang lebih banyak dipenuhi bunga mawar dan berbagai jenis bonsai.
Tugas baru lagi ... mana bisa aku mengurus bunga seperti ini, padahal biasanya aku hanya bergelut dengan latihan dan senjata, desah Liora merasa berat menjadi Tiara.
"Sepertinya Tiara memang ibu rumah tangga sejati, ya?" tanya Liora yang langsung membuat Rere menoleh dengan kerutan halus di keningnya.
"Eh, maksudnya aku. Aku dulu sepertinya ibu rumah tangga sejati, ya?" Liora tampak mengulangi pertanyaannya dengan mengganti sebutan bagi dirnya.
Rere tampak tersenyum sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya, dia merasa lucu oleh pertanyaan Liora.
"Memang kamu ini ibu rumah tangga, Tia. Kamu hanya fokus mengurus suami dan anak, sejak menikah bahkan kamu jarang sekali ke luar rumah selain mengantar dan menjemput Davi sekolah, juga urusan rumah tangga lainnya," jawab Rere lugas.
"Wow!" Liora menggeleng kepala sambil melebarkan matanya, mendengar jawaban dari Rere, dia merasa itu adalah tugas yang sangat berat untuknya. Jelas saja karena sosok Tiara sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang dulu. Entah bagaimana dia akan menjalani setiap harinya mulai saat ini, yang pasti dia tidak akan memberi kesempatan lagi untuk suami dan wanita ke dua di dalam rumah tangga Tiara untuk menindas dirinya dan Davi.
Setelah perbincangan singkat itu, mereka bertiga pun beranjak turun dari mobil. Seorang wanita tua dengan pakaian lusuh tampak berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya.
Pakaiannya terlihat sedikit lusuh dengan wajah yang tampak sangat lelah. Namun, walau begitu senyum sumringah terlihat jelas di wajahnya yang sudah banyak keriputnya.
"Itu namanya Mak Onah, dia yang sudah mengurus kamu dari kecil dan setia mengikuti kamu sampai sekarang," bisik Rere di telinga Liora.
Liora tampak melirik sahabatnya dengan kerutan halus di keningnya, kemudian mengangguk samar sebagai tanda kalau dia sudah mengerti.
"Non Tia, Emak kira tidak akan melihat Non lagi! Syukurlah sekarang Non sudah kembali ke rumah ini lagi," ujar wanita yang mungkin sudah berumur lebih dari enam puluh tahun itu.
Air mata bahkan terlihat jelas berderai hingga membasahi pipi kurus yang sudah terlihat banyak kerutan dan plek hitam di kulitnya.
Liora memaksa untuk tersenyum lebar, walau wajahnya yang bingung terlihat jelas oleh orang di sekitarnya.
"I--iya, Mak, aku sudah pulang," jawabnya terbata.
"Akhirnya kamu pulang juga, sudah bosan di rumah sakit, heh?" Liora tampak mengerutkan keningnya begitu melihat seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu masuk.
"Kamu enggak lupa sama suami kamu sendiri kan?" bisik Rere kembali pada Liora.
Liora tampak mengingat beberapa foto yang ditunjukkan Rere sebelumnya, dia kemudian mengangguk samar saat mengingat wajah itu memang pernah dia lihat di ponsel Rere.
Liora tampak memperhatikan sosok suami yang begitu dipuja oleh Tiara itu, wajahnya lumayan tampan walau tidak setampan Charly. Tubuhnya lumayan gagah, walau ototnya juga tidak sebesar Charly. Rumah besar dan tatapannya juga cukup tajam. Namun, jika dibandingkan dengan Charly Dery masih jauh berada di bawahnya.
Ish, kenapa aku malah memikirkan laki-laki itu? Jelas-jelas gara-gara dia aku jadi seperti ini! Sadar Liora, sekarang kamu sudah berbeda dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengan Charly .... Lupakan dia, Liora, fokus pada kehidupan kamu yang sekarang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
dhiny
oppa😍😍😍
2023-03-01
2
Cty Badria
ah limin ho
2023-02-08
2
💞🖤Icha
Wiiiihhh profil Charli cogan mancung banget hidungnya..klepek" ketemu 🤭🤭😜
2023-02-03
2