Di kantor, Saga menjadi kesal. Dia melampiaskan kekesalannya kepada beberapa karyawan yang menurutnya tidak becus dalam bekerja. Ia juga marah-marah tak jelas.
Kemarahan itu imbas dari kekesalannya terhadap istrinya yang tak tahu kenapa bisa berubah. Saga masih berpikir ada apa dan kenapa dengan istrinya. Dari kemarin dia mulai berubah. Bahkan seharian tidak memberi kabar. Padahal biasanya dia akan menanyakan 'sedang apa' 'sudah makan belum'. Hari ini sama sekali ia tidak menerima pesan dari istrinya tersebut.
"Ish.." Saga melempar ponselnya karena tidak mendapat pesan apapun dari istrinya.
"Dia kenapa sih sebenarnya?" gumamnya seorang diri sembari mengacak-acak rambutnya sendiri.
Saga menyelesaikan perkerjaannya lebih cepat. Lalu Saga mampir dulu ke rumah Santi. Wanita selingkuhannya yang telah memberinya anak. Disana, dia bermain dengan anaknya dengan bahagia. Dan kebahagiaan itu sedikit mengalihkan kekesalannya.
"Kopinya mas.." Santi membuat kopi untuk Saga. Seperti layaknya seorang istri, Santi melayani Saga yang baru pulang dari kantor.
"Makasih ya." ucap Saga kemudian mengesap kopi tersebut. Meskipun rasa kopi itu berbeda dengan bikinan Aluna. Tapi Saga tetap menghabiskannya. Dia tidak mau membuat Santi kecewa.
Puas main dengan anaknya. Saga pun pamit pulang. Dia tidak mau pulang terlambat karena itu akan memancing pertengkaran dengan Aluna kembali. Ditambah, Aluna juga sedang tidak seperti biasa.
"Aku pulang dulu ya.." pamitnya.
"Iya mas.." jawab Santi. Sebagai selingkuhan, dia harus sadar akan posisi dan resikonya memacari suami orang.
Akan tetapi, sesampainya di rumah. Saga tidak melihat mobil istrinya. Dia pun merasa aneh kembali. Biasanya sebelum jam 6, Aluna sudah di rumah dan memasak untuknya. Tapi kenapa dia belum pulang. Kalau pun lembur, dia pasti selalu pamitan.
Saga masuk ke rumah sembari memanggil-manggil istrinya. "Lun.. Aluna.." serunya. Ia ingin memastikan apakah benar istrinya itu belum pulang.
"Ibu belum pulang, tuan.." kata Bi Nah, pembantu rumah tangga mereka.
"Belum pulang?" Saga semakin kesal karena istrinya benar-benar berubah. Bahkan dia sama sekali tidak memberinya kabar atau sekedar berpamitan kalau dia lembur atau apa kek.
"Tadi pagi pas berangkat, ibu ada bilang nggak kalau ibu mau lembur?" tanya Saga kepada Bi Nah.
Bi Nah menggelengkan kepalanya. Saga pun semakin murka. Dia menahan kemarahannya dan kemudian bergegas ke kamar. Saga benar-benar kesal karena Aluna benar-benar telah berubah.
Ia pun mencoba menghubungi istrinya, namun Aluna tidak menjawab panggilannya. Maka Saga semakin kesal dan melempar ponselnya. "Akh..." serunya sembari meninju tembok di dekatnya.
****
Aluna ternyata sengaja tidak menerima panggilan dari suaminya. Bahkan dia mematikan ponselnya agar suaminya tidak bisa menghubunginya lagi. Rasa sakit dan kecewa di hatinya membuat Aluna bersikap kejam terhadap suaminya.
Selesai bekerja, Aluna tidak langsung pulang ke rumah. Seperti rencananya, dia dan Ana akan pergi ke Holland. Dia ingin bersenang-senang dan melupakan kekecewaan dan sakit hatinya.
"Mari bersulang! Lupakan semua masalah kita!" serunya sebelum meminum segelas v*dka.
Dia tidak memikirkan apa-apa lagi. Yang dia pikirkan, hanya bersenang-senang melupakan permasalahan hidupnya, sakit hatinya. Aluna meminum cukup banyak v*dka dengan kadar alkohol yang cukup tinggi.
"Lun, sudah cukup!" Ana merebut gelas Aluna. Dia tidak tega melihat Aluna yang mabuk seperti itu. Meskipun dia suka mabuk juga, tapi dia tidak tega melihat sahabatnya menyiksa dirinya seperti itu.
"Aku mau nambah lagi, An.." Aluna yang sudah mabuk berat memaksa menambah minuman lagi. Namun, Ana tidak mengizinkannya. Dia memapah Aluna keluar dari club malam tersebut. Ana masih sadar.
"An, kenapa aku nggak berguna? Kenapa aku nggak bisa punya anak? Kenapa aku nggak guna jadi perempuan?" tanya Aluna dalam keadaan mabuk berat.
Ana sangat tahu beban seperti apa yang Aluna rasakan saat ini. Dia hanya diam dan terus memapah Aluna ke mobil. Begitu ia memasukan Aluna ke mobil. Aluna mulai memukuli perutnya sendiri.
Buk. Buk. Buk.
"Kenapa aku nggak berguna? Kenapa punya rahim kalau nggak bisa punya anak?" gumamnya dengan marah.
"Aluna, jangan gila!" seru Ana menahan tangan Aluna yang terus-terusan memukuli perutnya sendiri.
Ana kemudian memeluk Aluna dengan sangat erat. "Lun, aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu jangan sedih! Masih ada aku yang tidak akan pernah ninggalin kamu." ucapnya.
"Janji?" Aluna menangkup kedua pipi Ana.
"Iya. Tapi lepasin aku!" pinta Ana.
Akan tetapi, Aluna bukannya melepaskan Ana. Dia malah hendak mencium Ana. Aluna sudah memonyongkan bibirnya hendak mencium Ana.
"Aluna, kamu jangan gila!" Ana tentu saja menolak. Dia mendorong kepala Aluna menjauh darinya.
Tapi, Aluna terus berusaha mencium Ana. Sementara Ana terus menolak. Sehingga mereka terlibat saling tarik dan saling dorong.
Tak lama kemudian, Ana berhasil menekuk kalah Aluna. Tak lama kemudian Aluna pun menangis sejadinya. Dia memeluk Ana dengan begitu erat. Dia bersyukur, disaat dia terpuruk seperti sekarang. Ana selalu setia disampingnya.
"Aku sayang sama kamu.." gumamnya.
"Aku juga. Jadi, jangan sedih lagi!" kata Ana.
Aluna pun menganggukan kepalanya dengan cepat. Meskipun mabuk, tapi dia masih agak sadar.
"Mana kunci kamu? Aku antar pulang!" kata Ana.
"Terus nanti kamu?"
"Aku gampang. Nanti bisa naik taksi." Aluna menyerahkan kunci mobilnya ke Ana. Dia tidak dibiarkan mengemudi karena dia sedang mabuk.
****
Di rumah, Saga terus menatap jam. Dia mondar mondir menunggu istrinya pulang. Ia tak tahu kemana istrinya pergi. Dia pergi ke butik Aluna, tapi butik-nya telah tutup. Jadi itu artinya Aluna tidak lembur.
Karena tidak mau saling mencari nantinya. Dia memutuskan menunggu Aluna di rumah.
Sudah pukul 22.30 namun Aluna juga belum pulang. Dan, ketika dia mendengar suara mobil Aluna. Ia segera berlari keluar. "Darimana saja kamu?" tanyanya khawatir.
"Kamu mabuk?" tanyanya lagi setelah mencium aroma alkohol dari tubuh Aluna.
"Sedikit." jawab Aluna tanpa ekspresi. Dia bahkan berlalu begitu saja.
"Lun, kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Saga menahan tangan Aluna. Ia merasakan bahkan Aluna mulai bersikap dingin padanya.
Tapi, lagi-lagi Aluna tidak menjawab. Dia hanya menarik paksa tangannya kemudian masuk ke dalam rumah. Saga menekan amarahnya, dia tidak ingin bertengkar dengan istrinya.
"Kamu sudah makan?" tanyanya dengan lembut.
"Makan yuk! Aku belum makan dari tadi." katanya lagi.
"Aku udah. Kenapa nggak makan?" tanya Aluna balik.
"Aku kan nungguin kamu." jawab Saga masih dengan lembut.
"Ngapain nunggu segala? Mulai biasakan apa-apa sendiri!" kata Aluna lagi.
Saga menjadi geram karena perkataan Aluna tersebut. Dia berusaha menahan amarahnya, tapi Aluna justru membuatnya marah. Namun, Saga kembali menekan amarahnya. Tidak biasanya Aluna seperti ini. Pasti ada sesuatu yang membuat Aluna berubah.
Apa jangan-jangan...
Saga membulatkan matanya. Saat dia kembali menatap Aluna. Saat itu Aluna sedang memegangi kepalanya. Aluna merasa kepalanya sangat pusing. Tiba-tiba dia ambruk.
Bruk..
Untung saja Saga dengan cepat menangkapnya. Saga yang cemas segera membawa istrinya tersebut ke kamar. Dia meminta Bi Nah menyiapkan air hangat.
Dengan lembut Saga membasuh tubuh istrinya. Dia menatap wajah istrinya yang nampak berbeda. Ada guratan kemarahan dan kesedihan di wajahnya.
Saga menatap istrinya dalam-dalam. Ia menyentuh lembut wajah dan rambut Aluna. "Aku cinta banget sama kamu. Jangan bikin aku gila seperti ini!" gumamnya dengan lembut.
Saga mengecup kening Aluna sebelum akhirnya dia tidur di samping Aluna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ai Hodijah
jangan bikin gila tapi kamu sendiri yang membuat kegilaan
2023-03-15
1
Patrick Khan
.saga masih bilang cinta ke aluna..aduhhh pengen q getok kepala saga sm sapu 😡😡
2023-02-03
1