Saga tidak mengerti dengan perubahan istrinya tersebut. "Yank, kenapa nggak mau menghadap aku?" tanya Saga.
"Aku lagi pengen bobok dengan posisi ini." jawab Aluna tanpa menoleh.
Ternyata, diam-diam Aluna menahan rasa sakit di dadanya. Bahkan dia menangis tanpa sepengetahuan Saga. Apalagi ketika dia melihat foto pernikahannya di meja samping tempat tidurnya. Hatinya serasa tertusuk ribuan duri.
"Oh yaudah. Met bobok ya.." ucap Saga sembari memeluk Aluna dari belakang.
Air mata Aluna semakin deras mengalir. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa rumah tangganya akan seperti ini. Dia tak pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sangat dia cintai akan mengkhianati rumah tangganya.
Keesokan harinya.
Saat Saga membuka mata dia tidak menemukan istrinya di tempat tidur. Saga berpikir bahwa Aluna pasti sedang di dapur sedang menyiapkan sarapan.
Saga kemudian bangun dan segera mandi. Dia bersiap lalu menuju ruang makan. Namun, dia tidak menemukan istrinya.
"Ibu sudah berangkat pagi-pagi sekali pak. Katanya ada janji dengan klien." kata pembantu rumah tangga mereka.
"Oh.." Saga merasa aneh kembali. Ada apa dengan istrinya sebenarnya. Kenapa dari kemarin dia bersikap aneh.
Saga menikmati sarapannya dengan bertanya-tanya. Ada apa, kenapa dan mengapa. Sarapan paginya harinya serasa tidak enak baginya. Segera dia bergegas menuju ke kantor dengan perasaan yang aneh. Apalagi dia tidak bisa menghubungi istrinya sama sekali.
"Kenapa sih dia?" gumam Saga dengan kesal.
"Atau jangan-jangan ada yang dia sembunyiin? Atau jangan-jangan dia punya pacar dibelakang aku?" Saga mulai gelisah. Perasaannya semakin tak menentu.
Saga tahu bahwa istrinya banyak yang mendekati. Selain cantik, istrinya juga sangat humble, dia juga memiliki hati yang sangat baik. Itu yang membuat banyak orang menyukai Aluna.
Saga yang tadinya melajukan mobilnya ke kantor. Kini berbalik arah. Dia melajukan mobilnya menuju butik milik Aluna.
Saat tiba di butik tersebut. Saga melihat mobil Aluna terparkir di depan butik. Dia segera turun dan memastikan jika istrinya benar ada di kantor.
Saat itu, Aluna sedang berbincang dengan klien-nya. Dia pun merasa lega karena dugaannya tidak terbukti.
Aluna sedang ngobrol dengan klien-nya mengenai gaun yang dipesan oleh klien tersebut. Namun, tiba-tiba sang klien menunjuk ke arah dimana Saga muncul.
Aluna pun segera menoleh. Dia melihat suaminya yang berdiri di depan ruangannya. "Itu suami saya. Bentar ya, aku kesana bentar." Aluna segera menemui suaminya yang masih berdiri di depan pintu.
"Nggak kerja?" tanya Aluna begitu mendekat.
"Aku berangkat pagi-pagi tadi. Karena klien aku akan segera terbang ke luar negeri, dia ingin bertemu pagi ini." kata Aluna.
"Aku kira kamu-"
"Pergi? Nggaklah, belum saatnya.." kata Aluna sembari tersenyum kecil lagi.
"Kamu kenapa ngomong aneh terus sih?" Saga mulai tak sabar.
"Aneh gimana? Biasa aja sih.." jawab Aluna.
"Kamu ngomong mau pergilah, mau punya anaklah, kamu juga tidak seperti biasa semalam, biasanya kamu tidak bisa tidur tanpa aku peluk, tapi kamu malah munggungi aku." kata Saga dengan emosi. Tapi, demi menjaga harga diri istrinya di depan klien. Saga berusaha menekan amarahnya.
"Bukankah semua orang pada akhirnya juga akan pergi? Wajar aku pengen punya anak, atau jangan-jangan kamu yang nggak ingin punya anak dari aku?" tanya Aluna dengan tersenyum sinis. Aluna menatap Saga dengan tajam. Jelas sekali dari sorot matanya jika dia kecewa dan marah terhadap suaminya tersebut.
Saga tidak tahu kenapa istrinya menatapnya dengan penuh amarah seperti itu. Namun, Saga kembali menurunkan egonya. "Maafin aku. Aku cuma nggak biasa dengan sikap kamu yang seperti ini." kata Saga.
"Harus dibiasain! Siapa tahu besok kita udah nggak jadi suami istri lagi."
"Aluna!!" seru Saga yang kembali kehilangan kesabarannya.
Teriakan Saga tersebut bahkan terdengar oleh klien Aluna. Klien Aluna tersebut menjadi terkejut. Dia menyadari jika Aluna sedang bertengkar dengan suaminya. Klien tersebut segera pamit.
"Saya pamit dulu bu Aluna. Pesawat saya akan segera berangkat. Pokoknya saya percaya dengan hasil desain bu Aluna." kata klien tersebut.
"Terima kasih atas kepercayaannya. Semoga selamat sampai tujuan, bu.." kata Aluna.
Begitu klien-nya pergi. Aluna segera masuk ke ruangannya kembali. "Mas nggak kerja?" tanya tanpa merasa gimana-gimana setelah membuat Saga marah.
Saga juga ikut masuk ke dalam ruangan Aluna. "Nggak. Aku akan disini nungguin kamu kerja sampai aku tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu." Saga mulai frustasi. Tidak biasanya Aluna seperti ini. Bahkan dia bersikap dingin kepada suaminya.
"Apa yang terjadi sama aku? Aku nggak kenapa-napa, aku sehat, aku bahagia, aku nggak kenapa-napa. Kamu maunya aku kenapa? Mat*?" tanya Aluna balik.
Brakkk.
Saga menggebrak meja di depan Aluna. Dia sama sekali tidak tahu apa yang membuat istrinya berubah seperti itu. "Kamu benar-benar berubah." gumamnya dengan kesal.
"Setiap orang pasti akan berubah. Kamu juga berubah kan?" jawab Aluna dengan santai.
"Udah ya mas, aku mau kerja. Kalau mas mau tetap disini silahkan." sebisa mungkin Aluna bersikap biasa terhadap Saga.
Saga pun tetap menunggu Aluna di kantornya. Akan tetapi, dia dicuekin Aluna karena banyak pekerjaan. Selama lebih dari satu jam dia menunggu istrinya. Saga menjadi tidak sabar. Dia segera pergi begitu saja tanpa pamit kepada Aluna.
Setelah memastikan suaminya benar-benar pergi. Barulah Aluna berhenti melanjutkan aktifitasnya. Air mata yang dia bendung sejak tadi, akhirnya pecah.
Aluna menangis sembari memegangi dadanya. Bukan ingin dia melakukan itu kepada suaminya. Tapi rasa sakit dan kecewa yang dia rasakan membuatnya harus melakukan itu semua.
Dadanya terasa begitu sesak. Hatinya benar-benar sakit. Meskipun dia belum memutuskan seperti apa ke depannya. Aluna harus memikirkan keputusannya dengan matang. Jangan hanya karena dia sedang marah dan kecewa. Walaupun jelas dia tidak bisa menerima pengkhianatan suaminya. Tapi Aluna juga harus memikirkan perasaan orang tunya, orang tua Saga juga.
Aluna mengajak Ana untuk ketemu. Hanya dengan Ana-lah, ia bisa mencurahkan semua keluh kesah, sakit hati dan kecewa yang ia rasakan.
"Ke kafe biasa ya!" katanya melalui telepon.
Setelah membasuh wajahnya. Aluna segera meninggalkan butik menuju kafe tempat ia dan Ana janjian.
Ana belum datang, jadi Aluna menunggu Ana terlebih dulu sebelum memesan makanan. Tak lama, Ana datang. Dia melambaikan tangan dari kejauhan.
"Udah lama?" tanya Ana.
"Hmm.. Dari tahun kemarin.." jawab Aluna konyol.
"Kampret.." umpat Ana sembari tersenyum.
Melihat Aluna yang mulai bisa bercanda. Ana pun merasa lega. Dari kemarin dia selalu kepikiran Aluna terus menerus.
"Ntar malam ada acara nggak?" tanya Aluna.
"Nggak, kenapa emang?"
"Hangout yuk! Aku jenuh di rumah terus." kata Aluna.
"Boleh. Ke Holland mau? Kalau mau aku reservsi table dulu." jawab Ana.
Holland adalah salah satu club malam di kota tersebut. Dulu, mereka sering pergi kesana.
"Oke..Kita party malam ini." jawab Aluna.
Dia benar-benar jenuh di rumah. Apalagi harus bertemu dengan suaminya yang membuatnya semakin kesal dan sakit hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Novi Vita
berpura-pura kuat itu menyakitkan
2023-02-05
0