Ummul, saat itu meminjam dana pada tetangga, demi menyusul keberadaan bang Ludmil. Saat itu Ummul mencari data nama Ludmil, dan ia malah menemukan teman semasa smu yang mau membantunya, mencari keberadaan Ludmil.
"Ini, hasil data pasiennya. Rencana siang lunch yuk! Udah lama juga kan?" ujar Ridwan.
"Heuuumh! Dokter Ridwan yang terhormat, memang kamu punya waktu. Bukannya, kamu itu sibuk poli anak, bumil yang periksa. Ntar nyariin loh. Pas udah makan .. Tliiuth, pak dokter dimana ..?" goda Ummul, yang saat itu teman lamanya ajak makan siang.
"Aman kali ini, bener deh." jelas Ridwan, yang merasa kagum akan kesabarannya, bahkan memperagakan dirinya saja di saat tiba tiba pasiennya datang, hanya Ummul yang bisa meledek dan menyinggung dokter Ridwan sebagai candaan, seketika berada di luar negri mendapat bantuan.
Ridwan menutup ponselnya, kali ini dari raut wajah Ummul, seolah tersirat tahu. Jika sahabatnya itu mengerutkan dahi. Lalu Ummul senyum sambil berkata.
"Ga usah ga enakan sama aku! Kamu udah berapa kali ninggalin aku di jam makan siang, udah di zaman kuliah loh. Apalagi pas kamu ketemu belahan jiwa." jelas Ridwan menyembunyikan kekecewaannya pada Ummul.
"Itu udah masa lalu Wan. Sekarang apa kamu udah dapat informasi Ludmil?"
"Belum, tapi temen sedokterku namanya Rahayu. Aku lagi tanyain nih! semoga dia tahu ya, sebab dia pernah nolong nama itu. Semoga cocok, aku doakan yang terbaik buat kamu Ummul."
"Thanks."
Maka dari itu ia tak berniat megungkapkan kekagumannya pada Ummul, isi hatinya selama ini ia batasi hanya sahabat, melihat satu kegiatan berlawanan bagi Ridwan, tidak lah mudah bagi mereka meluangkan waktu. Ridwan juga berharap jodohnya Ummul, ia mengerti akan pilihan Ummul dan selalu ada waktu untuknya adalah tepat maka memilihnya.
"Ummul, I'm sorry it's urgent. Kamu ga apa apa kan?" sedih Ridwan, yang ia sesali setiap makan siang dengan Ummul pertama kali setelah sekian lama, selalu saja banyak halangan.
"Of course! Aku rapopo, aku baik baik aja. Aku juga mau pulang, sebab kedua anak anakku sama tetanggaku. Kamu harus kenal dia, baik banget sama aku."
"Realy? baik aku pasti bakal nemuin, kami best girls. Sorry kali ini ya!"
Ridwan pun akhirnya pamit, hingga dimana Ummul ingin sekali mengungkapkan kekesalan. Maka dari itu ia memutuskan makan siang, tanpa ditemani siapapun. Apalagi berita Bang Ludmil belum ketemu juga.
Ridwan juga tampak kesal, sebenarnya ia ingin mengatakan sesuatu dan berkomitmen. Tapi di time tidak tepat, ia mengatur jadwal kosong dalam bulan setelah melihat ia benar sibuk, bahkan bulan depan ia harus terbang ke singapore untuk jadwal pemindahan tugasnya. Entah, apakah ada kesempatan Ridwan yang ingin mengatakan isi hatinya pada Ummul, jika ia katakan suaminya bersama rekan dokternya akan menikah.
Ummul pun pulang setelah di rasa, ia mendapat pesan dari Ridwan alamat Ludmil pasien yang ditanganinya saat ini. Sehingga Ummul bersiap mencari keberadaan suaminya, semoga ia baik baik saja setelah sekian lama tidak ada kabar.
Akan tetapi ditempat lain,
Pesenannya mbak dokter! Ujar pelayan.
[ Thanks ] balas Rahayu, kala jadwal pulang ia harus mengecek keadaan Ludmil di rumahnya.
Namun saat mengucap basmalah sebelum makan, ada hal tersirat ia mengingat kejadian semalam. Pikiran Rahayu terganggu di saat pasien di rumahnya apakah baik baik saja.
Semalam, pria itu berteriak histeris. Ia takut, Adit sang adik yang pulang sekolah, merasa di repotkan dengan aksi pria itu semalam. Bahkan nama saja Rahayu belum bisa panggil siapa namanya, meski aneh semalam ia merasa apakah pernah bertemu dengan pasien yang ia tolong.
'Mangkannya Rahayu! jangan sok baik. Kamu nolong orang ga inget tempat!' hatinya seolah marah padanya, karena kesibukan ia juga yang pusing di buatnya.
Rahayu segera meraih ponselnya dan memencet nomor ××××8888. Tuuuuuth! Tuuuuuth .. [ dering tersambung ]
[ Hallo dek, kamu baik baik aja? Mba pulang malem, jangan lupa seperti biasa d kunci. Catering udah tiba belum? Pastiin kamu angetin makanan, jangan lupa cabut ya listriknya! ]
[ Adit baik kak! Tapi kenapa paman plester itu kalau ditanya cuma diam, ngedip ga mau ngomong. Pasien akak itu bisu toh. ] ujar Adit, bocah polos kelas 4 sd.
[ Sabar ya Dit! Kakak sedang cari informasi. Lagi pula ingat kata eyang, membantu itu sama dengan memanusiakan manusia. Akak ga tega aja, takutnya dia di apa apain sama orang jahat. ]
[ Woh, emang ada mau apa apain cowo dewasa. Malah Adit yang ngeri toh, akak bukannya perempuan ya? yang sering jadi berita kekejaman orang jahat? ]
[ Betul juga sih. Yo wes, jangan lupa makan ya Dit! Kakak pastiin cepat pulang. Kalau ada yang tanya, jangan lupa apa yang kakak bilang! ]
Setelah mendapat jawaban dari Adit. Rahayu pun kembali menutup ponselnya. Sehingga kali itu, ia melupakan lagi mie kacangnya sudah mengembang entah dari kapan tau, keras dan di makan pun tak bersemangat. Tapi karena lapar, maka Rahayu lahap dengan perasaan bercampur aduk.
Rahayu masih ingat tatapan pasien itu, saat ia mendobrak pintu dan melihat pria itu menekan dua tangannya di atas kepalanya. Rahayu melihat saldo tabungannya untuk ia berangkat umroh dengan adiknya, tapi ia menimang untuk membiayai pengobatan scan lanjutan, pada pria yang ia diagnosa trauma dan hilang ingatan. Rahayu hanya niat membantu, meski pria itu tampan tapi ia tak berniat jatuh hati, ia yakin pria itu sedang dicari keluarganya dan sudah pasti ia sudah berkeluarga.
'Kasian, semoga saja aku cepat menemukan keluarganya! Tabunganku, maaf ya. Kali ini aku pakai kamu untuk berobat seseorang.' deru batinnya.
Sementara saat itu, Rahayu melanjutkan makan hingga selesai. Dan saat ia meraih tasnya, kala ia ingin membayar. Terlihat tali gelang yang ia ingat, itu adalah milik pria yang tinggal di rumahnya. Nyangkut di baju piyamanya, terpaksa ia benarkan dan lupa menaruh kembali gelang tali milik pria itu.
"Lucu juga ini gelangnya, Eh tunggu! Ada ukiran namanya juga. Apa ya ...?"
Ummul Khasiah.
"Oh, rupanya nama, baiklah setelah ini aku minta bantuan identitas sementara dengan nama ini siapa tahu dia ingat kalau aku bilang tentang nama gelang ini " cetus Rahayu, ia kembali bergegas tak lupa dengan pesanan Ridwan sang dokter kandungan.
Tlith! Nada Pesan.
[ Kak, dimana? Ayo cepat mulih kak! paman plester ga ada di kamar, pas aku mau anter makan siang! Maafin Adit kak! Ini bukan salah Adit karena lupa kunci gerbang lagi! ]
Rahayu yang berada di ruang umum, menitipkan makanan ke suster Lani, untuk diberikan ke dokter Ridwan. Ia juga bilang, akan pulang dua jam ke depan, dan meminta suster Lani menutup jam kerjanya di karenakan urgent!
Baik dok! Suster mengiyakan. Tapi saat Rahayu pergi dengan cepat, ia menuju loby parkiran dan menyetir mobilnya agak cepat. Saat itu juga dokter Ridwan yang baru saja selesai memeriksa ibu hamil, berniat menemui Rahayu perihal pasien yang ia tolong bernama Ludmil, lagi tapi, kembali patah karena Rahayu sudah pergi begitu saja.
"Loh, dokter Rahayu cepet banget pulang! mau kemana itu sus?"
"Eh, pak Dokter. Tadi dok Rahayu nitip ini, dia juga izin mau pulang. Dua jam kedepan, jadwal nya minta di buka lagi pukul 03.00 sore. Katanya ada urgent soal adiknya." jelas suster.
"Oh, ok. Kamu kembali aja bekerja ya!"
Dan tak lama dokter Ridwan menanyakan pada Ummul, apakah ia sudah sampai di rumah Rahayu rekan dokternya, yang Ridwan belum pasti itu benar benar Ludmil yang dicari Ummul, teman sejak sma.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments