Ludmil, terkaget menatap sekeliling berharap kedua putrinya tidak datang menyusul.
"Kamu kenapa disini Rahayu?"
"Abang lupa! perjanjian kita, selama ini Abang pulang benar benar ingkar ga kembali ke Australia?" ujar Rahayu sedikit cadel ala turis, karena ia keturunan indonesia dan australia ketika berbicara, logak bahasanya masih kental bercampur indonesia.
Rahayu mendekat dan memperlihatkan perjanjian kontrak!
"Dek pulanglah! abang sedang berduka. Lagi pula abang benar benar memutuskan kembali pada istri abang. Kedua anak abang pasti akan terkejut jika kamu ada disini."
"Karena kamu pengecut! ingat jika bukan aku, siapa yang menolongmu Bang?" celoteh Rahayu penuh kesal.
Sehingga Ludmil menoleh dan ingatan itu kembali beberapa tahun silam, awal pertemuan dirinya dengan Rahayu wanita baik ketika ia menjadi TKI.
Namaku, Rahayu sering di panggil dokter Ayu. Usiaku saat ini 30 Tahun, sebagai seorang dokter bedah termuda. Saat ini tugasku berada di sebuah pedalaman negri sebrang, tergerak rem pedal bergoyang serat. Karena terjan aspal disini, tidaklah sama seperti di ibu kota.
Sepi, udara yang amat panas, terlebih yang membuat aku kagum adalah melihat awan biru yang indah tampak begitu dekat, tidak padat seperti ibu kota biasanya. Maklum jalur udara amatlah jauh, hal ini juga membuat aku yang dinas di kota terpencil menyukai hal baru, banyak dari mereka yang membutuhkan dokter sepertinya, bahkan amat jarang dokter bedah seperti saat ini, ia mau bertugas pada rumah sakit yang tidak semewah mendapat fasilitas lainnya.
Tak terasa malam menjelang, dokter manis pun berjalan pulang, hingga jarak tiga kilo ia memutar arah, karena data pasien observasi yang menginginkan dirawat khusus meminta mengontrol setiap hari tertinggal di ruangannya. Sebelum jam masuk ia bekerja.
Sreeeeth!! Rem Mendadak.
Rahayu keluar, ia segera meraih senter, tanpa berfikir buruk seseorang itu adalah rampok, atau penipu berkedok.
"Pak, anda sedang apa disini? Oh, tangan anda dan kepala anda terluka. Mari saya antar ke rumah sakit, apa anda pasien yang bingung arah kembali. Di mana ruangan anda, anda ingat pak?"
Tanpa sepatah katapun, pria itu menggeleng kepala saja. Dokter Rahayu pun, membukakan pintu mobil dan segera melaju. Hingga beberapa menit, mereka sampai dan memanggil suster.
"Sus, tolong scan, periksa apakah pasien ini keluar dari kamar inapnya?!" ujar Rahayu, ia meraih kotak p3k. Dan perban ganti untuk luka pria itu.
"Baik dok!"
Pak! Uluran tangan anda, saya akan memeriksa anda sebentar. Luka perbannya saya ganti baru. Tapi, dari lihat baju anda sepertinya bukan baju pasien rumah sakit ini. Nama anda, siapa pak? Alamat tempat tinggal anda ..?!
Masih diam, hanya menatap sang dokter, lagi lagi tanpa sepatah katapun.
"Baiklah, panggil saya dokter Rahayu! Saya akan .."
Dok! Tidak ada data yang valid, itu artinya ...?! Ujar suster Lani, membuat dokter Rahayu terdiam.
"Baiklah, tolong bantu saya verifikasi ya! Kita buatkan data saja, saya juga bingung tapi saya menolongnya karena memanusiakan manusia." cetusnya membuat, sang suster mengangguk.
Dokter Rahayu membawa pasien pria asing itu ke ruangan bedahnya. Ia mulai scan, dan memeriksa lanjutan setelah meminta pria itu berganti pakaian lebih bersih dan wangi sabun anti kuman.
'Aneh, jadi dia mengalami trauma berat, dan ingatannya tidak baik. Darahnya banyak sekali, apa dia bekas di keroyok.' benak sang dokter.
"Baiklah, berbaringlah disini! Saya akan kembali esok pagi pukul delapan!" senyum dokter Rahayu, saat berbalik arah. Baju dinasnya di pegang oleh pria itu dengan suara serak lembut.
"Tolong saya! Saya tidak ingat siapa saya, yang jelas wajah anda tidak begitu asing. Atau saya mengira anda orang baik, saya ikut ke rumah anda boleh ya. Saya mohon! Izinkan saya tinggal, saya merasa tempat ini tidak aman." lirihnya.
"Bagaimana mungkin rumah sakit tempat saya bertugas tidak aman ... Karena, .." terdiam sang dokter kala ia lupa setelah mengecek pasien di depannya ini.
"Baiklah, siapa nama kamu? Saya akan bantu cari data keluarga atau rumahmu ..?"
Pria itu menggeleng lagi dan lagi! Dokter Rahayu masih bersabar, ia berharap dirinya tidak salah menolong orang.
"Baiklah, jika kamu ingat sesuatu. Katakan padaku! Saya akan mendengarnya. Saya akan mengizinkan anda tinggal, tapi ingat jangan membuat ulah dan keluar dari rumah tinggalku di saat aku tidak di rumah dan bekerja.
Pria itu mengangguk, dokter Rahayu yang berjalan pulang di ekor oleh pasien yang terlihat lebih bersih saat itu. Suster disana pun sedikit terkejut, ketika pasien itu tampil dengan tampan setelah di perban ulang dan berganti pakaian.
"Malam dok!" sapa suster yang masih terpana.
Dan Rahayu akhirnya tahu, siapa Ludmil ia adalah TKI yang dianggap burunan, tenaga kerja ilegal tanpa identitas lengkap resmi. Seiringnya waktu Ludmil menyadari siapa dirinya, ia mengingat siapa dirinya dan masih tersambung nomor indonesi yakni istri sahnya Ummul.
Akan tetapi Ludmil terjerat perjanjian, karena balas budi. Ia mulai bekerja di pohon apel dan mendapat identitas resmi dibantu Rahayu agar bisa pulang ke indonesia. Tetapi seiring waktu Rahayu terpikat dan Ludmil sendiri sebagai pria tidak bisa menolak, karena kebutuhan logisnya dan kesepiannya membuat Ludmil nekat saling tinggal dan hidup bersama, lagi pula kontrak dari Rahayu adalah delapan tahun ia bisa kembali ke indonesia.
Ludmil pun tidak pernah meminta mereka mempunyai anak, apalagi Rahayu sebagai dokter juga tak menginginkannya.
"Rahayu! istriku dimakamkan. Aku juga kembali karena keluargamu memintaku pergi dari kehidupan! kamu akan di jodohkan! lagi pula pria mapan lebih layak mendampingimu. Jadi sesuai perjanjian lebih baik akhiri. Aku ingin fokus pada kedua putriku dan bersalah karena istriku tidak tahu sampai di akhir kematiannya yang begitu mendadak, jika aku telah khianat! Huhuhu isak tangis Ludmil.
"Itu masalahmu! aku ingin ke rumahmu Bang Ludmil. Kenalkan aku apda kedua putrimu!"
"Rahayu, itu tidak mungkin. Akan banyak luka nantinya."
"Lantas, aku harus bagaimana. Aku di indonesia sudah satu minggu, dan berhasil bertemu denganmu. Realy! dia sudah mati, kau masih tangisi. Jadikan aku istri sahmu! aku akan buka klinik di indonesia, please!"
Ludmil merasa penat, ia pergi meninggalkan Rahayu. Sementara Rahayu, menatap sebuah buku merah yang terjatuh. Rahayu mengambilnya dan terlihat buku tulisan itu adalah Ummul.
Rahayu pertama kalinya menatap buku tulisan kisah kebenaran Ummul. Ia membawanya dan duduk di sebuah warung pepohonan di makam TPU jeruk purut.
Rahayu sendiri terkejut ketika pertama kali mendapat tulisan yang menyesakkan jiwa. Kebenaran Ummul, yang tanpa henti mendoakan suaminya disetiap langkah hidup atau mati, ia berharap dapat melihat jiwanya di negri sebrang.
'Ummul Khasiah, Bang Ludmil aku meridhoimu. Tapi satu hal yang membuat aku sesak adalah mendapati kebenarannya!'
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ramadhani Kania
appa Ummul teu y Ludmil mendua...🤔
2023-08-19
0
Mr Azusi
azusi sedih di bab ini
2023-02-10
0