Halo Readers 😁 jumpa lagi dengan karya Apa Salahku. Semoga kalian suka part ini. Jangan lupa tap jempolnya ya. 😊
Happy Reading 😊
*****
POV Melyana
Setelah kepergian Nazia, Psikologi Melyana mulai bermasalah. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya telah pergi untuk selama-lamanya. Setiap hari Melyana akan bangun di pagi hari untuk menyiapkan sarapan buat Nazia dan Erlan. Terkadang ia menangis sendiri, memeluk guling milik Nazia. Tiap malam ia akan masuk dan tidur di kamar Nazia.
Adiswa Magesta mencoba menjelaskan. Namun, Melyana selalu menolak. Baginya Nazia masih hidup.
Sarapan di pagi hari sudah menjadi tradisi semua orang, keluarga Magesta juga melakukan hal yang sama. Melyana dan Adiswa adalah pasangan yang baik hati. Mereka tak pernah malu untuk makan bersama dengan pembantu dan para pekerja lainnya.
Sebelum berangkat ke sekolah, Erlando sarapan seperti biasanya. Namun ada yang berubah, jika biasanya ia akan bertengkar dengan ibunya, kali ini ia akan diam seribu bahasa.
"Erlan, jagain adikmu ya sayang, ingat!! Jangan buat dia menangis lagi," ucap Ibu Melyana seminggu setelah kepergian Nazia.
Deg, seperti tamparan keras untuk Erlando. Mendengar kalimat itu membuat Erlando sedih. Namun, ia berusaha untuk terlihat tegar. Ia berusaha tersenyum. Sedangkan Adiswa Magesta hanya bisa diam memandangi istrinya.
"Iya Buk, Erlan janji bakal jagaia, Nazia," ucap Erlando meyakinkan ibunya. " Erlan pamit ya Buk, nanti terlambat."
Erlando menaiki sepeda motornya menuju sekolah, hampir 15 menit perjalanan ia pun sampai di sekolah tempat ia belajar.
***
Melyana membersihkan kamar Nazia. Ia menghiasinya sesuai dengan warna kesukaan Nazia. Merah, warna itulah yang Nazia sangat suka.
"Biik!!!" panggil Melyana. "Tolong ambilkan kain horder warna merah yang di dalam lemari ya," pintanya pada Bi Syam.
"Iya nyonya.!" sahut Bi Syam dari arah dapur.
"Jangan lupa, suruh Pak Adis untuk pergi belikan chat warna putih dan hitam muda,"
Bi Syam dibuat bingung oleh Melyana.
"Untuk apa chat putih dan hitam muda?" gumam Bi Syam. Karena tak ingin membuat majikannya sedih. Bik Syam pergi mengambilkan kain horden dan membawanya ke kamar Nazia. Setelah itu Bik Syam turun mencari Pak Adis.
"Pak Adis, tolong belikan chat warna putih dan warna hitam muda ya, jangan lama-lama," pintah Bik Syam.
"Untuk apa?" tanya Pak Adis.
Setahu Pak Adis warna tembok di rumah Magesta belum luntur, warnanya masih terang semua.
"Sudah, tidak perlu banyak tanya. Nanti Nyonya marah," kata Bik Syam.
Tiba-tiba Melyana datang.
"Bi Syam, sudah beritahu Pak Adis belum?" tanya Melyana.
"Sudah Nyonya," jawabnya
"Jangan lama-lama ya Pak," pinta Melyana lagi.
"Iya, Nyonya!" jawab Pak Adis.
30 Menit kemudian, Pak Adis tiba di rumah. Melyana sudah menyiapkan semua peralatan untuk semua keperluan. Para pekerja lainnya ikut serta membantu. Hampir 20 menit, kini pekerjaan mereka selesai. Mereka turun dan pergi membersihkan tubuh mereka.
****
Erlando tiba di rumah, ia di buat bingung melihat para pekerja rumah Magesta seperti orang yang sehabis lari maraton. Bagaimana tidak, Melyana tak ingin menyewa orang. Bagi Melyana, lebih indah dan memiliki kenangan apabila orang-orang tersayang yang melakukannya. Saat Erlando menaiki anak tangga, ia melihat ibunya yang menangis sesegukan. Ia pun Menghampiri ibunya.
"Buk, kenapa Ibu menangis?" tanya Erlando.
"Coba kamu lihat kamar ini, kini tak memiliki penghuni lagi. Nazia telah pergi meninggalkan Ibu,"
Seketika tangisnya semakin menjadi-jadi. Erlando mencoba menenangkan ibunya. Ia mengajak ibunya untuk Jalan-jalan. Saat di lampu merah Melyana melihat sosok yang mirip Nazia. Melyana turun mengahampiri wanita itu, saat hendak menyebrangi jalan ia tak melihat kebelakang.
Bruukkkk....
Melyana terlempar jauh. Erlando melihat ke sampingnya sudah tak ada ibunya. Ia bergegas keluar dari mobil. Terlihat kerumunan tak jauh dari mobilnya, Erlando menghampiri kerumunan dan betapa terkejutnya dia saat melihat ibunya telah berlumuran darah.
"Ibuuuuu bangun, Buk. hiks, hiks. Ibu bangun Buk." Erlando menangis, berteriak memanggil ibunya. Orang-orang kini berdatangan menghampiri tempat kerumunan.
"Tolong panggil abulance! Aku mohon tolong panggil ambulance!" pintah Erlando pada orang-orang.
Rumah Sakit Magesta
"Dokter! Dokter!" teriak Erlando saat tiba di rumah sakit.
"Tolong selamatkan ibuku, Dok," Pintanya dengan tangis yang tak dapat dibendung lagi.
Erlando menghubungi Ayahnya. Namun, Nomornya tidak aktif. Erlando mencoba menghubungi kantor milik Keluarganya.
"Halo, dengan siapa ini? Ada yang bisa kami bantu?"
"Tolong sambungkan teleponnya dengan ayahku, Adiswa Magesta," pintah sekaligus perintah Erlando.
Telepon terhubung dengan Adiswa.
"Halo, Ayah. Cepat Ke rumah sakit ayah. Ibu kecelakaan," ucap Erlando dengan tangis.
Adiswa merasa lemas, kini hatinya hancur berkeping-keping. Anak yang di sayanginya telah pergi, dan sekarang musibah menimpah istri tercintanya. Adiswa mencoba untuk tetap semangat, jika ia runtuh dan patah semangat, lalu bagaimana dengan keluarga kecilnya. Adiswa segera keluar dari ruangannya.
"Tolong batalkan rapat sebentar, aku ada urusan mendadak!" perintah Adiswa pada asistennya
"Iya pak,"
Adiswa pergi menuju lift pribadinya. Saat di tempat parkir, ia melangkah dengan cepat. menaiki mobil putihnya.
Hampir 30 menit perjalanan, kini Adiswa telah sampai di rumah sakit. Dilihat anak semata wayangnya kini duduk dengan pandangan kosong.
"Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Adiswa.
"Aku belum tahu, Ayah. Dokter belum keluar," jawabnya dengan suara serak.
Dokter keluar dari dalam ruangan, Erlando dan Adiswa menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana keadaan Istri saya Dok?" tanya Adiswa.
"Ibu Melyana belum sadarkan diri."
Erlando kini diam, ia tak tahu harus berbuat apa. karenanya Nazia meninggal, karena ia juga ibunya kecelakaan.
****
3 bulan kemudian
Sudah 3 bulan Melyana di rawat. Namun belum ada kemajuan sedikit pun. Adiswa fokus menjaga Melyana. Sedangkan Erlando kini mengambil alih perusahaan Magesta. Tak ada pilihan lain. Erlando harus mengambil alih demi perusahaan ayahnya. Sekalipun ia masih SMA, ia harus tetap berusaha untuk membantu ayahnya.
Melyana sempat di bawah ke Luar Negri untuk mendapatkan perawatan Khusus. Akan tetapi, hasilnya tidak ada. Hal itu membuat Erlando dan Adiswa sempat putus asa.
Saat memasuki bulan ke 4. Melyana sempat siuman. Namun, hanya sebentar saja. Melyana dinyatakan koma oleh Dokter. Erlando yang mendengar itu membuatnya ingin melanjutkan sekolahnya di Perguruan Tinggi Kedokteran. Ia ingin membantu sekaligus menyembuhkan orang lain.
Jika pagi Erlando ke sekolah, maka sepulang Sekolah ia akan ke perusahaan. Itulah rutinitasnya selama ia masih SMA dan selama ia masih menggantikan ayahnya di perusahaan.
.
.
.
.
Bersambung..
Jangan lupa like, Vote, dan Ratenya kaka 😊😁
Mohon kritik dan Sarannya 😊
Dan jangan lupa bagikan karyaku jika bagus menurut kalian 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lnjut.. lanjut..
2020-09-13
1
Sept September
jempolllluntukmu
2020-09-11
1
Sept September
jpol lg
2020-09-11
1