Selesai mengajakku berbelanja, Ayah membawaku ke sebuah sekolah yang nantinya akan menjadi sekolahku yang baru. Ayah masuk ke ruangan krpala sekolah, dan Aku diam menunggu di motor.
Sepulang dari sekolah baru, Ayah membawa Aku pulang ke rumah Uwa Haji, Kakak pertama Ayah.
Sedatangnya Aku dan Ayah di rumah, semua keluarga Ayah berhambur memelukku. Mereka bergiliran memangku Aku, dan menawarkan Aku segala hal.
Ku lihat beberapa anggota keluarga juga tampak berbincang dengan Ayah, dan tampak memberi dukungan.
Ayah hanya menganggukkan kepala, tanpa banyak bicara.
Saat itu Aku mulai teringat pada Nenek, Aku meminta Ayah untuk memberitahu Nenek bahwa Aku akan menginap bersama Ayah malam itu. Ayah menuruti, dan Ku lihat Beliau pergi menggunakan sepeda motornya.
Aku mengedarkan pandanganku, tak ada satupun barang yang dulu ada di rumahku.
"Barang-barang yang dulu di rumah di simpan dimana, ya?" Aku bertanya-tanya dalam hati.
Malam hari, Aku merasakan suasana yang asing. Tak ada Nenek, tak ada Kakek. Aku tidur bersama Kakak pertama Ayahku, saat itu Aku masih menggunakan seragam sekolahku.
Terdengar suara motor Ayah, Aku bergegas turun dari tempat tidur untuk menemui Ayah. Ku lihat Beliau membawa sebuah kantung keresek, dan ternyata di dalamnya adalah beberapa pasang baju untukku.
"Nana ganti baju dulu, ya! Ayah udah beliin buat Nana," pinta Ayah.
Aku mengangguk, dan segera Aku berlari menuju kamar untuk berganti pakaian.
Selesai ganti baju, Ayah menemuiku dan mengajakku berbicara.
"Nana, besok Ayah harus kerja. Nana sekolah di antar Uwa Haji, gak apa-apa?" Tanya Ayah.
Aku sempat terdiam, mengingat besok Aku akan bersekolah di sekolah yang baru.
Malam itu Aku mencoba untuk memejamkan mata, namun Aku tak kunjung terlelap. Aku terus mengingat Nenek dan Kakek, baru kali ini Aku tidur tidak bersama Mereka.
Perasaanku malam itu sangat gelisah, rasanya Aku ingin menangis sejadinya. Kalian tahu? Bagaimana sesaknya menahan tangis agar tak bersuara? Aku menutup wajahku dengan bantal, membelakangi Uwa yang malam itu menemaniku tidur.
Tanpa Ku sadari, Aku terlelap dalam tangisku. Ketika mataku terbuka, ternyata pagi telah menyapa.
Aku bangkit dari tempat tidur, dan mendapati Uwa yang sudah tak berada di sampingku.
Aku turun dari tempat tidur, dan berjalan mencari Uwa.
Ku dengar suara piring gelas yang beradu, suara itu berasal dari dalam dapur.
"Wa," sapaku.
Uwa menoleh, "eh, udah bangun. Hayu mandi, Uwa udah nyiapin air hangat buat mandi, kan mau sekolah." Uwa membujuk.
Aku mengangguk, lalu Aku mengedarkan pandanganku.
"Ayah kemana, Wa?" Tanyaku.
Uwa mengelap tangannya, Ia baru saja selesai mencuci piring.
"Ayah udah berangkat kerja lagi, nanti juga pulang. Nana sama Uwa dulu di sini ya," ujar Wa Haji.
Aku merasa sangat kecewa, kenapa Ayah pergi tanpa menemuiku lebih dulu.
"Kenapa perginya gak bilang dulu," ucapku.
Uwa mencoba memberi pengertian padaku, Ia mendudukkan Aku di pangkuannya sembari membantu membuka bajuku.
"Ayah berangkatnya tadi subuh, Nana masih tidur. Ayah gak tega mau bangunin, tapi Ayah izin kok sama Nana pas Nana tidur. Kata Ayah nanti pulangnya Ayah bawain oleh-oleh buat Nana," ujar Wa Haji.
Aku mencoba untuk menerima penjelasan dari Uwa, walaupun sejujurnya hatiku masih merasa kecewa.
Aku masuk ke dalam kamar mandi, dan segera membersihkan tubuhku.
Selesai mengenakan seragam sekolah, perasaanku kembali gelisah.
Aku memikirkan bagaimana nanti di sekolah baru, apa gurunya baik? Apa teman-temannya juga baik? Aku begitu takut saat itu, namun Aku tak dapat mengungkapkan apa yang ku rasakan.
Aku dan Wa Haji berangkat ke sekolah, Kami berjalan kaki menyusuri jalanan kecil yang melewati hamparan pesawahan luas. Jarak dari rumah ke sekolah baruku tak jauh, maka dari itu Kami menempuhnya dengan berjalan kaki.
Sesampainya di sekolah baru, Uwa langsung mengantarkanku ke kelas. Bersama seorang guru yang belum Ku kenal, Aku di perkenalkan pada teman-temanku yang baru.
Aku mengulum senyum, lalu Aku di antar untuk duduk di bangku kedua terakhir di ujung dekat jendela kelas.
Ku lihat teman sebangkuku, Dia sangatlah cantik dengan kulit putih dan rambut yang panjang.
Ku lihat lagi dua anak perempuan yang duduk di depanku, Mereka juga tampak cantik dengan rambut di ikat dua.
Aku mulai mengikuti pelajaran, Aku belum sempat berkenalan dengan teman sebangkuku.
Saat jam istirahat tiba, teman sebangkuku mulai menyapa.
"Hey. Namanya siapa?" Tanyanya.
"Aku, Nana. Kamu?" Tanyaku dengan sedikit malu.
"Aku Deta," Jawabnya.
Aku mengangguk, dan menebar senyum.
Dua orang di depanku ikut menoleh, Mereka juga ikut menyapaku.
"Hey, kenalin. Aku Ririn, Dia Sintia. Kamu pindahan dari mana?" Tanya murid bernama Ririn.
"Dari SD Cipatik 2," jawabku seadanya.
"Oh. Eh Kamu kenapa seragamnya kusut gitu, emang gak punya seragam lain?" Tanya Sintia yang memperhatikan penampilanku.
Belum sempat menjawab, Ririn kembali melontarkan pertanyaan.
"Rambut Kamu juga gak di ikat kayak Kita, kenapa? Mamah Kamu gak bisa ikatin rambut, ya? Kamu gak pakai bedak juga, terus gak wangi juga."
Aku hanya terdiam, rasanya Aku ingin menangis saat itu, namun sekuat tenaga Aku menahan agar air mataku tak jatuh.
"Lihat deh, Aku cantik, kan? Cantikan mna Aku sama Deta?" Tanya Ririn.
Aku menatap keduanya secara bergantian, "cantik dua-duanya," jawabku dengan nada rendah.
"Ih pilih satu dong, cantikan Aku atau Deta?" Tanya Ririn lagi.
Dengan hati-hati, Aku menjawab.
"Deta."
Deta menoleh ke arahku, lalu Dia hanya tersenyum mendengar jawabanku.
"Ih Kamu mah. Ya udah gak apa-apa, yang penting Aku sama Kamu cantikan Aku pastinya. Kamu kulitnya hitam, kalau Aku putih."
Aku menunduk, Aku berharap hari itu waktu berjalan dengan cepat. Aku ingin segera pulang ke rumah.
Saat jam pulang sekolah, Aku terkejut ketika mendapati Nenek juga Kakek yang sudah menungguku di depan kelas.
Aku langsung berlari menemui Mereka, dan memeluk keduanya dengan erat.
"Mamah, Bapak," teriakku.
"Nana. Ya Allah, cucuku. Nana kenapa gal pulang ke rumah, kenapa pindah sekolah?" Nenekku menangis karena ternyata Ayah tak memberitahu Nenek juga Kakek terkait kepindahanku.
Nenek menemui Uwa yang saat itu juga menungguku, Nenek meminta izin untuk membawaku pulang dan Uwa juga mengizinkan.
Sebelum pulang, Nenek juga sempat menemui kepala sekolah terlebih dulu.
"Bu, mohon maaf. Saya Neneknya Nana, murid baru pindahan dari Cipatik. Saya bermaksud untuk memindahkan lagi cucu Saya ke sekolahnya yang lama," ujar Nenek.
"Loh kenapa pindah lagi, Bu?" Tanya Bu Kepala Sekolah.
"Iya, soalnya anaknya di pindahin ke sinu sama Ayahnya. Ayahnya gak bilang dulu sama Kita," jawab Nenek.
"Oh gitu, ya udah boleh, Bu. Kebetulan juga orang tuanya belum menyelesaikan administrasi," sabut Bu Kepala sekolah.
Nenek merasa lega, setelah itu Beliau berpamitan dan Aku di bawa kembali pulang oleh Nenek juga Kakek.
Hal yang jika Ku ingat saat ini, membuatku mengelus dada. Aku harus berpindah-pindah sekolah, itu juga di sebabkan oleh keegoisan orang-orang dewasa di sekitarku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Esther Lestari
kasihan Nana...
2024-11-29
0