Dan akhirnya mereka pun duduk di sebuah meja bar. Berhadapan dengan seseorang yang sedang sibuk mencampur minumaan untuk para pelanggan. Suasana yang begitu bising oleh dentuman musik membuat jantung Reka ikut bergemuruh tak karuan. Apalagi banyak pasangan yang memamerkan kemesraan, Reka risih. Bahkan ada beberapa pria yang bermain mata padanya. Situasi yang benar-benar canggung. Reka ingin pergi dari sana, namun Rania malah asik menikmati musik yang begitu memekakkan telinga.
"Ini Nona." Seorang bartander mendorong segelas minuman yang ada aksesoris seperti payung kecil pada Rania.
"Waah, ini yang namanya koktail?" Takjub, Rania memutar-mutar gelas kecil itu dengan bola mata berbinar. Tak pernah terbayangkan olehnya. Dia akan merasakan minuman beralkohol itu. Minuman yang biasa hanya dapat ia dengar tanpa melihat atau menyentuhnya.
Menahan tawa, pria yang berpakaian rapi itu hanya tersenyum heran, lalu kembali meracik minuman untuk pelangggan lainnya
"Kamu gak minum, Ka?" tawar Rania yang bicaranya dengan nada teriak. Karena memang dentuman musik R&B terdengar begitu keras.
Reka mengelengkan kepala. Ia tidak ingin menyentuh minuman beralkohol.
Tak nyaman. Di sana Reka merasa paling aneh seantero kelab. Ia seperti alien di tengah ramainya pengunjung. Maklum saja, pakaian yang ia kenakan begitu berbeda dengan yang lainnya, bahkan Rania. Semua wanita menggunakan rok yang terlihat begitu pendek, bahkan celana dalam mereka hampir kelihatan. Sedangkan Reka, dia adalah satu-satunya gadis yang menggunakan celana jeans panjang dan hoodie polos berwarna coklat tua.
Tanpa Reka dan Rania sadari, sepasang mata memandang lekat pada mereka. Ya, dia adalah Irwan. Ia bersama dengan temannya yang bernama Chandra, seorang pewaris salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang otomotif bernama Big Group.
"Eh, lu liat apaan, sih? Serius amat," tanya Chandra, mengembuskan asap rokok dari mulutnya. Membentuk huruf O dari kumpulan asap itu.
Irwan tidak menjawab, dia hanya menunjuk Reka dengan kedua jarinya yang sedang mengapit sebatang rokok. "Aku mau gadis itu." Berucap dengan tatapan berkabut hasrat.
"Wahh gila! Gadis baik-baik itu. Masa mau di embat juga, kasian. Di sini banyak perempuan yang rela tidur ama lu. Tinggal lu tunjuk, mereka akan senang hati ng*ngkang depan elu," ujar Chandra yang lagi-lagi dibuat heran akan sikap playboy temannya itu.
Menggeleng cepat, menampik perkataan sahabatnya itu. Irwan begitu menginginkan Reka yang sudah terlanjur menarik minatnya. "Gak, Chan. Kalo dia gadis baik-baik. Dia gak bakalan mau masuk ke sini. Aku yakin itu cuma trik dia untuk dapet pelanggan." Irwan matikan api rokok dan menghabiskan wine yang ada di gelasnya. "Malam ini gue buktiin, kalo tu cewe emang udah gak perawan," lanjut Irwan, menarik sebelah ujung bibirnya.
"Eling, Bro. Gak malu apa dengan jas kebanggaanmu itu," sindir Chandra tentang profesi dokter yang Irwan sandang.
"Eh, elo jangan ngingetin gue. Pekerjaan dan perilaku itu dua hal yang berbeda. Elu ama ati elu aja sering gak sejalan, 'kan?" Irwan berdecih, melemparkan kotak rokok hingga mengenai kepala Chandra.
"Kalo lagi pake jas, ya gue harus ikutin sumpah. Nah, kalo lagi bebas kaya gini, ya ... suka hati gue dong. Tubuh-tubuh gue ini," elak Irwan dengan nada sedikit tinggi. "Cepet lo urus temennya!" lanjutnya.
Chandra pun melaksanakan apa yang di perintahkan Irwan. Karena ia cukup tertarik dengan Rania yang berparas cantik. Apalagi dengan rok selutut dan atasan yang kerahnya sedikit terbuka. Membuat naluri kelelakiannya meronta.
"Hai cantik, dari pada joget di sini, mending kita joget di sana," ajak Chandra, menunjuk lantai dansa yang telah dipenuhi oleh pengunjung yang sedang berjoget ria.
Rania yang memang niatan awalnya datang ke kelab malam adalah untuk bersenang-senang, tentu saja setuju dengan ajakan Chandra yang terlihat lumayan tampan dan kaya. Tanpa ragu, Rania turun mengikuti langkah pria yang baru saja dikenalnya.
Sementara Reka, ia duduk sendirian, mengawasi Rania dari kejauhan.
"Hai, aku Irwan," sapa Irwan. Ia duduk di sebelah Reka, mencoba mendekati Reka dengan cara halus.
Reka tersenyum canggung, kembali mengawasi temannya yang sedang loncat-loncat di lantai dansa. Reka embuskan napasnya. Ia begitu mengantuk dan letih. Nemun, Rania seperti mempunya tenaga super yang tidak kelihatan lelah sama sekali.
Irwan yang merasa diabaikan tentu saja tidak terima. Ia yang biasa mengabaikan wanita kini malah ia yang diabaikan oleh Reka. Sialan! Dia jual mahal rupanya. Irwan membatin dengan menahan geram. Menggenggam gelas kecil di tangan dengan kuat, menekan kemarahan agar tidak mencuat. "Kamu gak minum." Irwan kembali membuka obrolan pada gadis incarannya.
"Gak, aku gak boleh minum alkohol," jawab Reka, posisinya masih membelakangi Irwan.
"Di sini ada jual jus, kok. Apa kamu juga gak boleh minum itu?" tanya Irwan yang sudah memiliki niatan jahat di dalam kepalanya.
Reka terdiam. Ia benar-benar tidak tau kalau di sana juga menjual minuman tanpa alkohol. Terbujuk, Reka pun memesan jus jeruk untuk tenggorokannya yang sudah mulai terasa mengering. Dan tanpa Reka sadari, Irwan memasukkan sebuah pil kecil ke dalam gelasnya. Tidak berapa lama kemudian, obat itu bereaksi. Reka mendadak merasakan kantuk yang luar biasa. Ia berusaha turun dari kursi dan berencana mendekati Rania. Namun sayang, dalam hitungan detik, pandangan Reka mulai buram, tak lama kemudian gelap dan akhirnya tak sadarkan diri. Dan sialnya Reka jatuh tepat di tubuh Irwan.
Akhirnya, akan aku buktikan bahwa kamu tidak sepolos penampilanmu, batin Irwan dan kembali terukir senyum licik di wajahnya.
Hotel.
Irwan berhasil membawa tubuh Reka masuk ke dalam kamar hotel. Dirinya yang sering berolahraga begitu mudah menggendong tubuh kurus Reka tanpa harus mengeluarkan tenaga yang berlebih. Inilah gunanya fitnes. Irwan membatin, memandangi wajah cantik Reka dan tersenyum miring. Kita akan berpesta malam ini, sayang. Jadi untuk sementara, aku biarkan kamu tidur lebih dulu.
Dengan perlahan, Irwan baringkan tubuh gadis itu di ranjang, melucuti pakaiannya hingga hanya menyisakan underw**ear yang berwarna merah menyala. Ia padangi seluruh tubuh mulus Reka. Menatapnya dengan tatapan mesum. Bola matanya yang liar tak berkedip sama sekali. Ingin cepat menikmati kulit tubuh yang seputih susu itu. Apalagi dua bukit sintal Reka yang begitu menggoda. Ah, sungguh. Libido Irwan sudah naik ke ubun-ubun.
"Kamu begitu menggairahkan," gumam Irwan, berbaring di sebelah tubuh Reka dengan posisi siku menopang kepala. Ia singkap rambut hitam gadis itu dan menghirup aromanya. "Harum," ucapnya pelan namun mampu membuat Reka terbangun dari tidur sesaatnya.
Reka kerjapkan matanya, heran memandang plafon dan melihat kesekeliling. Dan betapa terkejutnya Reka ketika mengetahui ada seorang pria berte*anjang dada tepat di sebelahnya. "Siapa Anda!" teriak Reka seraya membenarkan posisinya.
Reka semakin kacau ketika mendapati tubuhnya tidak menggunakan baju sama sekali. Mendadak pikirannya langsung blank, dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori. Reka beranjak dari kasur dan menyelimuti tubuh. Ia menjauhi Irwan. Tapi Irwan perlahan mendekatinya dengan tatapan yang seakan siap untuk menerkam. "Mau ke mana?"
"Tolong, Tuan. Tolong jangan lakukan ini ...." Memohon, menatap nanar mata Irwan. Ia berharap belas kasih dari orang yang hendak bertindak jahat kepadanya.
Namun, bukannya kasihan Irwan malah menerkam tubuh Reka yang hendak berlari ke arah pintu. Ia peluk kuat tubuh Reka dari belakang.
"Kamu mau ke mana, Sayang ...."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Nova Lasari
dasar laki" lucnut
2022-03-15
0
Amaliyah Sasiamara
sampe deg2an bacanya
2021-05-19
0
Firdauspupung
punya temen ga ada ahlak ngajak ketempat ga bener bukan temen itu namanya 😡
2021-05-08
0