Di kamar pasien, Evan berbicara panjang lebar dengan Arya . fanie merasa setengah senang dan setengah khawatir.
Arya terus mendengarkan perkataan kakaknya dengan serius, memberikan respon dari waktu ke waktu, bahkan fanie melihat arya diam-diam mematikan beberapa panggilan telepon.
Bagi orang seperti mereka, satu panggilan telepon merupakan uang dalam jumlah yang besar. Dan Arya malah mematikan telepon agar bisa mendengarkan perkataan kakaknya dengan serius. fanie berpikir, sepertinya si arya putra ini tidak terlalu buruk .
Ditemani mengobrol oleh Arya dan fanie, evan perlahan tertidur . fanie menarik selimut evan dengan hati-hati, lalu memberikan isyarat agar Arya ikut keluar bersamanya.
"Terima kasih atas hal yang kamu lakukan barusan.” fanie menatap Arya dengan tulus, dan rasa terima kasih memenuhi sorot matanya. “Tanpa kamu, aku mungkin akan kesulitan menjelaskan dari mana asal uang itu kepada kakakku.”
"Tidak apa-apa."
"Oh."
"Pulanglah bersamaku."
"Ah? Apa?" fanie dikejutkan oleh perkataan arya yang mendadak, "Apa katamu?"
"Aku bilang, kamu ikut pulang kerumahku, jangan berpikiran yang bukan-bukan, sekarang kamu adalah istri kontrakku , tentu saja kamu harus pulang bersamaku."
Jelas-jelas seharusnya itu adalah pengulangan kata yang lembut, tetapi saat arya mengucapkannya malah terkesan tidak sabaran.
kayaknya si arya putra ini tidak suka bertele-tele, oleh karena itu fanie bergegas mengikuti langkah kaki Arya dengan patuh.
Setelah mengemudi hampir setengah jam, akhirnya mereka tiba di tempat tinggal fanie. Setelah melewati gang gang sempit akhirnya mereka tiba di sebuah rumah berlantai satu yang simpel dan sederhana, fanie mengeluarkan kunci dan membuka pintu.
Arya mengerutkan kening, alisnya sedikit bergerak. Dia belum pernah melihat tempat seperti ini. Meskipun orang tuanya sudah tidak ada, tapi dia memiliki harta yang berlimpah dan tidak pernah menjalani kehidupan yang sulit.
Arya mengalihkan pandangannya, ketika dia melihat penghargaan besar dan kecil yang digantung di dinding dan tumpukan sertifikat penghargaan di atas meja, kerutan di dahinya berkurang. Arya Putra adaah orang yang selalu hebat dalam segala hal tentu saja, pasangannya juga harus hebat juga, jika tidak akan sulit memberikan gen yang baik kepada anaknya.
Barang bawaan fanie tidak banyak, satu koper sudah cukup untuk memuat semua barang bawaannya, dan itu saja masih kosong. Arya mengangkat alisnya, bukankah kopernya terlalu kecil, Barang-barangnya bahkan beberapa kali lipat lebih banyak dari punyanya. Dalam hati Arya berpikir nanti dia harus mengajaknya keluar untuk membeli pakaian, sebagai pasangan Arya mana boleh dia selusuh ini?
Di dalam mobil, masing-masing dari mereka hanyut ke dalam pikiran masing-masing, perlahan-lahan mobil yang sedang melaju tiba di villa tempat Arya tinggal. Villa Arya Putra berada di pinggiran kota, jika dilihat dari jauh tempat ini penuh dengan rerumputan yang hijau, yang di tengah-tengahnya ada sebuah vila.
"Turun."
Pintu mobil dibuka. Begitu Arya turun, dari dalam vila seorang bibi keluar untuk menyambut, dia melihat fanie yang berjalan di belakang Arya , dengan sorot mata yang sedikit aneh, tetapi dia sangat senang, dan bergegas mengambil koper dari tangan fanie : "Non, bagaimana saya harus memanggil anda."
“Bibi, namaku fanie , bibi panggil saja aku fanie .” fanie menjawab pertanyaannya sambil tersenyum dan bergegas menolak saat melihat Bibi Leni ingin membantu membawakan kopernya.
Gadis ini benar-benar tahu sopan santun, begitu mendengar jawabannya Bibi Leni semakin merasa bahagia, harus tahu, Arya tidak pernah membawa wanita pulang ke rumah, dia bahkan tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Kelihatannya si aden benar-benar sangat menyukainya, mungkin, kelak dia akan menjadi Nyonya Muda di keluarga ini.
"Bibi Leni , aku pergi ke ruang kerja dulu. Kamu bantu dia urus barang bawaannya, setelah makan malam siap di masak panggil aku."
Arya merasa sedikit cemburu saat melihat Bibi Leni dan fanie berbincang-bincang dengan sangat senang. Dia melirik fanie sebentar, setelah berpesan kepada Bibi Lebi dia pun naik ke atas.
“Baik, Den.. .” Bibi Leni menjawab, setelah melihat arya ke atas, dia tersenyum, lalu berbalik dan berbicara kepada fanie lagi, “Sejak kecil den arya kami anti sosial, dia selalu sendiri, jadi dia memiliki kepribadian yang suka menyendiri. sebenarnya, hatinya sangat baik. "
"Benarkah?"
fanie melihat ke atas, Arya memang sangat dingin, dan wajahnya selalu kaku, seolah-olah ada yang berutang miliyaran rupiah kepadanya. Tapi, dia benar-benar berhutang uang kepadanya. Dia harus tinggal di sini sampai dia bisa melunasi hutangnya, yaitu dengan melahirkan seorang putra untuknya .
“Benar, fanie .” Bibi Leni mengeluarkan segenggam sayuran, dia berbicara kepada fanie sambil memetik sayuran, “fanie , kelak setelah kamu tinggal di sini, kamu harus banyak perhatian kepada den arya, kamu adalah wanita pertama yang dia bawa pulang, tuan muda pasti sangat menyukaimu. "
Perhatian kepadanya? Dia sangat dingin, apakah dia akan menerima perhatianku ? Tentu saja tidak. Dia mana suka kepadaku , dia membawaku pulang karena kami memiliki kontrak. fanie membantu Bibi Leni memetik sayur sambil memikirkannya di dalam hati .
"Aduh, fanie, kamu jangan melakukan semua ini. Kuku anak gadis sangat berharga, jika kamu melakukan semua ini kukumu akan menjadi jelek."
Melihat ekspresi wajah Bibi Leni yang kaget, fanie tidak bisa menahan diri untuk tertawa, berharga apanya? dia berkata sambil tertawa, "Bibi Leni , tenang saja, di rumah aku juga selalu mengerjakan semua ini."
"Baik baik." Bibi Leni semakin puas dengan fanie . Anak gadis sekarang semuanya manja, sangat jarang ada yang mau membantu pekerjaan rumah. "Kalau begitu kamu petik sayuran disini? Aku akan pergi memasak terong saus bawang kesukaan den arya." . "
fanie tersenyum, dan membiarkan Bibi Leni pergi ke dapur, dan dia fokus memetik sayurannya. Tiba-tiba, dari dapur terdengar suara Bibi Leni.
"Ada apa? Bi ."
"Tanganku tersayat pisau dan tidak berhenti berdarah. Sepertinya aku harus pulang untuk membalut lukaku, dan aku tidak bisa memasak untuk den arya. Kamu beri tahu den arya untuk memanggil pekerja paruh waktu."
Ternyata Bibi Leni tidak tinggal di sini, itu artinya di vila yang sebesar ini hanya ditinggali oleh arya sendirian, dia pasti sangat kesepian. fanie melihat darah Bibi Leni yang berada di atas lantai, setelah membersihkannya, dia melihat ikan di atas talenan, setelah berpikir, dia mulai memasak.
Bagaimanapun, ini adalah balasan karena dia tinggal di rumahnya. Jika memanggil pekerja paruh waktu juga harus mengeluarkan uang kan! fanie benar-benar melupakan fakta Arya Putra adalah orang kaya, di langsung menganggap dirinya sebagai nyonya rumah, dan menyalakan mode penghemat uang.
Ah, Arya merenggangkan wajahnya dan mengurangi matanya yang kelelahan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan, dan dia sudah tertidur selama beberapa jam, sepertinya dia terlalu mengantuk, sehingga dia tertidur saat sedang bekerja.
Krucuk krucuk , arya menyentuh perutnya, yang sudah lapar. Sejak tadi malam, dia belum makan sama sekali. arya berdiri, saat dia turun kebawah dia melihat: fanie sedang berlutut di lantai dan sedang mengepel lantai dengan kain.
Kenapa dia mengepel sambil berlutut di lantai, ekspresi wajah Arya langsung berubah menjadi tidak senang, apakah dia tidak tahu untuk memperhatikan penampilannya? Dia harus tahu dia adalah wanitaku sekarang .
arya membungkuk, dan melihat fanie sambil menanyakan pertanyaan yang jelas-jelas sudah dia ketahui jawabannya, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Melihat Arya mengerutkan dahi sambil melihat dirinya, dalam hati fanie berpikir, ada apa lagi dengannya? Jadi dia bertanya balik kepadanya dengan bingung, "Apa lagi yang bisa aku lakukan? Mengepel lantai."
Melihat fanie menganggap yang sedang dia lakukan adalah hal yang wajar, kelihatamnya dia sangat bersedia. Arya semakin tidak bisa memahaminya. Dia langsung pergi ke dapur untuk memanggil Bibi Leni.
"Jangan panggil lagi, Bibi Leni sudah pulang, tangannya terluka, dia berpesan kepadaku untuk memberitahukannya kepadamu. Tadi, aku lihat kamu sedang tidur, jadi aku tidak memanggilmu."
“Hmm.” Arya berjalan ke meja makan, begitu melihat terong saus bawang di atas meja nafsu makannya langsung bertambah, dia mengambil terong itu dengan sumpit dan memakannya. “Kenapa rasanya berbeda?”
"Ada apa? Makanan buatanku tidak cocok dengan lidahmu?"
Melihat Arya mengerutkan dahinya , fanie takut masakannya tidak enak. Meskipun kakak laki-lakinya memuji masakannya enak, tapi bagaimana jika Arya tidak menyukainya?
“Kamu yang memasaknya?” dahi Arya yang sudah tidak mengerut kembali mengerut, dia memakan beberapa suap nasi, lalu menatap wajah fanie , “Kelak jangan lakukan hal semacam ini lagi, panggil pekerja paruh waktu saja.”
"Tapi, memanggil pekerja paruh waktu sangat mahal." Suara fanie sangat pelan seperti suara nyamuk, semakin lama suaranya menjadi semakin pelan. "Lebih baik kamu memberikan uangnya kepadaku dan biarkan aku yang melakukannya."
Apa yang diinginkan wanita ini? Apakah arya tidak punya uang dan tidak mampu mempekerjakan pekerja paruh waktu, sehingga dia harus melakukan semua ini? Arya langsung melemparkan sumpit ke lantai, dan berkata dengan tegas: "Kamu hanya perlu melayaniku di tempat tidur, berapa banyak uang yang kamu inginkan, aku akan memberikannya kepadamu."
Apakah dia sedang menghinanya? Mengingatkan dia hanyalah mainannya di atas ranjang. Apa bedanya dia dengan para pelacur itu? Bedanya pelacur melayani banyak pria dan dia hanya melayani arya saja, apakah dia budak sexnya? fanie diam-diam meneteskan air matanya, dia takut dia akan membuat Arya marah jika dia menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Arya Putra
Semangat
2023-02-13
1