“Sangat bagus, bagus.” Arya Putra bertepuk tangan, dan dia sangat menghargai sikap fanie bisa diajak kerja sama, “Ini merupakan hal yang baik untukmu dan untukku, dan aku tidak akan pernah dikatai impoten lagi. "
fanie merasa ada garis hitam yang tak terhitung jumlahnya jatuh diatas kepalanya. Setelah pertempuran tadi malam, fanie tidak percaya dia impoten. Apakah orang yang impoten bisa bertahan selama itu? Dia hanya tahu sekujur tubuhnya kesakitan.
"Kapan kamu akan memberikan uang itu kepadaku?"
“Tunggu sebentar.” Arya menatap fanie dalam-dalam. Dia paham saat ini fanie sedang membutuhkan uang, oleh karena itu dia mengambil ponsel di samping tempat tidur dan menelepon asistennya.” Halo antarkan 250 juta rupiah ke Hotel Bunglon. Dengan, cepat. "
"Baik baik."
Asisten yang berada di balik telepon gemetar karena ketakutan, tetapi dia tetap menjawab dengan patuh dan segera mempersiapkan 250 juta rupiah . Yang benar saja, dia tidak ingin di pecat. Meskipun Arya Putra memiliki temperamen yang dingin, tapi Arya memberikan gaji yang tinggi.
Jika mengesampingkan soal gaji, jika dia tidak bertindak sesuai perintah Arya, dan membuatnya marah lalu dipecat, dengan satu kata dari Arya Putra, dia tidak akan bisa berkarir di dunia bisnis perhiasan lagi.
Sesaat, suasana di dalam kamar menjadi hening. Arya dan fanie tidak saling berbicara, meraka berdua sangat canggung. Dalam hati Arya memarahi asistennya kenapa dia masih belum datang, bahkan fanie juga marah kenapa asisten Si arya ini lambat sekali.
Asisten yang malang itu, membawa koper kecil berisikan 250 juta rupiah, lalu dia mengendarai mobilnya dengan kencang di jalan raya sambil bersin-bersin dari waktu ke waktu. Yang benar saja, Arya baru saja meneleponnya, bagaimana mungkin dia bisa sampai secepat itu.
Beberapa menit sudah berlalu. Ada yang menekan bel di luar pintu, fanie mengira yang datang adalah petugas bersih-bersih, jadi dia menawarkan diri untuk membukakan pintu.
"Maaf, aku salah kamar."
Melihat yang membuka pintu adalah seorang wanita, asisten Arya mengira dia salah kamar, dan hendak pergi. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara seseorang yang familier berteriak dari dalam: "Mer, sini, apakah kamu sudah membawa uang itu ke sini?"
“Bos arya, aku sudah membawa uangnya kemari.” Meri berjalan masuk dengan membawa uang itu, sambil melapor kepada Arya .
“Hmm.” Arya menatap koper di tangan Meri sambil mengiyakan, lalu menoleh dan berbicara kepada fanie . “Periksa uangnya.”
Begitu mendegar kata-kata Arya, perhatian Meri langsung tertuju ke arah fanie yang baru saja membukakan pintu untuknya.
Gadis itu memakai gaun berwarna putih, rambut hitamnya tidak diikat, melainkan tergerai di pundaknya, ada kecantikan yang kasual pada diri gadis itu, dia tidak menggunakan riasan wajah, tapi kulit wajahnya putih dan mulus seperti kue beras, tidak ada noda setitik pun di wajahnya, melainkan ada rona wajah berwarna merah yang samar-samar.
Sepertinya gadis itu menyadari dirinya sedang menatapnya, gadis itu tersenyum tipis kearahnya, senyumannya penuh dengan keramahan, ekspresi wajahnya lembut dan murah hati. meri termenung, sambil tersenyum, setelah itu dia mulai mengalihkan perhatiannya.
Ketika dia melihat noda darah yang berbentuk seperti mawar merah yang ada di atas tempat tidur, Meri langsung panik. Ini ini, apakah bos melanggar prinsipnya? Bukankah bos adalah pria tampan yang tidak tertarik terhadap wanita? Meri melihat Arya dan fanie yang saling “ menebarkan tatapan penuh cinta”, dalam sekejap diam-diam dia merasa yakin.
“Kamu pergi ke rumah sakit, aku akan pulang untuk mengganti pakaianku,” Arya menatap fanie, sambil mengisyaratkannya untuk mengambil uang itu, setelah itu dia membuka pintu dan berjalan keluar. “Meri, Kamu ikut aku.”
Meri mengangguk dan bergegas mengikuti Arya. Melihat situasi saat ini, sepertinya bos telah mengakui nyonya bos ini? Alasan bos menyuruhnya mengantarkan uang, yang pertama adalah agar dirinya bertemu dengan nyonya bos, dan yang kedua adalah memberikan uang saku kepada nyonya bos , tidak tidak, tidak, pergi ke rumah sakit? Melakukan pemeriksaan untuk mempersiapkan melahirkan momongan?
Setelah Arya Putra berjalan jauh, fanie akhirnya menghela nafas panjang dan membuka koper itu, di dalamnya penuh dengan uang tunai 250 juta rupiah yang disusun dengan rapi.
"Halo, apakah anda Nona fanie? Apakah biaya operasi kakakmu sudah terkumpulkan? Jika tidak,"
Itu adalah telepon dari rumah sakit kelihatannya dia keburu. fanie berlari keluar sambil membawa koper.
Hotel bunglon dan rumah sakit tempat evan berada dibatasi oleh sebuah jalan, fanie terus berlari di sepanjang jalan, dan terus berlari.
"Ah! Kakiku," fanie mengenggam betisnya yang kesakitan karena tergores.
“Hei, ada apa denganmu? Apakah kamu tidak melihat mobilku sedang lewat?” dari dalam mobil yang menabrak fanie , teredengar teriakan tajam dari seorang wanita. “Dasar orang miskin, apakah kamu sanggup memberikan ganti rugi kepadaku? "
fanie melihat wanita yang keras kepala itu lalu dia mengerahkan keberanian dan berkata, "Nona, jelas-jelas tadi mobilmu yang menabrakku."
"Apa?"
Wanita yang berada di dalam mobil itu seolah-olah telah memakan bubuk sitrun, dia membuka pintu mobil, dan berjalan menghampiri fanie. Awalnya dia ingin melihat fanie merendahkan diri dan memohon belas kasihan kepada dirinya, tetapi dia tidak menyangka fanie akan membalas makiannya.
Melihat wanita itu hendak melayangkan tamparan ke wajahnya, fanie menutup matanya dengan erat.
"Plak" bunyi tamparan terdengar, fanie tahu seberapa kerasnya kekuatan tamparan itu . Tapi, kenapa rasa sakit dan panas yang diperkirakannya tidak terasa di tubuhnya.
fanie membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat tangan wanita itu membeku di udara, dan di wajah wanita itu terdapat bekas tamparan. fanie mengarahkan pandangan matanya ke atas, dan melihat tangan seseorang sedang mengenggam lengan wanita itu.
Bentuk wajah yang tegas, bulu mata lebat, dan indah. Orang itu adalah Arya putra , ternyata Arya , Arya yang barusan sudah pergi. arya menghentikan tangan wanita itu, jika tidak tamparan itu pasti akan mengenai wajahnya. Memikirkannya saja dia takut, dan langsung merasa berterima kasih kepada Arya .
“Kamu, tak kusangka kamu berani memukul seorang wanita.” Wanita itu melihat arya yang memukul dirinya. Dia sangat marah hingga kehabisan kata-kata. Dia menghentak-hentakkan kakinya dan berteriak ke arah mobil: “CEO Adam, capat ke sini, ada yang memukulku. "
"Sebentar sebentar." Dari dalam mobil tiba-tiba muncul suara pria yang menyerupai sudara bebek jantan, tak lama pria itu keluar dari dalam mobil dan berkata dengan gaya yang dibuat-buat, "Siapa yang berani memukul wanitaku, cepat minta maaf."
"CEO Adam, apa kabar." Suara Arya putra yang rendah dan merdu, terdengar. "Ada apa? Ingin aku minta maaf kepada wanitamu, kalau begitu bukankah kamu juga harus meminta maaf kepada wanitaku?"
CEO Adam merasa suara itu sangat familier, dia menarik celananya sambil mendorong kaca matanya. Saat dia melihat Arya , dia langsung terkejut hingga wajahnya menjadi pucat, lalu dia melihat wanita yang berada di sebelahnya dengan kesal. Dalam hati dia berpikir, kenapa bisa ada wanita bodoh seperti wanita ini, tak di sangka dia malah menyinggung arya, dan menyeret dirinya ke dalam masalah ini.
"CEO adam, anda sedang bercanda. Saya mana berani? Wanita ini tidak tahu apa-apa. Aku akan menyuruhnya meminta maaf kepada wanita di sebelah anda." CEO adam mencoba menjilat sambil menunjukkan ekspresi wajah seperti seorang budak, lalu dia berteriak kepada wanita itu dengan marah, "Wanita ******, masih tidak cepat meminta maaf kepada presdir Arya"
.
“presdir Arya , menurut anda bagaimana?” CEO Adam berdiri di samping arya sambil mengambil hatinya, tetapi Arya malah memberikan ekspresi wajah yang dingin, dan malas meladeninya, CEO Adam tidak punya pilihan lain, selain meminta pendapat fanie , "Nona, bagaimana menurut anda? Atau, anda bisa menamparnya sekali untuk melampiaskan kemarahan anda."
"Ah? Ah, ini."
Mendengar CEO Adam tiba-tiba bertanya seperti ini kepada dirinya, untuk sesaat, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia menatap Arya untuk meminta bantuan, tapi Arya memalingkan kepalanya seolah-olah dia sedang marah.
fanie merasa sedikit lucu. Kenapa dia marah lagi? Pikiran orang kaya memang sulit ditebak. Dia melihat wanita di samping CEO Adam juga terlihat kasihan, meskipun sebelumnya dia sangat angkuh dan ingin menindasnya.
Tapi sekarang dia malah di jadikan tameng oleh pasangannya, sebenarnya dia juga sangat kasihan. Oleh karena itu, fanie merasa tidak tega dan berkata, "Lupakan saja, yang penting kelak saat mengemudi harus lebih berhati-hati, jangan menabrak orang lagi. Jika kalian ada urusan silahkan pergi duluan."
"Terima kasih, terima kasih."
CEO Adam bergegas menarik wanita itu pergi, dia langsung duduk, dan bersembunyi di dalam mobil. Ketika mobil dijalankan, Stefanie bahkan bisa melihat dengan jelas pertengkaran yang terjadi di dalam mobil. Mungkin dua orang itu sedang saling menyalahkan, dan kata-kata yang mereka ucapkan sangat kasar dan tidak enak di dengar.
fanie sangat membenci semua ini. Saat dia mengalihkan tatapan matanya, dia melihat arya sedang menatap dirinya. Dalam hati fanie berpikir, seharusnya dirinya mengucapkan terima kasih kepadanya. Tapi, Arya sudah pergi, dia menatapnya dalam-dalam, lalu berjalan pergi dengan kedua tangan di dalam sakunya.
fanie ingin memanggilnya, tapi tenggorokannya tercekat, dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Sudahlah, mereka bukan orang yang sejalan. fanie mengambil koper dari lantai, lalu bergegas berlari ke rumah sakit.
Sialan, kenapa wanita itu pergi? Bukankah tadi aku sudah meliriknya, supaya dia tunggu sebentar, dan aku akan mengantarnya ke rumah sakit, apakah dia sangat ingin menjauh dariku? Arya merasa sangat marah melihat fanie yang berlari dengan cepat sambil membawa koper.
”Crit crit”, sebuah Fortuner hitam mengepot 360 derajat lalu berhenti di depan fanie .
“Masuk ke dalam mobil,” Arya menurunkan jendela, lalu menjulurkan kepalanya dari dalam, dia melepas kacamata hitamnya, lalu menggerakkan bibirnya yang tipis dengan lembut. “Masih tidak cepat naik.”
fanie tertegun sejenak, lalu naik ke atas mobil dengan patuh. Sudut bibir Arya terangkat, lalu dia menambah kecepatan mobil dan mobil melaju dengan lebih cepat.
Dalam waktu beberapa menit, fanie tiba di depan pintu rumah sakit. fanie menatap arya, saat dia sedang berpikir bagaimana mengucapkan sampai jumpa kepadanya, Arya sudah keluar duluan dari dalam mobil dan membuka pintu untuk fanie dengan penuh perhatian.
Apakah dia ingin ikut menjenguk kakakku? fanie berpikir dalam hati, tetapi tak lama suara arya terdengar di telinganya: "Ayo, pergi ke kamar pasien kakakmu."
"Hmm."
fanie mengiyakan, lalu dengan hati-hati membawa arya ke kamar pasien evan. Setibanya di depan pintu kamar pasien, dia menghentikan arya lalu berkata dengan nada memohon, "Bisakah kamu tidak memberi tahu soal kontrak kita kepada kakakku."
“Hmm, aku mengerti.” arya menunduk melihat ke arah fanie , wajah mungilnya yang seukuran satu telapak tangan, menunjukkan ekspresi wajah memohon, dan ekspresi wajahnya ini membuat arya tidak tega untuk menolak,, “Kita masuk dulu.”
“fanie , kamu sudah kembali.” evan mengangkat kepalanya dengan lemah. Karena melakukan pekerjaan berat dalam jangka waktu yang lama wajahnya jadi kusam dan hitam, tetapi tidak dapat menyembunyikan senyuman di wajahnya, yang sangat mirip dengan fanie .
"Kakak, aku sudah kembali. Aku berhasil mendapatkan uangnya, kamu tidak perlu khawatir soal biaya operasi, kamu bisa menjalani operasi dengan baik." fanie menghiburnya sambil menepuk tangan evan yang penuh dengan kapalan, tekstur tangan evan yang kasar membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk menangis. Setiap kepalan ini tumbuh di tangan evan demi menyekolahkannya
“Kamu kamu --- bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak ini?” evan menatap fanie dengan tidak percaya. Dia tidak bisa mengerti dari mana fanie yang masih seorang mahasiswa mengumpulkan uang sebanyak ini, lalu dia melihat arya yang berdiri di samping fanie dengan tidak bersuara, lalu dia bertanya kepada adiknya dengan penasaran, "Siapa tuan ini?"
Ternyata benar, kakaknya akan menanyakan siapa identitas arya . Untungnya, dia sudah memiliki persiapan. fanie berusaha berkata dengan suara yang meyakinkan: "Dia adalah bos dari perusahaan yang memberikan beasiswa kepada sekolah kami. Biaya operasi kakak juga diambil dari beasiswa."
"Terima kasih, terima kasih." begitu mendengar biaya operasi diperoleh dari arya, evan langsung berdiri dengan menopang tubuhnya di sandaran tempat tidur . Karena tubuhnya tidak leluasa,. "Aku tahu kalian semua adalah orang baik, yang bersedia membantu kami. "
“Halo, saya Arya Putra .” Arya melangkah maju untuk memapah evan , dia berjabat tangan dengan evan, matanya melirik fanie lalu dia berkata dengan sangat serius, ”Prestasi fanie sangat bagus dan karakternya juga bagus. Dia pantas mendapatkan beasiswa ini. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments