Sementara itu, Hanania yang merasakan sakit di bagian intinya berusaha untuk bangkit dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Ia merasa sangat-sangat terpukul sekali. Dunianya terasa hancur seketika akibat dari kebodohannya sendiri.
"Maafkan Hana bu, Hana nggak bisa jaga diri Hana. Maafkan Hana," ucap Hanania di sela-sela tangisannya.
***
"Nggak, aku nggak boleh disini untuk lebih lama lagi. Aku pergi sebelum laki-laki itu bangun dan kembali menodai ku," gumam Hanania segera bangkit dan kembali memasang semua pakaiannya.
Sepanjang perjalanan pulang, Hanania terus saja menitikkan air matanya. Bayangan Jerry yang dengan buas mencicipi tubuhnya.
Setibanya di rumah, Hanania sudah mendapati ibunya tengah tertidur di kamarnya. Untung saja, sang ibu selalu memberikan kunci cadangan untuk jaga-jaga jika seandainya sang ibu tidak berada di rumah.
Tak ingin sang ibu bangun dan melihat keadaannya saat ini, Hanania pun bergegas masuk ke dalam kamarnya dan segera menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang tidak terlalu besar itu.
Hanania menangis sejadi-jadinya karena. Ia benar-benar hancur sekali.
Lelah menangis, Hanania pun akhirnya tertidur, hingga pagi menyingsing, anak itu masih saja tertidur, sehingga membuat sang ibu khawatir.
"Hana....," panggil sang ibu mengetuk pintu kamar anak gadisnya itu.
Namun, setelah mengetuk beberapa kali, tak ada jawaban sama sekali dari Hana. Ibunya kemudian memutuskan untuk langsung masuk dan melihat langsung keadaan sang putri tercintanya itu.
"Hana, sayang.. Kamu sakit?" tanya Rini, ibu dari Hanania.
"Hana hanya diam. Ia bingung harus menjawab apa. Selama ini, Hana tidak pernah berbohong kepada wanita yang telah membesarkannya itu.
"Hana, sayang? Kamu masih tidur?" tanya sang ibu mengusap kepala sang anak.
"Nggak bu. Aku hanya nggak enak badan. Semalam pekerjaan ku banyak sekali," jawab Hanania berbohong untuk pertama kalinya.
'Maafkan aku bu. Aku terpaksa berbohong sama ibu. Aku nggak mungkin jujur dan bilang sama ibu jika aku baru saja kehilangan kesucian ku,' batin Hanania.
"Ya sudah, kalau begitu kamu tidur saja. Nggak usah kekantor," ucap sang ibu dengan lembutnya.
"Nggak bisa bu. Jadwal libur ku tidak ada untuk bulan ini," jawab Hanania mulai bangun.
"Tapi kan kamu masih sakit sayang," ucap ibu Rini mencemaskan putrinya.
"Aku nggak papa kok bu. Paling nanti juga sembuh," balas Hanania lagi.
"Kamu yakin?" tanya wanita itu lagi.
"Yakin ibu," jawab Hana dengan senyuman yang di paksakan nya.
"Ya sudah, baiklah. Kalau begitu mandilah. Ibu akan siapkan bekal dan juga sarapan mu," ucap ibu Rini lalu pergi meninggalkan kamar putrinya itu.
Setelah kepergian sang ibu, Hanania pun mulai beranjak dari tempat tidurnya dengan perlahan. Bagian intimnya yang terasa perih membuat Hanania tertatih-tatih dalam berjalan.
Sementara itu, di saat Hanania tengah mandi, di tempat lain, seorang laki-laki juga tengah mandi saat ini. Laki-laki tersebut adalah Jerry. Awal kali ia bangun, Jerry langsung teringat kepada wanita yang membawanya pulang semalam. Tak hanya itu, Jerry juga ingat jika semalam ia meniduri karyawannya itu.
Awalnya Jerry merasa cemas dan takut. Namun, Jerry teringat jika Hanania hanyalah sebatas karyawan yang bisa di bayar dengan sejumlah uang.
Beberapa saat kemudian, Jerry pun keluar dari kamar mandi. Matanya tak sengaja melihat ke arah seprai putih yang terdapat bercak darah di atasnya. Jerry pun kemudian menghampiri ranjangnya dan menatap lekat bercak arah tersebut.
"Ternyata dia masih suci. Hebat juga gadis itu," gumam Jerry merasa bangga karena berhasil meniduri Hanania meskipun dengan cara yang di paksakan.
....
"Bu, aku berangkat kantor dulu ya," pamit Hanania menyalami tangan sang ibu.
"Baiklah. Hati-hati di jalan sayang. Ini bekal mu jangan sampa lupa," ucap ibu Rini memberikan sebuah kotak makan berwarna ungu muda.
"Baik bu, terima kasih," balas Hanania mengambil alih kotak makan tersebut dari tangan sang ibu.
"Hmmmm, Hana," panggil ibu Rini lagi menghentikan langkah kaki wanita cantik itu.
"Ya bu, kenapa?" tanya Hanania balik.
"Itu kamu kenapa? Jalannya kok seperti itu? Apa ada yang sakit?" tanya ibu Rini merasa aneh melihat cara berjalan sang putri yang tak biasa.
"I..I..Iya bu. Kaki ku sakit semua. Rasanya mau putus gitu. Apa lagi di bagian utut ke atas," jawab Hanania lagi-lagi berbohong.
"Ya sudah, kalau begitu biar ibu saja yang mengantarkan mu ke kantor. Nanti kalo terjadi apa-apa sama kamu gimana?" cemas ibu Rini.
"Aku nggak papa kok bu. Kan ibu sendiri yang bilang kalau sakit itu jangan di manjakan. Udah ya bu, aku berangkat dulu. Ibu baik-baik di rumah," balas Hanania menolak tawaran dari sang ibu.
"Hhhhhh,, baiklah. Kalau begitu, hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya," ucap ibu Rini mengalah.
'Ada apa ini? Kenapa perasaan ku tidak enak? Kenapa aku selalu teringat dengan mimpi semalam?' batin ibu Rini khawatir.
Semalam itu ia bermimpi jika putri satu-satunya itu tengah di perkosa oleh seorang laki-laki yang ia tidak melihat wajahnya. Di dalam mimpi itu, dirinya sudah berusaha untuk menolong sang anak, tapi kedua tangannya di pegangi oleh dua orang laki-laki berbadan besar. Sementara di dalam mimpi tersebut, Hanania hanya bisa menangis karena sudah kehabisan tenaga untuk melawan laki-laki tersebut. Didalam mimpi itu, ibu Rini juga melihat anaknya itu tengah hamil setelah beberapa bulan kejadian pemerkosaan itu.
Mimpi yang begitu nyata itu membuat ibu Rini seketika terbangun dari tempat tidurnya.
"Ya tuhan, lindungilah putriku Hanania dimana pun dia berada." doa ibu Rini untuk putri tercintanya itu.
Sepanjang perjalanan ke kantor, Hanania masih saja terpikirkan kejadian malam itu. Ia masih tidak menyangka jika saat ini dirinya tidak suci lagi.
Karena tidak fokus, Hanania hampir saja mengalami kecelakaan. Untung saja ia cepat ngerem mendadak dan ia pun selamat dari kecelakaan itu.
Lima belas menit kemudian, Hanania pun tiba di kantor tempat ia bekerja. Dengan langkah gontai dan terseok-seok, Hanania melangkahkan kakinya menuju ruangannya.
"Selamat pagi Hanania ku cantikku," sapa Stella seperti biasanya.
"Pagi Stell," jawab Hanania yang sama sekali tidak semangat seperti biasanya.
"Loh.. Loh.. Lo kenapa Han? Kok nggak semangat gitu sih? Lo kenapa? Lo sakit?" tanya Stella heran.
Hanania hanya menggeleng. Ia begitu tidak tertarik untuk bercanda dengan Stella seperti biasanya.
"Han, lo kenapa? Lo ada masalah? Coba cerita sama gue," ucap Stella berusaha membujuk sahabatnya itu untuk cerita.
"Nggak, gue nggak papa kok Stell. Gue cuma capek aja karena lembur semalaman," jawab Hanania namun dengan mata yang mulai basah.
Stella yakin sekali jika sahabatnya itu tengah berbohong. Sudah lama ia dan Hanania bersahabat. Jadi, ia tau kapan Hanania berbohong dan kapan seorang Hanania tengah jujur.
"Han, kita ini sahabatan udah lama. Lo nggak bisa bohongin gue. Han, kalo lo masih anggap gue sahabat lo, lo cerita sama gue. Cerita aja, jangan malu dan jangan takut. Gue janji akan selalu ada buat lo," ucap Stella menggenggam ke dua tangan sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments