"Ihh, main tuduh aja lo. Biarpun gue kayak gini, tapi gue juga punya sopan santun tau. Palingan gue rem mendadaknya cuma sekali doang, buat lepas rasa penasaran gue aja," jawab Jerry lalu masuk ke dalam kantornya.
***
"Wu, udah ketebak sama gue modus lo," gumam Tomas mengekori sahabatnya itu.
Sementara itu, Hanania setengah berlari memasuki kantornya karena ia sudah telat beberapa menit.
Dengan tergesa-gesa, Hanania langsung menaiki lift dan langsung masuk ke ruang meeting. Semua staf kantor yang mengikuti meeting nampak menatap Hanania, tak terkecuali dengan Ricky, sebagai pemimpin rapat hari itu.
"Ma..Ma..Maaf pak, saya telat," ucap Hanania gugup.
Baru kali ini Hanania datang telat kekantor. Jika tidak karena atasannya itu, Hanania pasti tak akan telat datang kekantor seperti ini.
"Hana, dari mana saja kamu? Kenapa kamu datang telat?" tanya Jerry membuat Hanania kesal.
'Sial, bukannya dia yang bikin gue telat datang kantor? Kalo dia nggak makan dua porsi, maka gue nggak akan telat masuk kantornya,' batin gadis cantik itu.
"Maafkan saya pak. Saya janji nggak akan mengulanginya lagi," ucap Hanania terpaksa mengalah.
"Ya sudah, silahkan duduk," perintah Jerry lalu melanjutkan meeting nya.
Sepanjang meeting berlangsung, Hanania terus mengumpat dalam hatinya.
Ia masih kesal dengan kelakuan sang atasan yang berpura-pura tidak tau.
"Ok, sekian meeting kita hari ini. Saya mau, untuk kedepannya kalian tolong perbaiki kinerja kalian. Saya juga mengasih tau, akan ada bonus untuk kalian yang bisa mencapai target pada akhir tahun ini. Dan untuk kamu, Hana,temui saya setelah ini di ruangan saya. Permisi," ucap Jerry lalu menatap Hanania dengan tatapan yang super dingin dan juga tajam.
"Han, sebelum masuk ruangan pak Jerry, jangan lupa baca doa dulu ya, gue takutnya lo di pecat kayak si Rina," ucap Stella, sahabat sekaligus rekan kerjanya.
"Hhhhhh, bismillah. Doain gue ya Stell,"jawab Hanania lalu meninggalkan ruangan meeting.
Tok
Tok
Tok
"Bismillah, semoga gue nggak di pecat sama pak Jerry," gumam Hanania menarik nafasnya berat.
"Masuk!" ucap suara bariton laki-laki dari balik pintu yang bertuliskan direktur tersebut.
Dengan berat hati Hanania pun membuka pintu ruangan Jerry dan melangkah secara perlahan.
"Hei, kamu jalannya lambat sekali," protes Jerry yang duduk di kursi kebesarannya itu. Sedangkan di meja lainnya, Tomas tampak memperhatikan Hanania yang tengah ketakutan.
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hanania berdiri di sisi meja atasannya itu.
"Ya, silahkan duduk dulu, saya akan kerjakan ini sedikit lagi," jawab Jerry tanpa melihat ke arah Hanania.
'Sial. Tadi gue jalan lambat, di bilang lelet. Giliran gue udah nyampe, di suruh nunggu,' batin Hanania kesal.
"Nama kamu siapa?" tanya Tomas yang berjalan menghampiri Hanania.
"Nama saya Hanania pak," jawab Hanania tersenyum.
"Nama yang indah, seindah pemiliknya," ucap Tomas membuat Jerry segera mengangkat kepalanya.
"Apaan sih lo Tom, lo nggak tau ini dimana?" protes Jerry menatap Hanania dan sahabatnya itu berkali-kali.
"Ini di ruangan kita kana? Memang kenapa?" tanya Tomas lagi.
"Hmmmm, Hanania, kamu tau kan kenapa kamu saya panggil ke ruangan saya?" tanya Jerry yang hanya di balas dengan anggukan oleh Hanania.
"Bagus, kamu tau kan konsekuensi dari kesalahan mu itu?" tanya Jerry lagi.
"Tapi pak, saya datang terlambat karena menunggu bapak makan bubur ayam sebanyak dua porsi. Lagi pula, yang membawa motornya ke kantor kan juga bapak. Jika saya yang membawanya, saya yakin saya tidak akan telat pak datang ke kantornya," ucap Hanania melakukan pembelaan. Ia tak terima jika di pecat begitu saja oleh atasannya itu.
Pppfffttttthhhh
"Jadi lo ke kantor nebeng dengan wanita ini Jer? Dan lo makan bubur ayam sebanyak dua porsi? Dan tadi apa? Wanita ini datang terlambat karena kesalahan lo Jer? Dan lo tega memecatnya seperti ini?" ucap Tomas membela mencoba membela Hanania.
"Tom, jika gue nggak memecatnya, gue akan di bilang nggak adil oleh karyawan lainnya. Maka dari itu, mau nggak mau gue harus mecat Hana," ucap Jerry membuat Hana tak dapat lagi membendung emosinya.
"Ya sudah pak, kalau bapak mau mecat saya nggak masalah. Bapak tau kan keterlambatan saya ini bukan karena kesalahan saya. Maka dari itu saya akan meminta keadilan langsung kepada pak Wibowo," ucap Hanania berdiri hendak meninggalkan ruangan itu.
"Mampus lo, lo tau kan Jer, betapa bijaksananya bapak lo? Jika Hanania menjelaskan semuanya, maka gue jamin lo akan kena marah," bisik Tomas seketika membuat Jerry langsung memerintahkan Hanania untuk berhenti.
Mendengar namanya i panggil, Hanania pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh lagi ke belakang.
Hal itu lantas membuat Jerry semakin kesal dengan bawahannya itu.
'Awas lo, gue akan melakukan pembalasan suatu hari nanti,' batin Jerry kesal.
"Baiklah Hanania, saya nggak akan memecat mu. Saya minta maaf. Ya sudah, kalau begitu kamu bisa kembali bekerja," ucap Jerry menggeraman.
"Baiklah pak, terima kasih," balas Hanania lalu meninggalkan ruangan itu.
"Hahaha, ternyata Hanania itu gadis yang pemberani. Dia sama sekali nggak tunduk dengan lo dan juga jabatan lo," ledek Tomas menepuk pelan bahu sahabatnya yang tengah kesal itu.
"Diam lo, nggak lucu," balas Jerry kesal.
"Han, gimana? Lo nggak di pecat kan sama pak Jerry? Kalau lo sampai di pecat, gue nggak punya teman lagi dong?" ucap Stella memeluk Hanania.
"Apaan sih lo Stell? Siapa juga yang di pecat? Orang gue telat juga bukan karena kesalahan gue kok," jawab Hana duduk di bangkunya kembali.
"Oh ya? Lalu lo karena kesalahan siapa?" tanya Stella penasaran.
"Kepo lu. Udah, gue mau lanjutin kerja dulu," jawab Hanania mulai menyalakan komputernya.
Pada siang harinya, tepatnya di jam makan siang, Hanania yang hendak memakan bekal dari ibunya di kejutkan oleh kehadiran Tomas dari belakangnya.
Entah sejak kapan Tomas berdiri di belakangnya, tapi yang jelas, Hana masih sangat terkejut sekali.
"Ya ampun pak, bapak mengangetkan saya saja," ucap Hanania mengusap dadanya.
"Maafkan saya. Kantin yuk? Saya yang traktir?" ajak Jerry yang tak menyadari kotak makan Hanania di atas meja.
"Hmmmmmm, maaf pak, bukannya saya nggak mau, tapi saya sudah di bekali makanan dari rumah oleh ibu saya," jawab Hanania menolak sembari menunjukkan kotak makannya.
"Oh, maaf, saya nggak lihat. Memang kamu bawa makan apa?" tanya Tomas penasaran.
"Nasi uduk buatan ibu saya pak. Bapak mau? Kebetulan ini porsinya banyak sekali," jawab Hanania menawarkan makanannya yang telah terbuka itu.
Tomas yang melihatnya tiba-tiba saja ngiler dengan makanan yang di bawa oleh Hanania. Ia tak kuasa untuk mengatakan tidak, terima kasih kepada gadis cantik itu.
"Memang boleh?" tanya Tomas lagi.
"Ya boleh lah pak. Sebentar, saya ambil sendok ke belakang dulu," jawab Hanania bangkit.
"Kok gue jadi celametan gini ya?" gumam Tomas menggaruk kepalanya.
"Ah, bodo amat, orang kelihatannya enak. Baunya juga bikin lapar?" gumamnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments