Bab 5. Kabar Perceraian Anggun

Moiz tidak terima karena Anggun memutuskan akan mengajukan gugatan perceraian. Pernikahannya yang baru beberapa minggu terancam kandas karena kelakuannya sendiri.

Moiz sama sekali tidak memberikan nafkah lahir maupun batin kepada Anggun, tetapi malah memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk apa yang dimiliki Anggun selama ini.

Anggun juga sudah mengembalikan mahar cincin emas seberat 5 gram yang diberikan Moiz padanya.

"Kalau Mas Moiz menginginkan pernikahan atas dasar uang, maka sebaiknya kita akhiri. Apalagi Mas Moiz sudah membuat ibu sampai masuk ke rumah sakit. Lalu, apa lagi yang harus aku pertahankan sekarang? Rasa sakit yang berkelanjutan? Tidak, Mas!" ucap Anggun sebelum meninggalkan Moiz dengan keterkejutan yang luar biasa.

Moiz berusaha mengejar untuk meminta maaf. Dia pun berusaha memperbaiki hubungan rumah tangganya agar tidak dikira sebagai pria mata duitan. Kenyataannya Moiz sendiri lupa akan posisinya.

"Anggun, aku minta maaf. Mari kita perbaiki semuanya," pinta Moiz mengiba.

Hati Anggun sudah terlanjur sakit. Tidak hanya perkara uang yang sedianya digunakan untuk hal lain ketimbang urusan rumah tangganya. Ditambah lagi kelakuan Moiz yang membuat ibunya berada di rumah sakit sehingga darah tingginya kambuh.

"Lupakan, Mas! Pengacaraku akan mengirimkan surat perceraian kita padamu!" tegas Anggun kemudian mengemudikan motor bapaknya untuk kembali ke rumah.

Sementara Maryamah harap-harap cemas menanti Anggun kembali. Seharusnya dia berisitirahat agar darah tingginya tidak kambuh lagi, terapi tetap kekeh menunggu kembalinya Anggun.

Saat mendengar bunyi motor mulai memasuki halaman, Maryamah dan Gian bergegas ke depan. Mereka menyambut kedatangan Anggun yang entah akan membawa kabar apa.

Anggun masuk ke rumah tanpa berkata sepatah kata pun. Maryamah ingin membuntutinya, tetapi Gian menahan. Jangan sampai kekesalan Anggun menambah beban pada Maryamah.

"Bu, tunggu sampai Anggun yang mengatakannya. Jangan sampai menambah beban Ibu!" ucap Gian.

Anggun ternyata masuk ke kamar untuk mengemasi barang-barang. Setelah ini dia harus kembali ke kota karena besok harus masuk. Dia tidak mau berada di sini karena perceraiannya akan diurus dengan teman pengacara yang kenal dengannya. Semuanya akan berjalan dengan mudah ketika Anggun membawa beberapa bukti yang akan ditunjukkan.

"Bu, Pak, Anggun mau kembali ke kota. Besok Anggun harus kembali bekerja," ucap Anggun dengan tenang.

"Nggun, sebelum pergi, boleh ndak ibu bertanya padamu?" Maryamah tidak mampu menahan kegelisahannya.

"Ibu tidak perlu bertanya apa pun dan jangan mengkhawatirkan apa pun. Hubungan Anggun dan Mas Moiz sudah berakhir. Jadi, Ibu tidak perlu lagi ketakutan dengan apa yang akan dilakukan pria itu pada Ibu dan Bapak. Anggun yang akan menyelesaikannya," jelas Anggun.

Maryamah menangis. Dia sungguh dilema. Rasanya kasihan sekali pada putri semata wayangnya yang harus menjanda saat pernikahannya belum lama.

"Nduk, ibu minta maaf. Gara-gara ibu, hubunganmu dengan Moiz jadi berantakan."

Sungguh, Maryamah tidak ingin semua ini terjadi. Namun, Gian mencoba memberikan pengertian kepada sang istri.

"Jangan jadikan beban, Bu. Harusnya Anggun beruntung karena Moiz sudah berulah sejak awal. Coba Ibu pikir kalau pria licik itu tetap memainkan kebusukannya, sementara kita tidak tahu sama sekali," ucap Gian.

Maryamah mengangguk pelan. Berbekal rasa sedih, mereka mengantarkan Anggun sampai ke gerbang rumahnya. Dari sana dia akan menggunakan ojek untuk sampai ke terminal. Tidak akan menjadi masalah saat Anggun bisa menyelesaikan semuanya.

Keesokan harinya, Anggun belum bertemu dengan Jihan. Pasalnya gadis itu juga mendadak pulang karena ada sesuatu hal. Anggun langsung meninggalkan kostan untuk menuju ke pabrik karena pak Firhan pasti sudah mengharapkan kehadirannya.

Benar saja, pria itu rupanya sudah berada di ruangannya. Datang lebih pagi, kemudian melihat situasi pabrik membuatnya semakin tenang. Apalagi menunggu seseorang yang selama ini selalu menjadi perhatiannya. Ya, walaupun Firhan harus menelan pil pahit karena Anggun sudah menikah.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Anggun.

Firhan tersenyum manis lalu mempersilakan Anggun duduk dengan perintah salah satu tangannya. Dua hari tidak bertemu membuatnya sangat rindu. Ya, rindu yang seharusnya tidak boleh terjadi.

"Pagi, Nggun. Bagaimana kondisi ibumu?"

Untuk ukuran seorang atasan, Firhan memang kategori pria yang sangat perhatian. Bukan hanya kepada Anggun, tetapi kepada seluruh karyawan di pabrik.

"Alhamdulillah sudah membaik, Pak. Kemarin sudah diizinkan pulang ke rumah."

Cuma itu informasi yang bisa diberikan Anggun padanya. Tidak mungkin kan Anggun juga menceritakan betapa brengsek suaminya? Justru Pak Firhan pasti akan merasa kasihan padanya.

Bersamaan dengan itu, rupanya ponsel Anggun berdering. Ada panggilan masuk dari Jihan, teman sekamarnya.

"Pak, boleh izin angkat telepon sebentar?"

Firhan mempersilakannya. Siapa tahu itu panggilan penting. Anggun bergegas keluar dari ruangan itu lalu buru-buru menggeser tombol hijau.

"Ya, halo?" sapa Anggun.

"Nggun, akhirnya kamu angkat teleponnya juga. Oh ya, maaf aku terpaksa pulang ke rumah. Aku lupa mengabarimu karena aku dalam keadaan darurat banget. Maaf, ya! Untuk dua hari ke depan, aku rasanya belum bisa kembali. Oh ya, katamu ibu sakit? Apa kabar? Apa sudah sembuh?" cerocos Jihan tanpa jeda.

"Hemm, ibu sudah pulang ke rumah. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Anggun berbohong.

Kembalinya Maryamah ke rumah memang kabar bahagia, tetapi perceraiannya dengan Moiz yang siap berjalan adalah kabar buruk baginya. Namun, Jihan jangan sampai tahu masalah ini dulu sebelum mereka bertemu.

"Tidak, tidak! Tunggu, Nggun! Nada suaramu tidak mencerminkan bahwa kau baik-baik saja. Hayo, ada masalah apa yang sedang kamu sembunyikan dariku? Cerita, dong! Kamu kan Bestie aku!" Jihan terus saja memaksa hingga Anggun pun menyerah.

Sebenarnya berada di luar ruangan Firhan adalah tempat teraman untuk mengatakan bahwa sesuatu telah terjadi pada Anggun. Jadi, Anggun tanpa pikir panjang langsung mengatakan tentang retaknya rumah tangganya sendiri kepada Jihan.

"Aku dan Mas Moiz akan bercerai, Jihan." Walaupun Anggun sudah mengatur nadanya sedatar itu, tetap saja seseorang mampu mendengarnya dengan cukup baik. Apalagi Jihan yang posisinya berada di seberang sana.

"What? Coba ulangi lagi! Sepertinya telingaku salah mendengar," teriak Jihan tidak percaya.

"Jihan, aku dan Mas Moiz akan bercerai!" Nada suara Anggun meninggi sekarang.

Jelas di telinga Firhan yang kebetulan saat ini mendengarnya merasakan sensasi yang berbeda. Antara senang, sedih, dan yah, rasa bahagia menghinggapinya.

Anggun sama sekali tidak menyadari jika sedari tadi Firhan terus mengamatinya. Perhatiannya pada Anggun memang terlihat biasa, tetapi dari lubuk hatinya yang paling dalam ada perasaan lega setelah mendengar Anggun akan bercerai dari suaminya.

"Oke, oke. Aku tidak tahu apa pun alasanmu sekarang, tetapi nanti setelah kita bertemu. Kamu harus cerita padaku!"

"Pasti, Jihan. Jaga dirimu baik-baik. Sampai ketemu lagi." Anggun lekas menutup teleponnya lalu memasukkan ke dalam saku blazernya.

Terpopuler

Comments

Dewi Oktavia mupidin

Dewi Oktavia mupidin

itu nama y laki suka tapi gengsi untuk mengatakan

2023-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Keputusasaan
2 Bab 2. Meminta Uang
3 Bab 3. Dugaan Anggun
4 Bab 4. Anggun Meradang
5 Bab 5. Kabar Perceraian Anggun
6 Bab 6. Melamar Anggun
7 Bab 7. Sosok Pria Idaman
8 Bab 8. Menerima Lamaran
9 Bab 9. Kecurigaan Kaluna
10 Bab 10. Sebuah Candaan
11 Bab 11. Dari Wajah
12 Bab 12. Jodoh untuk Jihan
13 Bab 13. Membekap Mulut
14 Bab 14. Anggun yang malang
15 Bab 15. Obat Pemberian Jihan
16 Bab 16. Memiliki Calon
17 Bab 17. Pil Penunda Kehamilan
18 Bab 18. Tidak Bahagia
19 Bab 19. Penolakan Firhan
20 Bab 20. Dua Pilihan
21 Bab 21. Merebut Kembali
22 Bab 22. Menyusul Anggun
23 Bab 23. Luluh
24 Bab 24. Pernikahan Jihan
25 Bab 25. Sorot Mata Kerinduan
26 Bab 26. Niat Terselubung
27 Bab 27. Tersudut
28 Bab 28. Posisi Tersulit
29 Bab 29. Amarah Jihan
30 Bab 30. Jadi Yang Kedua
31 Bab 31. Tak Seharusnya Menangis
32 Bab 32. Bukan Dengan Alat
33 Bab 33. Meminta Alamat
34 Bab 34. Salah Paham
35 Bab 35. Ibunya Tiada
36 Bab 36. Ulah Kaluna
37 Bab 37. Kesabaran Zayn
38 Bab 38. Jadilah Asisten Pribadiku
39 Bab 39. Saling Memaafkan
40 Bab 40. Jihan Penasaran
41 Bab 41. Pendengar yang Baik
42 Bab 42. Menanam Kebaikan
43 Bab 43. Kebohongan Zayn
44 Bab 44. Penjelasan Panjang
45 Bab 45. Candaan Zayn
46 Bab 46. Garis Dua
47 Bab 47. Zayn Marah
48 Bab 48. Bertanggung jawab
49 Bab 49. Tidak Kondusif
50 Bab 50. Karena Mama
51 Bab 51. Tatapan Berbeda
52 Bab 52. Sikap Martha
53 Bab 53. Pelukan Wanita
54 Bab 54. Kasih Pengertian
55 Bab 55. Kembali Tenang
56 Bab 56. Anggun Terkejut
57 Bab 57. Kaluna Pingsan
58 Bab 58. Kekacauan
59 Bab 59. Teguran Witha
60 Bab 60. Haitham Hammami
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1. Keputusasaan
2
Bab 2. Meminta Uang
3
Bab 3. Dugaan Anggun
4
Bab 4. Anggun Meradang
5
Bab 5. Kabar Perceraian Anggun
6
Bab 6. Melamar Anggun
7
Bab 7. Sosok Pria Idaman
8
Bab 8. Menerima Lamaran
9
Bab 9. Kecurigaan Kaluna
10
Bab 10. Sebuah Candaan
11
Bab 11. Dari Wajah
12
Bab 12. Jodoh untuk Jihan
13
Bab 13. Membekap Mulut
14
Bab 14. Anggun yang malang
15
Bab 15. Obat Pemberian Jihan
16
Bab 16. Memiliki Calon
17
Bab 17. Pil Penunda Kehamilan
18
Bab 18. Tidak Bahagia
19
Bab 19. Penolakan Firhan
20
Bab 20. Dua Pilihan
21
Bab 21. Merebut Kembali
22
Bab 22. Menyusul Anggun
23
Bab 23. Luluh
24
Bab 24. Pernikahan Jihan
25
Bab 25. Sorot Mata Kerinduan
26
Bab 26. Niat Terselubung
27
Bab 27. Tersudut
28
Bab 28. Posisi Tersulit
29
Bab 29. Amarah Jihan
30
Bab 30. Jadi Yang Kedua
31
Bab 31. Tak Seharusnya Menangis
32
Bab 32. Bukan Dengan Alat
33
Bab 33. Meminta Alamat
34
Bab 34. Salah Paham
35
Bab 35. Ibunya Tiada
36
Bab 36. Ulah Kaluna
37
Bab 37. Kesabaran Zayn
38
Bab 38. Jadilah Asisten Pribadiku
39
Bab 39. Saling Memaafkan
40
Bab 40. Jihan Penasaran
41
Bab 41. Pendengar yang Baik
42
Bab 42. Menanam Kebaikan
43
Bab 43. Kebohongan Zayn
44
Bab 44. Penjelasan Panjang
45
Bab 45. Candaan Zayn
46
Bab 46. Garis Dua
47
Bab 47. Zayn Marah
48
Bab 48. Bertanggung jawab
49
Bab 49. Tidak Kondusif
50
Bab 50. Karena Mama
51
Bab 51. Tatapan Berbeda
52
Bab 52. Sikap Martha
53
Bab 53. Pelukan Wanita
54
Bab 54. Kasih Pengertian
55
Bab 55. Kembali Tenang
56
Bab 56. Anggun Terkejut
57
Bab 57. Kaluna Pingsan
58
Bab 58. Kekacauan
59
Bab 59. Teguran Witha
60
Bab 60. Haitham Hammami

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!