Moiz memamerkan uang yang baru saja diambil dari ATM. Setelah menikah dengan Anggun, dia menjadi sombong.
Sebelumnya, saat Moiz tahu tawaran datang dari kerabat Anggun, dia merasa keberuntungan akan berada di pihaknya. Bekerja di bengkel yang ada di desa tidak membuatnya cepat dapat uang. Bayarannya memang mingguan, tetapi Moiz selalu menyisihkan uangnya untuk ditabung.
Sedari dulu alasannya untuk kebutuhan dadakan dan sekarang katanya untuk menafkahi istri. Namun, yang terjadi adalah Moiz tidak mau memberikan sepeser pun uangnya karena merasa Anggun memiliki bayaran lebih besar darinya.
"Woah, lagi banyak duit, Bro! Cewek mana yang lagi kamu hipnotis?" canda rekan kerjanya sesama montir.
"Ck, istriku kan seperti Bank berjalan, Bro. Aku sekarang tidak perlu khawatir. Gak punya duit, tinggal minta!" Moiz mengipasi dirinya menggunakan uang 300 ribu yang diminta dari Anggun semalam.
Moiz merasa ingin mengimbangi kehidupan mewah Anggun selama di kota. Dia bisa makan nasi goreng enak, Moiz pun menginginkannya. Uang 300 yang didapat malah dipakai untuk mentraktir makan semua temannya.
Tidak hanya itu, Moiz merasa diremehkan saat yang itu habis. Pasalnya, teman-temannya minta ditraktir lagi untuk malam Minggu. Mereka ingin menikmati kopi di warung kopi yang tidak jauh dari kampungnya.
Dari situlah Moiz meminta uang lagi dengan dalih untuk memperbaiki motornya. Padahal motornya itu baik-baik saja. Celakanya, saat Moiz meminta uang kepada Anggun, Maryamah kebetulan datang ke bengkel. Niatnya untuk mengirim makan siang pada menantunya.
Fakta yang mengejutkan didengar dari beberapa teman Moiz bahwa lelaki itu telah meminta uang kepada istrinya. Bukannya menafkahi, Moiz malah terus meminta uang sehingga Maryamah tidak tahan lalu menanyakan padanya.
"Benar begitu, Moiz?" Sontak Moiz pun terkejut.
Anggun memang langsung mentransfer uang yang diminta Moiz sebesar 500 ribu. Sehingga saat ketahuan, Moiz langsung berkata kasar pada Maryamah.
"Halah, Ibu itu tahu apa? Aku sudah memberikan mahar cincin 5 gram pada Anggun. Uang ini juga belum cukup mengganti nominal cincin itu. Ibu jangan ikut campur urusan rumah tanggaku. Kalau Ibu ikut campur, aku akan membuatnya menjadi janda sekarang juga!" ancam Moiz.
Tiba-tiba kepala Maryamah begitu berat sehingga beberapa orang yang bekerja bersamanya ikut menolong. Setelah kejadian itu, Maryamah sama sekali tidak tahu apa pun. Dia hanya mengingat kejadian sebelum pingsan saja.
Maryamah menangis lagi setelah ceritanya selesai. Memang, dia hanya tahu setelah Moiz menerima uang. Namun, dia tidak tahu awal mula kejadiannya hingga menantunya itu terlihat sombong sekali.
"Jadi, Mas Moiz bilang begitu, Bu?"
Maryamah mengangguk. "Ibu takut, Nggun. Bagaimana kalau kamu menjadi janda, Nduk? Ibu akan semakin sedih karena pernikahanmu baru seumur jagung."
Anggun memandangi cincin 5 gram yang masih bertengger di jari manisnya. Kini dia dilema. Haruskah dia bertahan karena ketakutan ibunya saat Anggun akan menjadi janda? Atau, melepaskan lelaki yang tidak bermoral itu demi kebaikan ibunya juga?
"Ibu percaya Anggun, kan? Kalau boleh memilih, Anggun lebih baik menjadi janda saat ini juga. Daripada Ibu sakit hati pada kelakuan pria itu."
Walaupun Anggun tidak melihat secara langsung kelakuan Moiz, tetapi ucapan ibunya memang tidak pernah berbohong. Anggun tahu betul siapa Maryamah yang sebenarnya sudah mengingatkannya untuk tidak terburu-buru menikah. Perlu penjajakan yang lebih dalam lagi. Iya kalau menemukan pria yang tepat, kalau menemukan model Moiz yang hanya menjadikan istrinya mesin pencetak uang, untuk apa?
Bersamaan dengan itu, suster mengantarkan makanan ke ruangan. Anggun lekas menerima nampan tersebut kemudian meminta ibunya untuk duduk sedikit supaya bisa sarapan pagi.
"Nggun, makanlah dulu! Nasi pecelnya pasti sudah dingin sekarang," ucap Maryamah mengingatkan.
"Anggun akan makan setelah menyuapi Ibu."
Anggun membuka wrap plastik yang membungkus makanan itu. Setelah itu, dia mengambil sendok lalu menyuapi nasi dan sayuran ke mulut ibunya. Tidak hanya itu, Anggun dengan telaten membersihkan saat mulut Maryamah belepotan karena kuahnya jatuh.
"Nggun, ibu bisa sendiri," tolak Maryamah.
"Bu, sejak kecil Anggun sudah Ibu rawat dengan baik. Sekarang, giliran Anggun yang merawat Ibu. Ya, walaupun perbandingannya tidak seimbang karena kasih Ibu kepada Anggun sangat luar biasa. Ibu jangan bersedih lagi, ya? Apa pun keputusan Anggun, kuharap Ibu tetap tenang. Oh ya, atasan Anggun titip salam buat Ibu. Semoga lekas sembuh katanya," ucap Anggun mengingat pesan Firhan sebelum berpisah.
"Atasanmu yang mana? Apa dia ganteng, Nggun? Semoga kamu berjodoh dengannya, ya?"
Ucapan Maryamah membuat Anggun merasa harus menyelesaikan hubungannya dengan Moiz. Walaupun baru beberapa minggu, rasanya pernikahan toxic ini tidak pantas dilanjutkan. Semakin diteruskan, bukan Anggun saja yang dirugikan. Namun, orang banyak terutama orang tuanya.
"Ibu bicara apa? Pak Firhan memang tampan, tetapi Anggun pikir dia sudah berumah tangga. Dia memang bijak, tetapi sama sekali tidak pernah mengumbar keluarganya. Jadi, Anggun pikir kalau Pak Firhan itu sudah punya anak istri." Anggun meletakkan nampan di atas nakas. "Lebih baik lupakan Pak Firhan. Anggun masih punya suami, Bu."
Bagaimanapun sangat tidak pantas membicarakan pria lain saat hubungannya dengan Moiz belum berakhir.
Siang ini rupanya Maryamah sudah diizinkan pulang. Gian senang sekali sehingga meminta salah satu angkot yang akan membawa mereka kembali ke rumah.
"Nggun, kamu balik kapan?" tanya Maryamah saat berada di dalam angkot.
"Besok sore, Bu. Anggun ambil libur dua hari saja. Setelah mengurus Ibu, Anggun akan menyelesaikan masalahku lebih dulu."
Gian tidak naik angkot. Dia sampai di rumah lebih dulu lalu membuka pintu untuk anak dan istrinya. Setelah mereka sampai, Gian memapah istrinya untuk sampai ke kamar. Sementara Anggun lah yang membayar ongkos angkot tersebut.
"Pak, kunci motornya di mana?" tanya Anggun setelah semua barang ibunya dibawa masuk.
"Kamu mau ke mana?" tanya Gian.
"Menyelesaikan masalah, Pak. Setidaknya Anggun akan tenang setelah semuanya diakhiri," ungkapnya.
"Ibumu setuju?" Gian takut kalau Anggun menjanda, pasti beberapa tetangga akan menggosipkan putrinya.
"Setuju atau tidak, Anggun akan mengakhirinya. Anggun tidak suka cara Mas Moiz seperti itu. Apalagi sampai membuat Ibu sakit dan keberadaannya sama sekali tidak jelas. Dia pun sudah banyak berbohong pada Anggun kan, Pak?"
Setelah mendapatkan kunci motor, Anggun bergegas pergi menuju ke bengkel. Tidak jauh dari tempat tinggal Anggun dan Moiz. Lelaki itu pasti sedang bekerja di sana. Tidak mungkin dia berani libur panjang karena pemilik bengkel pasti akan memecatnya.
Saat Anggun memarkir motornya, beberapa pasang mata langsung memberitahukan kedatangan Anggun kepada Moiz.
"Moiz, tamatlah riwayatmu!" ucap salah satu temannya.
"Mbak Anggun datang. Gawat, Iz!" sahut temannya yang lain.
Moiz sepertinya punya senjata untuk melawan Anggun. Dia bersikap tetap tenang saat istrinya itu berada tepat di hadapannya.
"Kamu datang pasti untuk meminta uang 800 yang kamu berikan padaku, kan?" tanya Moiz. "Jangan khawatir, sudah kusiapkan!"
Sontak hal itu membuat Anggun meradang. Bukannya minta maaf, terkesan Moiz sama sekali tidak bersalah. Dia merasa ingin menjatuhkan Anggun dengan cara yang salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dewi Oktavia mupidin
woi ngaca,,,,kerja tukang bengkel ja bicara y seperti orang kaya 🤭
2023-02-02
0