Bab 2. Meminta Uang

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Anggun Maharani binti Gian Raharja dengan maskawin cincin emas seberat 5 gram, dibayar tunai."

Satu tarikan napas, Moiz Mahardika berhasil mempersunting Anggun dengan pernikahan sederhana. Pernikahan yang hanya dilakukan di KUA atas permintaan Anggun.

"Bagaimana, Saksi?"

"Sah."

"Sah."

Doa pernikahan pun dibacakan untuk kedua mempelai. Moiz terlihat sangat bahagia mendapatkan istri yang bekerja di kota. Sementara Moiz sendiri hanya seorang montir di bengkel yang berada di desa. Itu sangat berbanding terbalik dengan istrinya, Anggun.

"Nggun, setelah ini kita akan tinggal di mana? Kamu mau tinggal di rumah orang tuaku, kan?" tanya Moiz setelah kembali ke rumah orang tua Anggun.

Ya, walaupun diadakan sederhana, rupanya di rumah orang tua Anggun tetap saja ada orang yang datang untuk sekadar nyumbang dan memberikan doa restu kepada sepasang pengantin.

"Belum tau, Mas Moiz. Nanti kupikir-pikir lagi. Lagian aku juga dapat libur tidak lebih dari seminggu," jelas Anggun.

Dikata move on, lain lagi di hati Anggun. Dia merasa pernikahan ini bukan cara yang tepat untuk mengatasi masalahnya. Sejujurnya, setelah resmi menjadi suami Moiz, Anggun merasa jatuh terlalu dalam.

Masalahnya, perbandingan antara Witha dan Moiz sangatlah berbeda. Witha yang merupakan pria kota bisa mengerti Anggun sebagimana pria pada umumnya. Sementara Moiz, dia hanya pria desa yang bekerjanya pun di desa. Dia tidak akan memahami bagaimana cara kehidupan di kota yang membuat Anggun putus asa seperti itu.

Pesta pernikahan sederhana pun begitu cepat berakhir. Cuti yang diberikan perusahaan sudah habis. Saatnya Anggun kembali ke kota.

"Nggun, apa tidak sebaiknya kamu bawa Moiz ke kota bersamamu? Nanti kamu bisa mencarikan pekerjaan untuknya," ucap Maryamah, ibunya Anggun.

"Tidak bisa, Bu. Tempat tinggal Anggun jadi satu sama Jihan. Mana bisa bawa Mas Moiz ke sana? Itu akan membuat Anggun kesulitan lagi, kan? Belum lagi harus mencarikan pekerjaan untuknya. Lebih baik Mas Moiz di sini saja."

Anggun mau menjalani pernikahan secara LDM (Long Distance Marriage). Moiz pun tidak menolak keinginan istrinya karena dia sendiri bekerja di bengkel yang tidak jauh dari rumahnya.

"Bagaimana, Moiz? Anggun ndak bisa membawamu ke kota," ucap Maryamah setelah berbicara dengan Anggun berdua saja.

Kini, Maryamah harus memberikan pengertian kepada Moiz mengenai keputusan putrinya. Sebenarnya Gian, suami Maryamah tidak setuju dengan keputusan Anggun. Namun, karena Moiz sendiri bekerja, jadi tidak akan menjadi masalah untuknya.

"Ndak apa-apa, Bu. Kalau keputusan Dek Anggun memang seperti itu. Nanti Moiz bisa menjemputnya seminggu sekali."

Kembali lagi pada Moiz dan Witha. Walaupun mereka berdua sama-sama pria, tetapi Moiz juga bukan pria yang jelek. Dia cukup tampan untuk ukuran pria desa yang bersanding dengan Anggun. Hanya perlu memoles sedikit dengan pakaian bagus, maka Moiz dan Witha tidak akan kalah bersaing.

Banyak ucapan selamat atas pernikahan Anggun yang dilangsungkan secara diam-diam. Tidak hanya dari Jihan, tetapi rekan kerjanya di perusahaan pun mengucapkan selamat.

"Wah, Mbak Anggun akhirnya menikah juga. Selamat, ya!"

"Iya, Mbak. Selamat atas pernikahannya!"

Lain halnya dengan Firhan El Fatih, pria yang menjadi atasan Anggun malah senang kalau bawahannya sudah kembali. Selama cuti, Firhan harus melakukan pekerjaan yang begitu melelahkan.

"Syukurlah kalau kamu sudah kembali, Nggun. Bagaimana pernikahanmu? Lancar?"

"Iya, Pak Firhan. Terima kasih sudah diizinkan cuti sepanjang itu."

Firhan pun tersenyum manis padanya. Bukan senyuman atas dasar suka atau apa. Firhan ini pria misterius yang tidak banyak orang tahu. Pria 35 tahun yang sama sekali tertutup mengenai urusan keluarga atau apa pun itu.

"Hemm, aku tidak memberikan hadiah apa pun padamu. Bagaimana kalau aku traktir makan siang di Kafe langganan anak-anak?"

Maksud Firhan di sini adalah kafe langganan bawahannya yang lain. Beberapa dari mereka berada di divisi produksi.

"Terima kasih, Pak. Lain kali saja," tolak Anggun.

Anggun sedang lelah. Dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya selama seminggu. Kalau menerima ajakan Firhan, yang ada dia tidak bisa keluar dari kafe dengan mudah. Mereka pasti akan menggoda Anggun dengan menanyakan bagaimana malam pertamanya? Bagaimana hubunganmu dengan suami? Setampan apa pria itu?

Seperti biasa, sore hari menjelang pulang, Jihan selalu menjemput Anggun di depan pabrik tempatnya bekerja. Walaupun sama-sama menaiki motor, Jihan tidak ingin melewatkan keseruan bersama sahabatnya.

"Anggun! Akhirnya kau keluar juga. Malam ini ngemall, yuk?" ajak Jihan.

Setelah kembali ke kota, Anggun lebih banyak bermuram durja. Dia juga tidak terlalu sering menghubungi suaminya, Moiz. Ada beberapa hal yang masih menjadi rahasia Anggun sampai saat ini. Itu tidak akan dibagikan kepada siapa pun. Hanya dirinya yang tahu dan jangan sampai orang tuanya pun tahu.

"Lain kali saja, Jihan. Aku sangat lelah. Kau tahu kan kalau aku baru saja menikah," tolak Anggun.

Anggun dan Jihan memang seumuran. Hanya saja pemikiran Jihan tidak seperti Anggun. Dia lebih membebaskan pikirannya ketimbang memikirkan masalah yang begitu rumit, terutama untuk jodoh.

"Aduh, Anggun. Ayo, ikut aku! Kita jalan-jalan. Daripada kamu suntuk sendirian."

Daripada menolak berujung pemaksaan, lebih baik ikuti saja apa permintaan Jihan. Namun, mereka harus kembali ke tempat kostnya lebih dahulu. Mereka harus membersihkan diri, lalu menyelesaikan apa pun yang perlu diselesaikan.

Malam hari, menjelang makan malam sekitar pukul 7, mereka meninggalkan kost menuju mall yang dimaksud. Jihan berniat memberikan kejutan, yaitu makan malam bersama atas pernikahan Anggun.

"Kau bisa pesan sepuasnya," ucap Jihan saat memasuki restoran yang menyuguhkan hidangan Asia.

"Jihan, kenapa harus ke sini? Kita bisa makan bakso, seblak, atau apalah itu. Jangan makanan seperti ini. Bisa menguras kantong," tolak Anggun.

Bukan karena tidak mau, tetapi takut lidah Anggun tidak cocok dengan makanan yang disajikan dari berbagai negara. Walaupun di restoran itu menyuguhkan rendang yang memang khas negaranya juga.

"Ck, apa kamu mau makan ayam geprek atau ayam penyet saja?" Jihan menawarkan.

Akan sangat sulit rasanya merayu Anggun dengan caranya saat ini. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pindah ke food court nasi goreng.

"Nah, kalau di sini, bagaimana?"

"Lidahku cocok sama nasi goreng, Jihan. Ini seriusan kamu mau traktir aku?" Anggun mencoba memastikan.

"Iya, dong! Kan kamu sudah menikah. Sementara pas kamu nikah, aku gak bisa dateng. Nah, sebagai gantinya aku traktir kamu makan. Setelah itu, kamu minta apa pun aku kasih."

Jalan berdua dengan Jihan rasanya seperti membuang penat setelah cuti dan kesibukannya di pabrik. Saat menikmati nasi goreng yang sudah dipesan, tiba-tiba ponsel Anggun berdering.

"Siapa?" tanya Jihan.

"Suamiku."

"Yaudah, angkat dulu, gih! Jangan buat dia menunggu lama."

Anggun segera mengangkat panggilan itu. Dia sedikit menjauh karena malu kalau percakapannya akan didengar oleh Jihan.

"Assalamualaikum, Mas. Ada apa?" tanya Anggun.

"Dek, kamu lagi di mana?"

"Aku lagi makan sama temenku, Mas. Di mall, makan nasi goreng. Kenapa?" Anggun tidak pandai berbohong. Dia pun menceritakan semuanya kepada Moiz, suaminya.

"Wah, banyak duit, dong! Bisa transfer dikit buat aku, nggak? Aku belum gajian, nih!" Ini pertama kalinya Moiz meminta uang pada istrinya.

"Ya, nanti aku transfer. Butuh berapa?" Anggun memang belum paham betul siapa suaminya, tetapi dia mencoba memahami Moiz seperti wanita pada umumnya.

"Ehm, tiga ratus ribu kalau ada."

"Ya, Mas. Nanti kukirimkan. Jangan lupa kirim nomor rekeningnya," pesan Anggun sebelum Moiz mengakhiri panggilannya.

Tanpa terima kasih atau sekadar basa-basi, Moiz langsung menutup panggilan. Anggun sebagai seorang istri memang menerima cincin sebagai maharnya, tetapi sampai detik ini Moiz sama sekali belum memberikan nafkah lahir maupun batin kepadanya.

Episodes
1 Bab 1. Keputusasaan
2 Bab 2. Meminta Uang
3 Bab 3. Dugaan Anggun
4 Bab 4. Anggun Meradang
5 Bab 5. Kabar Perceraian Anggun
6 Bab 6. Melamar Anggun
7 Bab 7. Sosok Pria Idaman
8 Bab 8. Menerima Lamaran
9 Bab 9. Kecurigaan Kaluna
10 Bab 10. Sebuah Candaan
11 Bab 11. Dari Wajah
12 Bab 12. Jodoh untuk Jihan
13 Bab 13. Membekap Mulut
14 Bab 14. Anggun yang malang
15 Bab 15. Obat Pemberian Jihan
16 Bab 16. Memiliki Calon
17 Bab 17. Pil Penunda Kehamilan
18 Bab 18. Tidak Bahagia
19 Bab 19. Penolakan Firhan
20 Bab 20. Dua Pilihan
21 Bab 21. Merebut Kembali
22 Bab 22. Menyusul Anggun
23 Bab 23. Luluh
24 Bab 24. Pernikahan Jihan
25 Bab 25. Sorot Mata Kerinduan
26 Bab 26. Niat Terselubung
27 Bab 27. Tersudut
28 Bab 28. Posisi Tersulit
29 Bab 29. Amarah Jihan
30 Bab 30. Jadi Yang Kedua
31 Bab 31. Tak Seharusnya Menangis
32 Bab 32. Bukan Dengan Alat
33 Bab 33. Meminta Alamat
34 Bab 34. Salah Paham
35 Bab 35. Ibunya Tiada
36 Bab 36. Ulah Kaluna
37 Bab 37. Kesabaran Zayn
38 Bab 38. Jadilah Asisten Pribadiku
39 Bab 39. Saling Memaafkan
40 Bab 40. Jihan Penasaran
41 Bab 41. Pendengar yang Baik
42 Bab 42. Menanam Kebaikan
43 Bab 43. Kebohongan Zayn
44 Bab 44. Penjelasan Panjang
45 Bab 45. Candaan Zayn
46 Bab 46. Garis Dua
47 Bab 47. Zayn Marah
48 Bab 48. Bertanggung jawab
49 Bab 49. Tidak Kondusif
50 Bab 50. Karena Mama
51 Bab 51. Tatapan Berbeda
52 Bab 52. Sikap Martha
53 Bab 53. Pelukan Wanita
54 Bab 54. Kasih Pengertian
55 Bab 55. Kembali Tenang
56 Bab 56. Anggun Terkejut
57 Bab 57. Kaluna Pingsan
58 Bab 58. Kekacauan
59 Bab 59. Teguran Witha
60 Bab 60. Haitham Hammami
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1. Keputusasaan
2
Bab 2. Meminta Uang
3
Bab 3. Dugaan Anggun
4
Bab 4. Anggun Meradang
5
Bab 5. Kabar Perceraian Anggun
6
Bab 6. Melamar Anggun
7
Bab 7. Sosok Pria Idaman
8
Bab 8. Menerima Lamaran
9
Bab 9. Kecurigaan Kaluna
10
Bab 10. Sebuah Candaan
11
Bab 11. Dari Wajah
12
Bab 12. Jodoh untuk Jihan
13
Bab 13. Membekap Mulut
14
Bab 14. Anggun yang malang
15
Bab 15. Obat Pemberian Jihan
16
Bab 16. Memiliki Calon
17
Bab 17. Pil Penunda Kehamilan
18
Bab 18. Tidak Bahagia
19
Bab 19. Penolakan Firhan
20
Bab 20. Dua Pilihan
21
Bab 21. Merebut Kembali
22
Bab 22. Menyusul Anggun
23
Bab 23. Luluh
24
Bab 24. Pernikahan Jihan
25
Bab 25. Sorot Mata Kerinduan
26
Bab 26. Niat Terselubung
27
Bab 27. Tersudut
28
Bab 28. Posisi Tersulit
29
Bab 29. Amarah Jihan
30
Bab 30. Jadi Yang Kedua
31
Bab 31. Tak Seharusnya Menangis
32
Bab 32. Bukan Dengan Alat
33
Bab 33. Meminta Alamat
34
Bab 34. Salah Paham
35
Bab 35. Ibunya Tiada
36
Bab 36. Ulah Kaluna
37
Bab 37. Kesabaran Zayn
38
Bab 38. Jadilah Asisten Pribadiku
39
Bab 39. Saling Memaafkan
40
Bab 40. Jihan Penasaran
41
Bab 41. Pendengar yang Baik
42
Bab 42. Menanam Kebaikan
43
Bab 43. Kebohongan Zayn
44
Bab 44. Penjelasan Panjang
45
Bab 45. Candaan Zayn
46
Bab 46. Garis Dua
47
Bab 47. Zayn Marah
48
Bab 48. Bertanggung jawab
49
Bab 49. Tidak Kondusif
50
Bab 50. Karena Mama
51
Bab 51. Tatapan Berbeda
52
Bab 52. Sikap Martha
53
Bab 53. Pelukan Wanita
54
Bab 54. Kasih Pengertian
55
Bab 55. Kembali Tenang
56
Bab 56. Anggun Terkejut
57
Bab 57. Kaluna Pingsan
58
Bab 58. Kekacauan
59
Bab 59. Teguran Witha
60
Bab 60. Haitham Hammami

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!