Melihat gelagat Fitri yang terlihat seperti tidak suka dengan apa yang di ucapkan Alya, tentu saja hal itu membuat kecurigaan Alya kini semakin meningkat lagi menjadi 75% pada asisten rumah tangganya itu.
"Van, apa kalau aku sedang tidak ada di rumah, kamu se-akrab itu dengan Fitri?" Tanya Alya tiba-tiba.
Tentu saja sebagai wanita pekerja yang jarang berada di rumah, Fitri lebih sering bersama Ivan dan melayaninya jika suaminya yang seorang pengawas lapangan di sebuah perusahaan kontruksi besar tanah air itu pulang lebih cepat ke rumah, dari pada dirinya.
Pekerjaan Ivan yang selalu berada di luar kantor itu memang mempunyai jam kerja yang tidak menentu, terkadang dia pulang cepat, terkadang juga dia pulang tengah malam jika sedang ada bahan bangunan datang, sehingga otomatis dia harus mengawasi semuanya, karena itu semua merupakan tanggung jawabnya sebagai pengawas lapangan merangkap sebagai kepala mandor. Namun untungnya, selama ini Alya tidak pernah merasa keberatan dengan itu semua, namun entah lah jika keadaannya sudah seperti sekarang ini, sepertinya itu akan menjadi sebuah kegiatan yang perlu di curigai dan di waspadai oleh Alya, sepertinya semua tindak tanduk Ivan kini menjadi sangat mencurigakan di mata Alya.
Berbeda dengan Ivan, pekerjaan Alya yang seorang akuntan di sebuah perusahaan manufaktur terbesar di tanah air dalam bidang sektor industri semen, memang menuntut Alya untuk bekerja 8 jam setiap harinya, dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, namun seringnya Ivan sudah duluan sampai di rumah di banding dirinya yang jarak kantor ke rumahnya lebih jauh, biasanya lewat magrib Alya baru sampai, belum lagi kalau akhir bulan, yang selalu mengharuskan Alya lembur untuk tutup buku, biasanya pukul sepuluh malam paling cepat dia baru sampai di rumah.
Untungnya Ivan tidak pernah mempermasalahkan hal itu, lagi pula gaji Alya yang lumayan besar sepertinya membuat Alya merasa berat untuk berhenti bekerja, yang penting Ivan tidak menuntutnya untuk bekerja, dan jikapun Alya ingin berhenti, Ivan tak akan kebetatan, karena sebenarnya, dengan gaji Ivan sekarang ini pun bisa meng-cover kebutuhan mereka yang belum terlalu di pusingkan dengan biaya keperluan anak yang memang belum hadir si dalam rumah tangga mereka, walaupun gaji Ivan seorang diri mungkin hanya pas-pasan untuk biaya hidup tanpa bisa menyimpan dana untuk tabungan.
Dengan Alya tetap bekerja, kehidupan mereka tergolong mapan, di atas rata-rata, semua kebutuhan primer dan sekunder mereka terpenuhi dengan baik, bahkan mereka bisa menabung.
"Sayang, bukankah selama ini kita terbiasa seperti itu dengannya? Kita sudah sepakat untuk tidak mendiskriminasikan asisten rumah tangga di rumah kita, dan memperlakukannya seperti keluarga sendiri, apa ada yang salah?" Kilah Ivan, merasa sedikit aneh dengan sikap Alya yang tiba-tiba meributkan kedekatan dirinya dengan Fitri, sang asisten rumah tangga yang sudah ikut bekerja lebih dari satu tahun bersama mereka.
"Mungkin aku hanya banyak pikiran saja, di kantor sedang banyak masalah." Elak Alya, yang segera tersadar kalau dirinya tak boleh ceroboh dan gerasa-gerusu dalam menghadapi masalah ini, sungguh dia tahu kalau dia harus tenang, namun perasaannya juga tak dapat di bohongi kalau dia sangat ingin marah saat ini.
Sepertinya dia harus lebih bisa mengendalikan rasa cemburu, rasa marah dan rasa curigaannya, karena kalau tidak, semua rencana bisa berantakan, dia tak akan mengetahui siapa wanita pemilik celana merah jambu yang dia temukan di mobil suaminya itu, atau salah-salah Ivan akan menyadari jika dirinya mencurigainya sehingga suaminya itu lebih bermain rapi dalam perselingkuhannya demi agar tak ketahuan olehnya, dan itu tidak boleh terjadi.
Alya mengatur nafasnya, menstabilkan kembali pikiran dan perasaannya, dia harus tetap waras dan tetap tenang dalam menghadapi masalah seperti ini.
"Jangan bawa masalah kantor ke rumah, kita sudah sama-sama lelah seharian berjibaku dengan tumpukan pekerjaan di kantor, di rumah saatnya kita melepas semua masalah pekerjaan, sini sayang," Ivan merentangkan kedua tangannya seraya meminta Alya untuk datang ke dalam pelukannya.
Namun alih-alih mendekat dan hanyut dalam pelukan Ivan seperti yang biasa dia lakukan, Alya malah melangkahkan kakinya menuju lantai atas dimana kamar mereka berada.
"Aku mandi dulu," Tolak Alya, memikirkan ****** ***** dan bungkus alat kontrasepsi yang dia temukan tadi, membuat dirinya enggan untuk berdekatan dengan Ivan, pelukan dan dada sang suami yang biasanya menjadi tempat favoritnya dalam keadaan apapun, kini menjadi tidak menarik lagi di matanya, apalagi jika membayangkan selama ini ada wanita lain yang jugaa sering berada dalam pelukan suaminya tanpa dia ketahui, hal itu sangat membuat hati Alya terasa mendidih.
Tubuh Alya bergidig ngeri campur marah saat membayangkan Ivan bercinta di dalam mobil dengan wanita lain yang sampai saat ini belum dia ketahui siapa wanita selingkuhan suaminya itu.
"Ah iya, Van,,,apa hari ini mobil mu di pinjam atau di pakai teman mu?" Alya yang sudah menginjakan kaki di anak tangga membalikkan tubuhnya mengahadap Ivan untuk menanyakan barangkali dia salah menuduh suaminya, dia mencoba berpikiran positif, bisa saja kan, mobil suaminya itu bari di pinjam temannya dan semua barang itu milik temannya yang berbuat maksiat di dalam mobil Ivan.
"Hmm tidak, kenapa memangnya?" Jawab Ivan santai.
"Tidak, tadi aku menemukan sesuatu di mobil mu---" Alya sengaja menjeda ucapannya.
"Menemukan apa?" Ivan menyipitkan matanya.
"Ini, gantungan kunci ini, aku pikir punya teman mu tertinggal di mobil," Alya mengeluarkan gantungan kunci berbentuk kupu-kupu dari dalam saku celananya.
"Ah,,, itu memang punya ku, aku sengaja membelikannya untuk mu, karena aku tau kamu suka kupu-kupu," jawab Ivan santai.
Nyessss,,,,
Hati Alya rasanya sakit seperti di cincang, bagaimana dia tidak merasa sakit, jika saat ini Ivan sedang berbohong dengan santainya, gantungan kupu-kupu itu dia beli kemarin dari Utari, teman kantornya yang hoby bebikinan pernak pernik dan di jual di lingkungan teman-teman kantor mereka saja, lantas kenapa dengan pede-nya Ivan mengatakan kalau gantungan kunci itu dia yang sengaja beli untuknya, apakah itu dia lakukan semata untuk menutupi kesalahannya agar tidak Alya ketahui? AH, sekali lagi Ivan sudah membuat hati Alya kecewa dan semakin yakin kalau Ivan mempunyai wanita lain selain dirinya saat ini.
Satu demi satu kebohongan dan kebobrokan Ivan seakan sengaja Tuhan bukakan untuk Alya ketahui, rasanya memang sakit, tapi mau sampai kapan dia di bodohi suaminya? Entahlah saat ini dia harus berterimakasih pada Tuhan atau bahkan protes atas kesakitan yangbsedang di alaminya ini, Alya tak pernah merasa curang sekalipun, dia selalu setia pada suaminya, tapi mengapa balasannya seperti ini?
"Oh, buat ku? Terimakasih!" Ucap Alya seraya melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga dengan hati yang hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Widhi Labonee
y ampunnn...
2023-06-11
1