Bab 3
Malika cepat-cepat pulang setelah mendapat panggilan telepon dari Dewi. Tuan Juwanto datang bersama beberapa anak buahnya dan mengusir Nenek Romlah.
Benar saja saat dia sampai ke rumah tua itu sudah banyak orang yang merupakan orang suruhan rentenir itu untuk mengeluarkan barang yang tidak berharga dan Nenek Romlah hanya bisa menangis sambil duduk di tanah.
"Hei, Juwanto apa kamu tidak kasihan kepada wanita tua ini. Kenapa kamu tidak relakan saja hutang Ramzi itu. Lagian itu hutang sudah dari zaman dulu. Kamu tidak mengalami banyak kerugian," kata Pak RT yang mencoba menjadi penengah.
Mendengar ucapan Pak RT tentu saja tuan Juwanto tidak terima. Sebagai seorang pembisnis sebesar apa pun uang yang dipinjam oleh nasabah dan tidak dikembalikan itu merupakan kerugian baginya.
"Aku mengalami banyak rugi, Jalil. Kalau uang itu aku putar uang itu untuk modal sudah banyak keuntungan yang akan aku dapatkan!" bentak Tuan Juwanto dengan mata melotot. Kumis baplang yang bertengger di atas bibirnya terlihat berkedut-kedut.
Malaika langsung membawa sang nenek ke sebuah kursi plastik yang biasa diletakan di teras depan rumah. Hati dia terasa remuk ketika melihat ada luka baru di tubuh renta yang selalu menjaga dia sejak kecil.
"Nenek, bagian tubuh mana yang sakit lagi?" tanya Malaika sambil membersihkan darah dari luka yang ada di telapak tangan Nenek Romlah.
Wanita tua itu pun menunjukan luka di dekat tumit dan mata kaki di kaki sebelah kiri. Lalu, lengan kiri atas dan siku. Luka itu memang tidak parah tetapi sangat banyak dan mengeluarkan sedikit darah.
"Astaghfirullahal'adzim. Ini tidak bisa dibiarkan!" Malaika sangat marah karena orang-orang itu sudah tega berbuat aniaya terhadap neneknya.
Malaika berjalan dengan yang menghentakkan kakinya dan wajah garang, dia mendatangi laki-laki tua yang hampir seumuran dengan Nenek Romlah. Gadis itu dengan berani mendorong tubuh laki-laki yang gempal itu sampai jatuh.
"Hei, Tuan Juwanto! Anda jangan berbuat semena-mena terhadap janda tua. Kamu sudah dzolim kepada nenek aku. Hutang Ayah dulu 1 juta, lalu kenapa tidak kamu langsung tagih saat tahu Ayah aku meninggal. Sepertinya kamu sengaja melakukan hal itu, agar suatu hari kamu bisa menguasai harta milik nenek karena tidak bisa membayar hutang. Uang yang dipinjam sebesar 1 juta dan kami harus membayar sebanyak 35 juta. Kamu memberi waktu 3 bulan, lalu sekarang kamu merampas rumah kami. Akan aku bayar hari ini juga hutang 35 juta itu!" bentak Malaika dengan penuh emosi. Tidak ada lagi sopan santun untuk orang yang sudah membuat neneknya menderita.
Semua orang di kampung Sedap Wangi tahu akan kekejaman tuan Juwanto dalam menagih hutang. Banyak orang yang menjadi korban kekejaman laki-laki tua itu. Bahkan tidak jarang anak-anak gadis jadi peliharaannya untuk menebus hutang orang tua mereka.
Tidak ada seorang pun yang tahu Ramzi pinjam uang 1 juta kepada tuan Juwanto. Uang itu untuk apa dan apa benar belum dibayar. Ramzi bekerja sebagai seorang manajer di perusahaan menengah. Gaji dia sangat mencukupi untuk kebutuhan keluarganya.
Awalnya Nenek Romlah tidak percaya kalau anaknya punya hutang kepada rentenir itu. Akan tetapi, begitu melihat ada tanda tangan sang anak di kertas surat perjanjian, dia tidak bisa mengelak.
Semua harta peninggalan sang suami sudah habis dijual untuk pengobatan. Kakeknya Malaika dulu sempat sakit komplikasi dan banyak mengeluarkan uang untuk pergi berobat dan membeli obat-obatan. Rumah Ramzi juga dijual oleh Malaika untuk biaya sekolah sampai kuliah.
Sampai sekarang hutang Ramzi yang 1 juta itu masih misterius digunakan untuk apa. Tidak ada seorang pun yang tahu.
Tuan Juwanto tertawa meremehkan kepada Malaika. Laki-laki itu tahu kalau Malaika punya hutang yang besar ke kantor tempat dia bekerja, karena sudah merusak mobil milik atasannya dan rekan bisnis mereka di waktu yang bersamaan. Maka gadis itu harus rela gajinya dipotong banyak tiap bulan dan hanya menyisakan 5 juta untuk keperluan hidup dia bersama sang nenek.
"Sekarang sertifikat tanah rumah ini sudah menjadi milik aku. Kalau kamu mau rumah ini, beli saja. Aku akan menawarkan harga 250 juta. Jika kamu berminta, tetapi jika tidak akan ada orang yang mau membeli tanah ini dengan harga yang sesuai kemauan aku," ucap tuan Juwanto sambil mengacungkan sertifikat rumah itu.
Mendengar hal itu membuat orang-orang terperangah. Emosi Malaika semakin tersulut. Dia ingin menghajar habis-habisan manusia durja ini. Namun, anak buah tuan Juwanto langsung menahan gadis itu dan sebagian lagi melindungi tuannya.
"Aku tunggu kamu sampai matahari terbenam hari ini. Jika tidak aku akan langsung menghubungi Tuan Raja, dia sangat menginginkan lokasi tanah rumah ini," lanjut tuan Juwanto, kemudian pergi dari sana secepatnya karena warga kampung semakin banyak yang berdatangan.
Rumah itu sudah dikunci dan dijaga oleh banyak orang suruhan tuan Juwanto. Malaika sendiri tidak bisa masuk untuk membawa barang-barang miliknya.
"Aku sempat bawa beberapa barang yang sering kamu pakai untuk bekerja. Baju, tas, sepatu, kosmetik, dan laptop," kata Dewi sambil menunjuk ke sebuah dus berukuran cukup besar.
"Terima kasih, ya, Wi. Kamu pasti ketakutan tadi," balas Malaika.
"Awalnya aku takut, tapi saat Nenek Romlah berani melawan mereka aku pun melakukan perlawan sebisa aku. Karena aku yakin tidak akan bisa menang, jadi aku amankan dulu barang-barang milik kamu," aku Dewi.
***
Malaika harus pergi ke kantor, karena banyak jadwal Naresh yang harus diubah. Dia akan membuat jadwal baru dengan para klien dan rekan bisnis lainnya. Sementara itu, Nenek Romlah tinggal di rumah Dewi.
Ketika Malaika sedang sibuk dengan pekerjaannya. Handphone miliknya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Malaika aku merasa bosan sendirian di sini. Bawa pekerjaan kamu ke sini.
"Hah, apa bos sekarang sudah menjadi gila. Mana mungkin aku membawa pekerjaan ke rumah sakit. Sejak tadi aku terus menelepon berbagai perusahaan dan distributor untuk membuat jadwal baru dengan mereka," kata Malaika mengumpat pada atasannya.
Saat ini gadis itu dalam keadaan sulit dan lelah. Masalah rumah dengan tuan Juwanto. Mencari uang sebanyak 250 juta. Mencari untuk tempat tinggal sementara jika rumah tidak berhasil ditebus. Lalu, pekerjaan kantor harus mengulang lagi dari awal dan mencocokan dengan jadwal rekan bisnis. Semua menjadi beban pikiran bagi Malaika.
Maaf, Pak Presdir. Sepertinya aku tidak bisa bekerja di rumah sakit. Takut mengganggu ketenangan pasien lainnya.
Tidak berapa lama kemudian ada pesan masuk lagi ke handphone milik Malaika. Ketika gadis itu melihat sang pengirim, membuat dirinya ingin berteriak.
Tidak ada pasien selain aku. Cepat datang ke sini! Atau aku akan memecat kamu.
"Ya Allah, cobaan ini sangat berat sekali. Apa aku akan sanggup melewati ini dan apa pikiran aku akan tetap waras," pekik Malaika saking kesalnya.
***
Benarkah Ramzi meminjam uang dan belum membayarnya? Digunakan untuk apa uang 1 juta yang dipinjam oleh Ramzi? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Mas Bos
akal licik juwanto harus di ungkap
2024-04-14
1
Ummi Alfa
Dasar rentenir, nagih seenaknya aja masa nenek tua pun dia tindas Ndak akhlak banget.
Penasaran banget sama utang Ramzi, masalahnya Ndak ada yang tau cuma Ramzi sama juragan doang.
Tetep semangat Thor....
2023-03-15
2
dineeeey
bagus kakak .... jadi penasaran
2023-02-27
2