Bab 2. Gangguan Pendengaran

Bab 2

Malaika yang sedang tidur terganggu oleh bunyi dering telepon. Dengan mata yang masih terpejam, dia menggapai tangannya ke arah meja kecil yang ada di samping tempat tidur.

"Assalamualaikum," salam Aisyah tanpa melihat siapa yang sedang menghubunginya.

^^^"Selamat malam, Nona Malaika. Saya, Jonathan," balas orang yang ada di sebrang sana.^^^

Jonathan adalah security yang bertugas di apartemen tempat Naresh tinggal saat ini. Mereka kenal baik, karena Malika sering datang ke apartemen milik atasannya untuk mengantar atau membawa berkas milik pemimpin perusahaan PT. ALPHA yang bergerak di bidang fast moving consumer good (FMCG). Perusahaan perusahaan yang membuat berbagai produk keperluan sehari-hari masyarakat. Diantaranya: produk kebutuhan rumah tangga dan perlengkapan mandi.

"Iya, ada apa?" Malaika kini duduk terbangun.

^^^"Tuan Naresh mengalami kecelakaan, sekarang beliau berada di rumah sakit," ucap Jonathan dengan sedikit menggebu-gebu.^^^

"Apa? Astaghfirullahal'adzim. Bagaimana bisa itu terjadi. Satu setengah jam yang lalu dia masih menghubungi aku."

^^^"Mobil milik tuan Naresh meledak dan beliau mengalami luka di kepala. Cctv merekam kalau mobil itu meledak setelah tuan Naresh keluar dari mobilnya."^^^

"Ya Allah, semoga saja Pak Naresh tidak apa-apa."

Malaika bimbang, saat ini sang nenek sedang tidur pulas setelah meminum obat pereda sakit. Tadi wanita tua itu mengeluh sakit di kepalanya yang terluka dan juga sekujur tubuhnya.

Sementara itu, atasan dia yang hidup diasingkan oleh keluarganya, kini sedang berbaring di rumah sakit. Malaika yakin kalau tidak akan ada seorang dari keluarga laki-laki itu yang datang menjenguknya ke rumah sakit.

"Ya Allah, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Malaika duduk di samping ranjang di mana Nenek Romlah berbaring.

Gadis yatim piatu itu tidak tega meninggalkan sang nenek yang kini berbalut perban di beberapa bagian tubuh renta itu. Hanya tinggal wanita tua itu satu-satunya keluarga yang dia miliki.

"Aku minta tolong sama Dewi saja untuk menjaga Nenek. Aku kasih upah untuknya nanti," ucap Malaika sambil bergegas ke rumah sebelah mencari anak gadis yang masih duduk di kursi SMA.

***

Malaika berlari di koridor rumah sakit swasta yang terbesar dan terkenal di sana. Dia mendatangi ruang tempat Naresh dirawat. Begitu pintu terbuka terlihat atasan yang biasanya suka memerintah itu kini berbaring lemah dengan masker nebulizer terpasang di wajahnya.

Kepala Naresh dibalut dengan kain kasa dan banyak luka gores di lengan kokohnya. Perlahan Malaika menyentuh jari laki-laki itu.

"Siapa yang melakukan ini kepadamu? Sudah aku katakan berulang kali kepadamu, sebaiknya memiliki bodyguard untuk melindungi dirimu. Lalu, pindah tempat tinggal. Banyak orang yang ingin mencelakakan kamu," ucap Malaika dengan lirih.

Malaika dan Naresh sudah kenal sejak dulu sewaktu masih duduk di bangku SMA. Mereka pernah menjadi siswa yang mengikuti program pertukaran pelajar ke Australia. Semenjak itu mereka berteman dan saling bertukar kabar lewat email.

Kehidupan Naresh yang menyedihkan membuat gadis itu iba dan selalu menjadi tempat untuk mencurahkan isi hatinya.

Saat tengah malam seorang perawat memeriksa keadaan Naresh, tetapi belum juga ada kemajuan sejak tadi. Ini membuat Malaika semakin sedih. Air mata dia mengalir tanpa henti.

'Kenapa kehidupan kamu selalu saja malang? Untuk apa kamu kerja keras demi orang-orang yang tidak pernah menganggap keberadaan kamu. Malang sekali hidup kamu, Naresh. Lebih malang dari aku!' (Malaika)

Suara dari alat media memecah keheningan di sana. Untuk pertama kalinya Malaika merasa senang mendengar bunyi yang dihasilkan oleh patient monitor. Dilayar terlihat angka-angka dan garis grafik yang mengukur tanda-tanda vital pada tubuh Naresh. Adanya bunyi itu menandakan kalau laki-laki itu masih hidup.

***

Pagi-pagi Naresh terbangun karena mendengar suara orang mengaji. Ketika dia membuka mata, terlihat ada Malaika yang sedang duduk di samping brankar sambil memegangi handphone. Mulutnya terlihat bergerak suaranya terdengar sayup tidak jelas, padahal gadis itu begitu dekat.

"Malaika," panggil Naresh dengan lemah.

Perempuan yang dipanggil namanya menoleh ke arah sumber suara. Senyum lebar langsung menghiasi wajah Malaika. Dia sangat senang melihat laki-laki itu akhirnya sadar.

"Pak Presdir, akhirnya Anda bangun," ucap Malaika dan dia segera menekan tombol nurse bell.

"Apa Anda bisa mengenali siapa aku?" tanya perempuan itu takut atasannya itu mengalami amnesia.

"Mobil aku meledak, bukan terjatuh di kamar mandi," jawab Naresh tidak nyambung dengan pertanyaan yang diajukan sang sekretaris kepadanya.

Malaika tercengang mendengar jawaban dari laki-laki yang sedang terbaring itu. Dia merasa ada yang aneh dengan atasannya itu.

"Pak Presdir, bagian tubuh mana yang sakit?" tanya Malaika untuk menguji. Kalau ada yang salah dengan isi kepala atasannya.

"Mobilnya meledak setelah aku turun dari mobil setelah berbicara dengan kamu semalam. Bukan karena jatuh," jawab Naresh.

'Astaghfirullahal'adzim. Ya Allah, ternyata Naresh saat ini benar-benar dalam keadaan tidak baik. Otaknya bermasalah.'

Tidak lama kemudian dokter datang ke sana dan memeriksa keadaan Naresh. Dia melihat semua sudah dalam keadaan baik.

"Kalau Anda sudah bisa berjalan dengan tegap dan sebagaimana biasanya berjalan, berarti Anda sudah tidak perlu khawatir. Setelah itu Anda sudah bisa pulang. Mungkin besok atau lusa Anda sudah bisa pulang," ucap dokter itu.

"Apa luka aku sangat parah sampai tidak boleh pulang?" tanya Naresh dan itu membuat dokter serta Malaika tercengang. 

Dokter itu melirik ke arah Malaika. Tatapan dia seakan berkata "Ada apa dengan Tuan Naresh?"

"Dok, sebaiknya periksa semua isi kepalanya. Sejak tadi dia diajak bicara sering nggak nyambung, kayak orang Budeg. Eh?" 

Malaika dan Dokter itu pun kembali saling pandang.

"Pak, kita lakukan pemeriksaan ke THT," lanjut Dokter itu.

***

Setelah melakukan pemeriksaan diketahui kalau ada masalah dengan bagian saluran pendengaran milik Naresh. Mungkin akibat dari suara keras ledakan waktu itu.

"Apa selamanya Pak Naresh akan seperti ini?" tanya Malaika dengan lirih.

"Saya rasa ini masih bisa diobati. Dengan penanganan yang benar dan dosis obat yang tepat, pendengaran itu akan pulih kembali," jawab dokter spesialis telinga.

Mendengar itu membuat Malaika senang. Tidak bisa dibayangkan hidup Naresh setelah ini. Mengurus perusahaan dengan terbatasan pendengarannya.

Malaika pun menjelaskan kepada Naserh lewat tulisan biar tidak salah dan tidak perlu mengulang-ulang terus ucapannya.

'Siapa orang yang sudah melakukan hal ini kepadaku? Akan aku buat dia bertanggung jawab dengan semua kerugian yang aku rasakan saat ini!' (Naresh)

***

Siapakah orang dibalik kecelakaan Naresh? Keluarganya atau saingan bisnisnya? Kenapa Naresh mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari keluarganya? Tunggu kelanjutannya, ya!

Terpopuler

Comments

Mas Bos

Mas Bos

kalo ga lanjut bacanya
akan di hantui rasa penasaran

2024-04-14

1

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Makin penasaran, kira2 siapa pelaku peledakan mobil Naresh ya... trus juga ada masalah apa Naresh sama.kuarganya.

2023-03-15

1

Retno Dwi

Retno Dwi

jangan lama2 up nya apalg Kla episodenya banyak jd lupa 😀😀😀

2023-02-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!