Selepas sarapan mereka kembali melanjutkan perjalanan, sejauh ini belum ada tanda-tanda kemunculan bandit khususnya anggota Skull Darkness yang membuat perjalanan bisa berjalan senyaman mungkin.
Sama seperti perjalanan lainnya hal seperti itu tidak mungkin berlangsung lama, dari belakang kereta mereka tampak segerombolan monster berkaki empat tengah mengejar mereka, itu jelas segerombolan serigala liar yang lapar yang dengan senang memamerkan gigi serta air liur mereka bersama lolongan yang kesepian.
"Menyeramkan, kalian lakukan sesuatu," tuntut Purin.
Dia seorang penyihir tapi tidak bertindak seperti layaknya penyihir sesungguhnya.
Ardhi mengarahkan tangannya dan enam pedang dari pinggangnya naik melayang ke udara kemudian melesat terbang mengoyak setiap daging mereka.
Hanya saat beberapa ekor berhasil dibunuh mereka segera berhenti lalu menyerah untuk mengejar kembali. Jika dilihat dari penggunaannya, kemampuan Ardhi adalah kemampuan yang paling efisien dari siapapun, dia bisa menyerang jauh ataupun dekat hanya dengan mengendalikan pedang. Sebuah kemampuan luar biasa yang tidak lain tidak bukan mirip dengan raja iblis.
"Sesuai yang diharapkan dari Ardhi, kamu luar biasa... aku pikir aku akan menjadikanmu pengawalku seumur hidup."
Jelas Ardhi menolak usulan seperti itu, dia mungkin akan terlibat banyak hal merepotkan jika terus berdekatan dengannya.
Sementara semua orang menunjukan wajah lega, Purin terus menuntut soal jadi pengawal apapun itu, hingga tanpa disadari bahwa setengah perjalanan mereka telah diraih dalam waktu singkat.
Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda akan terbenam dan mereka kembali berkemah untuk perjalanan besok pagi.
Setelah waktu yang cukup lama mereka habisnya mereka akhirnya sampai ditempat tujuan.
"Ah jadi itu kota bawah tanah nyan, wajar jika tidak apapun di atasnya."
Secara harfiah memang terlihat seperti itu, jika kau ingin melihat bagaimana kota itu berada kau harus masuk ke dalamnya, jalannya sendiri semacam saat seseorang akan menggunakan jasa kereta bawah tanah.
Latifa dan Mery berada di depan sekarang dan mulai menjelaskan kedatangan mereka pada para penjaga yang bertugas, saat sosok Purin menyelinap keluar, para penjaga langsung berubah menjadi sosok berbeda.
"Nona Purin sudah datang, Hoy apa yang kalian lakukan... cepat buka jalan."
"Aku sangat terbantu."
"Ini bukan apa-apa. Kami sangat menantikan pertujukan Anda."
"Jika begitu aku akan melakukan yang terbaik nanti."
"Terima kasih banyak."
Fakta bahwa Purin diterima baik di setiap kota tidak terbantahkan.
"Ini mungkin pengaruh saat gadis muda selalu menunjukkan pakaian dalamnya di depan umum."
"Apa kau baru saja mengomentari bagaimana aku berpenampilan Latifa."
"Aku yakin Ardhi tidak akan tergoda dengan hal seperti itu."
Ardhi hanya berdeham sekali.
"Aku seorang pria normal jadi aku mungkin sedikit tertarik."
"Kamu dengar itu."
Ekpresi Purin penuh kemenangan.
"Aku akan menunjukan punyaku dari sekarang."
Ardhi merasa bahwa dia seharusnya tidak mengatakan hal demikian.
Mengesampingkan hal itu, kota bawah tanah Arfadius merupakan sebuah kota perdagangan yang merupakan tempat berkumpulnya semua pedagang untuk melakukan bisnis bersama singkatnya sebuah tempat persinggahan, kota ini hidup sebagai mestinya dengan jumlah penduduk relatif banyak dan jelas bahwa ini termasuk kota yang maju.
Bangunan rumah berderet rapih dengan penggabungan antara toko, bar, tempat hiburan dewasa dan lainnya, yakinkan bahwa itu tidak seperti kota bawah tanah yang lekat dengan hal semacam reruntuhan ataupun berhantu. Semuanya terasa hidup. Ardhi mengeluarkan kepalanya untuk memeriksa bagian atas kepalanya dan ia bisa melihat bahwa tidak ada pemandangan langit biru yang terlihat di sana, sebagai gantinya pencahayaan kota ini berasal dari batu Ore yang dia ketahui dari Roy.
Ia mulai lebih menyebut kota ini sebagai kota malam dalam hatinya.
Sebuah kota yang terus hidup dan tidak pernah tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments