Setiap barang bawaan telah dimasukkan ke dalam kereta, dan dengan teriakan semangat milik Purin, Ardhi yang bertugas sebagai kusir menarik tali pengekang kuda dan kereta mulai bergerak maju.
Tujuan kelompok Ardhi adalah sebuah tempat disebut kota bawah tanah Arfadius, questnya sendiri hanya mengawal Purin pulang pergi dengan selamat.
Sebelumnya dia telah menjadi korban penculikan dan jelas kejadian seperti itu bisa saja terulang lagi jika mereka tidak benar-benar melindunginya.
Agar mengefisienkan pengamanan, Latifa dan Mery duduk di belakang sementara Nisa dan Ardhi di depan.
Mereka akan saling bergantian setelah setengah perjalanan.
Ini masih awal jadi tidak akan ada seseorang yang akan menyergap mereka. Mereka melewati padang rumput saat Purin mengeluh karena bosan.
"Apa kalian selalu berpergian seperti ini, paling tidak salah satu dari kalian ada yang pandai membuat lelucon."
"Apa yang kau katakan kami ini petualang bukan badut nyan, Ardhi cepat berikan lelucon terbaikmu?"
Perkataan itu terdengar ambigu.
"Mana mungkin aku bisa melakukannya, Latifa?"
"Aku hanya pandai membuat cerita dewasa, mau dengar."
"Aku ingin mendengarnya," potong Mery.
"Cukup di sana, aku tidak ingin mendengar sesuatu seperti itu, aku adalah gadis polos yang belum ternodai."
Ardhi pikir jika dia bisa seperti Roy mungkin perjalanan seperti ini akan sedikit berbeda, menjadi pria satu-satunya di kelompok ini memiliki bebannya tersendiri.
Mereka mengambil waktu istirahat di dekat danau kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Selama itu semuanya berjalan lancar hingga malam hari tiba dan mereka membuat tempat seadanya di dalam hutan untuk beristirahat.
Ardhi bersandar di pohon dengan enam pedang di sampingnya, dia menoleh untuk memeriksa keadaan para gadis yang telah tertidur lelap sebelum kemudian bangun untuk melatih dirinya dalam ilmu pedang.
Dia mengayunkan senjatanya berulang kali hingga dia tidak menyadari bahwa Nisa sedang menatapnya dari dekat dengan wajah mengantuk.
"Kamu terlalu rajin nyan."
"Ni-nisa, sejak kapan kau?"
"Aku habis buang air kecil di semak-semak itu nyan."
Itu bukan perkataan seorang gadis, pikir Ardhi.
Nisa memilih untuk duduk selagi memperhatikan Ardhi lebih lama.
"Apa Ardhi selalu berlatih seperti ini sendirian nyan?"
"Hanya belakangan ini saja, kita belum tahu kapan raja iblis itu kembali, dan saat itu datang aku sudah cukup kuat untuk melawannya."
"Begitu... kita sudah mengalahkan satu sekte dari keempat sekte seharusnya Ardhi bisa sedikit santai."
"Mungkin kau benar," jawab Ardhi pahit, saat dia menoleh lagi Nisa sudah tidur meringkuk, sekilas dia benar-benar seperti seekor kucing dalam hal segalanya.
Tak ingin membuatnya tidur terpisah dengan lainnya, Ardhi menggendongnya di tangan kemudian menjatuhkannya perlahan di antara Latifa, Mery dan juga Purin. Ketika dia terbaring mereka saling berpelukan.
Ini pertama kalinya Ardhi melihat para gadis tidur di hutan tanpa rasa khawatir, singkatnya mereka terlalu santai.
Setelah tidur sebentar dia mulai mempersiapkan sarapan pagi, ia orang yang tidur paling akhir dan bangun paling pagi meski begitu bagi Ardhi hal seperti ini tidak terlalu mengganggunya, rata-rata tubuh manusia memerlukan waktu 4 jam, itu adalah waktu standar untuk seseorang tidur.
Ia memasukan beberapa bahan untuk membuat sup sederhana berisi kentang, daging dan juga beberapa bahan pelengkap lainnya
Ketika para gadis bangun mereka akan langsung mengambil tempat untuk menikmati makanan tersebut.
"Pagi Ardhi."
"Pagi kalian semua, ambillah."
"Hmm.. Kami selalu dimanjakan oleh Ardhi nyan, tolong manjakan kami ke depannya."
Mereka hanya terlalu nyaman karena hampir semuanya dilakukan Ardhi sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments