Yang disajikan pada para pengganggu adalah sebuah nasi goreng yang diletakan di atas piring besar seluas meja mereka.
Para pengunjung lain terlihat takjub bagaimana itu disajikan dengan luar biasa.
Nasi goreng tersebut berwarna kuning emas dengan potongan daging super mewah yang akan meleleh jika kau menggigitnya, serta potongan buah seperti nanas dan lainnya diletakan dengan rapih beserta udang, kerang kepiting serta olahan bulu babi yang diguyur dengan saos merah mempesona.
Tak hanya itu bumbu yang dihasilkan memberikan nuansa harum luar biasa dari sebuah taman terlarang.
"Ini menu baru yang dikatakan akan menjadi legenda kerajaan kita."
"Tak kusangka aku bisa melihat sejarah munculnya masakan legenda di kota ini dengan mata kepalaku sendiri."
Mereka para penonton jelas memberikan tanggapan berlebihan.
Latifa berbisik ke arah Ardhi.
"Apa menu itu Ardhi yang buat?"
"Tidak, itu sepenuhnya hasil kreasi paman Max."
"Itu benar-benar terlihat lezat."
"Ngomong-ngomong di mana Nisa?"
Mery menunjuk kursi para pengganggu dan dia ada di sana duduk bersama dengan mereka layaknya seorang teman.
"Selamat makan," katanya polos.
Jelas tidak ada yang benar-benar ingin menegurnya.
"Enak."
Para pengganggu juga tak ingin ketinggalan untuk menikmati makanan tersebut dan dalam sekejap wajah mereka jatuh dalam kebahagiaan dengan bintang-bintang bertebaran dari punggung mereka.
Untuk sekilas ada sayap di punggung mereka.
"Sensasi rasa ini, sangat luar biasa."
"Benar aku tidak bisa berhenti memakannya."
Pemilik restoran ini hanya tersenyum dengan bangga selagi mengacungkan jempol penuh kemenangan.
"Dengan makanannya bahkan mampu membuat seseorang berkata jujur, soal rasa, lidah tak bisa bohong," ucap Latifa demikian.
Ardhi merasa pernah mendengar itu dari suatu iklan tertentu tapi dia tidak ingin memikirkannya lebih jauh.
Setelah itu para pengganggu hanya duduk berseiza selagi meminta maaf hingga mengakui kesalahannya, adapun orang yang tidak memperhatikan semua itu adalah Nisa yang terbaring di lantai dengan perut membuncit.
Mery bahkan sengaja menusuk-nusuk perutnya dengan jari hingga memunculkan efek boing-boing.
"Ini sangat sulit, aku tidak mungkin membuat mereka bangkrut. Apa ada sesuatu yang bisa membuat mereka tetap di sini dan menjalankan bisnis?"
Pemilik restoran ini terlalu baik, tapi Ardhi tidak membenci sifat seperti itu.
"Kalau begitu serahkan padaku, aku punya sesuatu untuk mereka juga."
Ardhi maupun kelompok petualangnya mengunjungi toko seberang jalan dan melihat bagaimana tempat itu begitu sepi, pemiliknya adalah suami istri yang tampak lesu di dekat konter penerimaan tamu.
Melihat kedatangan mereka bersama para pengganggu, mereka hendak melarikan diri namun Ardhi mengirimkan dua pedangnya terbang lalu menancap di jalan pelarian mereka hingga keduanya berlutut.
"Tolong jangan bunuh kami, kami minta maaf."
"Aku datang kemari tidak untuk melakukan itu, kalian juga menjalankan bisnis di kota ini bukan? Memang benar sepertinya di sini sangat sepi tapi tidak harus kalian melakukan hal kotor."
"Kami hanya putus asa," jawab sang istri.
Ardhi menghela nafas panjang lalu melanjutkan.
"Pinjam dapurnya, aku akan memasak sesuatu."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Lihat saja."
Ditatap banyak mata yang penasaran, Ardhi mengabaikan semua itu dan mulai memasak.
Dia tidak memiliki skill memasak yang diberikan dewi padanya, itu semua murni hasil pelatihannya sejak kecil.
Setelah selesai dia menghidangkan semuanya pada orang yang hadir.
Itu hanya sebuah bubur yang diberikan kaldu special serta irisan daging.
"Bubur, bukannya ini makanan sederhana?"
"Cobalah, aku berniat memberikan resepnya pada kalian jadi kalian masih bisa membuka tempat ini seperti biasanya."
Ketika mereka semua bersamaan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, mereka menjatuhkan air mata.
"Cita rasa ini."
"Rasanya aku sedang terbang di langit."
"Enak sekali nyan... perutku sudah tidak bisa memakannya, bisa dibawa pulang."
"Ardhi sangat pandai memasak," ucap Latifa.
"Setuju," tambah Mery.
"Aku juga akan memberikan beberapa tambahan menu juga nantinya."
"Berapa yang harus kami bayar untuk resepnya?"
"Gratis."
"Terima kasih banyak."
Ardhi pikir dia juga tidak akan menerima uang lagi dari restoran Sanguan sebagai royalti, ini agar kedua belah pihak adil.
Sejak itu dua restoran menjadi pembicaraan di kerajaan, pertama restoran Sanguan dan satu lagi restoran Bubur dan tanpa disadari sedikit demi sedikit para pelancong singgah ke kota ini hingga menaikan taraf hidup penduduknya yang melakukan bisnis berbeda seperti penginapan dan lain-lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments