Bab 4 Merindukanmu

Hari-hari berjalan seperti biasanya, kehidupan rumah tangga Liora bisa dibilang lebih baik. Rafli sering menunjukkan kasih sayang nya kepada Liora tanpa segan, bahkan di depan anaknya. Ini mengingatkan Ia pada masa awal-awal pernikahan mereka.

jika ditanya apakah ia bahagia? jawabannya ia tidak tau. yah sekarang sudah tidak seperti dulu, meskipun suaminya menunjukkan sikap manis namun hatinya menolak itu semua. Akan tetapi ia berusaha menutupinya dengan senyuman seolah-olah semua baik-baik saja.

"Pa, mumpung sekarang lagi libur ayo berkunjung ke makam ibu." ajaknya pada suami nya yang sedang nonton tv bersama Reinhart di ruang tengah.

"Ayo, udah lumayan lama kita gak kesana. Kak ayo siap-siap kita ke makam nenek". yang dibalas anggukan antusias dari Reinhart.

****

Selesai Ziarah Liora beserta suami dan anaknya mampir ke rumah ayahnya, rumah yang menyimpan sejuta kenangan di masa kecilnya. Walaupun kenangan buruk yang selalu ia rasakan dulu, namun kenangan manis bersama ibunda tercinta akan selalu terekam jelas di dalam memorinya.

dari jauh kelihatan dinding rumah yang sudah usang, tembok penyangga yang tak lagi se kokoh dulu, namun begitu ayahnya masih betah dalam keadaan seperti awal rumah itu dibangun. Tak pernah sekalipun ia merombak atau sekedar mengecat nya kembali entah apa alasannya. Berulang kali mereka menawarkan untuk merenovasinya namun Ayahnya selalu menolak dengan alasan yang sama"Ayah nyaman dengan segala yang ada dalam rumah ini".

Liora sampai didepan rumahnya, sambil menghela napas pelan, ia mengetuk pintu rumah yang dulu menjadi saksi bisu kesedihan serta kegembiraan nya bersama keluarganya. Pintu dibuka secara perlahan memunculkan sosok yang dirindukan namun juga ia lah penyebab luka yang masih membekas hingga detik ini.

sesaat mata mereka bertemu, kemudian keduanya sama-sama memutuskan pandangan.

"Ada apa kemari? apakah kamu rindu dengan ayahmu ini?" Tanyanya datar dengan sorot mata yang tak bisa ditebak oleh siapapun. Namun begitu masih ada sedikit rindu yang jelas-jelas tak bisa ia sembunyikan.

"Rei ayo beri salam pada kakek" ucap Rafli memecah keheningan yang tercipta oleh ayah dan anak di depannya ini.

"Salom kakek". Kakek sehat?" Dengan polosnya ia bertanya seraya menarik tangan kakeknya kemudian menciumnya.

Pria tua yang bernama Albert Cornelius itu tersenyum hangat kepada cucunya. Tersirat kerinduan yang terpendam dalam kelopak matanya yang sudah banyak terlihat kerutan menandakan usianya yang tidak muda lagi.

"Salom cucu kakek, Puji Tuhan Kakek sehat, bagaimana denganmu?" ia bertanya sembari mempersilahkan anak serta menantunya masuk bersama cucu nya yang Sudah lebih dulu masuk dengan antusias.

"Rei juga sehat kek, mama sering memaksa Rei makan walau Rei bilang udah kenyang." Ucapnya seraya memanyunkan bibir mungilnya membuat lelaki tua itu terkekeh pelan.

"Mamamu benar nak, gak boleh sisain makanan harus dimakan sampai habis karena itu adalah berkat dari Tuhan jadi harus disyukuri." Ia menjelaskan seraya mengelus rambut cucunya dengan sayang.

"Baik kakek." jawabnya patuh.

"Kalian habis ziarah?" Ia bertanya kepada anak dan menantunya.

"Iya Yah." mereka menjawab kompak.

"Lio ke dapur dulu mau bikin minuman." Seraya bangkit kemudian melangkah menuju dapur.

keadaan dapur masih sama seperti dulu, tidak berubah sedikit pun. sejenak ia memejamkan mata untuk sekedar menghadirkan kembali ingatan tentang sosok yang sangat sangatt ia rindukan.

satu tetes cairan bening jatuh dari kelopak matanya. Bayangan-bayangan Ibu nya berseliweran di memori otaknya.

"Buk Telurnya udah mengembang, ini udah pas belum?"

"Belum sayang, di mixer sedikit lagi sampai putih berjejak, biar nanti hasilnya bagus dan lembut."

"Setelah itu apa lagi Bu?"

"Nanti masukkan tepung terigunya lalu dicampur rata, baru setelahnya masukkan ke oven."

"Baik Bu."

sepenggal percakapan kembali terlintas dalam ingatannya.

saat itu ia sedang belajar membuat bolu bersama ibunya. Dengan sabar dan telaten ibu mengajarkannya, suaranya yang lembut membuat ketenangan sendiri untuknya saat itu. Tak bisa di pungkiri bahwa Ibunya adalah wanita terhebat baginya. Bahkan disisa hidupnya tak sekalipun ia memperlihatkan kebencian untuk ayahnya, malah tatapan cinta yang luar biasa yang ia lihat sepanjang hidupnya, bahkan disaat sakit pun ayahnya tak terlalu ambil pusing dengannya, dia hanya memaklumi mungkin suaminya lelah sehabis kerja. Ah wanita yang luar biasa bukan?

" Bu, Aku rindu, aku ingin memelukmu sekali saja, menikmati pelukanmu yang hangat mampu menenangkan ku, Aku rindu tawamu, aku rindu suara lembut mu yang selalu mampu menggetarkan jiwaku, aku rindu nasihatmu.

Bu, hadirlah dalam mimpiku walau sebentar, aku ingin melihat wajahmu yang teduh, aku ingin kembali merasakan cinta yang luar biasa darimu. Aku mencintaimu Bu, maafkan aku yang sampai saat ini masih belum menuruti kata-katamu, aku tidak benci padanya, namun aku marah setiap kali aku mengingat perlakuannya pada kita dahulu. Aku hanya kecewa Bu, tidak benar-benar membencinya, apakah kau marah padaku?

hari ini aku datang ke rumah, aku datang untuk melihatmu sedikit meluapkan rasa rinduku padamu. mengunjungi tempat dimana kita tertawa bersama, berbagi cerita, sampai aku terlelap tidur di pangkuanmu.

Aku Rindu Bu."😭😭😭

Liora memegang dadanya yang terasa sesak, ingatan tentang ibunya benar-benar membuatnya menangis namun tak mampu mengeluarkan suara. ia mbekap mulutnya agar suara tangisnya tidak sampai ketelinga anaknya juga suami serta ayahnya di ruang tengah.

"Kau menangis untuk apa? apakah merindukan ibumu?" Ia dikagetkan oleh suara ayahnya yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"ya aku merindukan nya." Jawabnya dengan suara serak.

"Sudahlah, ia tidak akan kembali walaupun kau menangis sampai mengeluarkan semua air matamu, kau tidak akan lagi merasakan kehadirannya." Ayahnya menjawab dengan ketus sembari menyiapkan minuman untuk mereka.

"Bukan urusanmu, aku hanya meluapkan rasa rinduku tak peduli ia dengar atau tidak, aku hanya mengingat sosok yang paling aku cintai." jawabnya tak kala sengit. Ayahnya yang memulai jadi ia hanya meneruskannya saja, jujur ia tidak mau seperti ini karena biar bagaimanapun itu adalah Ayahnya. namun karena sikap ayahnya selalu memantik api yang menyulutkan emosi nya. Dulu ketika di marahi, atau pun di bentak, ia hanya mampu menangis, namun sekarang tidak lagi semenjak kepergian ibunya.

Ia semakin kecewa bahkan marah karena sikap ayahnya itu.

"Sudah cukup melamun nya, ayo keruang tengah suami dan anakmu menunggumu." Ayahnya berkata sembari mengangkat nampan berisi minuman yang telah di buatnya.

Liora menyusul sambil membersihkan sisa air mata agar tidak dilihat oleh anaknya.

" Mama kok lama di dapur?" suara anaknya sedikit protes karena memang ia sudah cukup lama didapur tadi.

Ia tersenyum mendengar ucapan protes anaknya.

"Maafkan mama sayang, tadi mama bingung waktu menyeduh tehnya, hampir saja mama menaruh garam kedalam gelasnya, untung saja kakek datang bantuin mama." Seraya terkekeh pelan agar meyakinkan anaknya.

Episodes
1 Bab 1 Kenangan Masa Kecil
2 Bab 2 Masih Dengan Luka yang sama
3 Bab 3 Ada Rasa Yang Berbeda
4 Bab 4 Merindukanmu
5 Bab 5 Pelukan yang Ku rindukan
6 Bab 6 Terkesan Berlebihan
7 Bab 7 Pertengkaran Kecil
8 Bab 8 Cintaku Pada Tuhan Jauh Lebih Besar
9 Bab 9 Terluka
10 Bab 10 Sebuah Keputusan
11 Bab 11 Semua Akan Segera Berakhir
12 Bab 12 Luka Hati Liora
13 Bab 13 Rumah Sakit
14 Bab 14 Keinginan yang Mustahil Dikabulkan
15 Bab 15 Kebahagiaan sesungguhnya
16 Bab 16 Pria Asing
17 Bab 17 Kedatangan Mommy Slavina
18 Bab 18 Makan Malam
19 Bab 19 Perdebatan Sengit
20 Pengumuman
21 Bab 20 Luka Tak Berdarah
22 Bab 21 Undangan Pernikahan
23 Bab 22 Bertemu Kembali
24 Bab 23 Berkenalan Dengan Reinhart
25 Bab 24 Lamunan Berujung Petaka
26 Bab 25 Hukuman Jack
27 Bab 26 Berkunjung ke Rumah Liora
28 Bab 27 Ke Rumah Kakek Albert
29 Bab 28 Perbincangan Ayah dan Anak
30 Bab 29 Nasihat seorang Ayah
31 Bab 30 Keegoisan Seorang Rafli
32 Bab 31 Kebahagiaan Jonathan
33 Bab 32 Makan Malam
34 Bab 33 Keluarga Harmonis
35 Bab 34 Pertengkaran sengit
36 Bab 35 Penyesalan mendalam
37 Bab 36 Pertengkaran lagi
38 Bab 37 Mengajak ke Pesta
39 Bab 38 Pesta
40 Bab 39 Jatuh Cinta Begitu Dalam
41 Bab 40 Bertemu Calon Mertua
42 Bab 41 Kehangatan Keluarga
43 Bab 42 Kedatangan Seseorang
44 Bab 43 Berusaha Mendapatkan Maaf
45 Bab 44 Ungkapan Hati
46 Bab 45 Makan Malam Penuh Kebahagiaan
47 Bab 46 Obrolan Tentang Masa Depan
48 Bab 47 Liburan Sederhana
49 Bab 48 Berita Mengejutkan
50 Bab 49 Nomor Tak Dikenal
51 Bab 50 Kedatangan Jonathan
52 Bab 51 Aku Mencintaimu
53 Bab 52 Nasihat Orang Tua
54 Bab 53 Kasih Sayang Seorang Ayah
55 Bab 54 Sebuah Jawaban
56 Bab 55 Luapan Kebahagiaan
57 Bab 56 Lamaran
58 Bab 57 Janji Pernikahan
59 Bab 58 Malam Istimewa
60 Pengumuman
61 Bab 59 Keluarga Kecil Yang Bahagia
62 Bab 60 Karma Seorang Rafli
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 Kenangan Masa Kecil
2
Bab 2 Masih Dengan Luka yang sama
3
Bab 3 Ada Rasa Yang Berbeda
4
Bab 4 Merindukanmu
5
Bab 5 Pelukan yang Ku rindukan
6
Bab 6 Terkesan Berlebihan
7
Bab 7 Pertengkaran Kecil
8
Bab 8 Cintaku Pada Tuhan Jauh Lebih Besar
9
Bab 9 Terluka
10
Bab 10 Sebuah Keputusan
11
Bab 11 Semua Akan Segera Berakhir
12
Bab 12 Luka Hati Liora
13
Bab 13 Rumah Sakit
14
Bab 14 Keinginan yang Mustahil Dikabulkan
15
Bab 15 Kebahagiaan sesungguhnya
16
Bab 16 Pria Asing
17
Bab 17 Kedatangan Mommy Slavina
18
Bab 18 Makan Malam
19
Bab 19 Perdebatan Sengit
20
Pengumuman
21
Bab 20 Luka Tak Berdarah
22
Bab 21 Undangan Pernikahan
23
Bab 22 Bertemu Kembali
24
Bab 23 Berkenalan Dengan Reinhart
25
Bab 24 Lamunan Berujung Petaka
26
Bab 25 Hukuman Jack
27
Bab 26 Berkunjung ke Rumah Liora
28
Bab 27 Ke Rumah Kakek Albert
29
Bab 28 Perbincangan Ayah dan Anak
30
Bab 29 Nasihat seorang Ayah
31
Bab 30 Keegoisan Seorang Rafli
32
Bab 31 Kebahagiaan Jonathan
33
Bab 32 Makan Malam
34
Bab 33 Keluarga Harmonis
35
Bab 34 Pertengkaran sengit
36
Bab 35 Penyesalan mendalam
37
Bab 36 Pertengkaran lagi
38
Bab 37 Mengajak ke Pesta
39
Bab 38 Pesta
40
Bab 39 Jatuh Cinta Begitu Dalam
41
Bab 40 Bertemu Calon Mertua
42
Bab 41 Kehangatan Keluarga
43
Bab 42 Kedatangan Seseorang
44
Bab 43 Berusaha Mendapatkan Maaf
45
Bab 44 Ungkapan Hati
46
Bab 45 Makan Malam Penuh Kebahagiaan
47
Bab 46 Obrolan Tentang Masa Depan
48
Bab 47 Liburan Sederhana
49
Bab 48 Berita Mengejutkan
50
Bab 49 Nomor Tak Dikenal
51
Bab 50 Kedatangan Jonathan
52
Bab 51 Aku Mencintaimu
53
Bab 52 Nasihat Orang Tua
54
Bab 53 Kasih Sayang Seorang Ayah
55
Bab 54 Sebuah Jawaban
56
Bab 55 Luapan Kebahagiaan
57
Bab 56 Lamaran
58
Bab 57 Janji Pernikahan
59
Bab 58 Malam Istimewa
60
Pengumuman
61
Bab 59 Keluarga Kecil Yang Bahagia
62
Bab 60 Karma Seorang Rafli

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!